Jalur Pendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka Tahun 2020
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Jalur pendakian Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, belum dapat dibuka dalam waktu dekat karena di jalur yang biasa dilalui terdapat sejumlah titik longsor, tanah retak, serta jembatan rusak berat dan putus yang menyulitkan, bahkan membahayakan, keselamatan para pendaki. Setelah rehabilitasi jalur yang rusak, jalur pendakian Gunung Rinjani dibuka kembali tahun 2020.
Di jalur pendakian Bukit Penyiksaan, menurut Hijazi Nuh, dari Satuan Tugas Bersih Rinjani, Sabtu (20/10/20180), di Mataram, jalan tanah yang retak tidak tampak karena tertutup tanaman ilalang. ”Yang dipijak dulu tanaman ilalang, salah pijakan kaki bisa masuk ke retakan tanah yang juga longsor setinggi leher orang dewasa,” ujarnya.
Hijazi Nuh mengikuti tim survei Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), TNI-Polri, Basarnas Mataram, jajaran Dinas Pariwisata NTB, dan sejumlah organisasi pencinta alam menyisir jalur pendakian Gunung Rinjani, 15-17 Oktober, untuk keempat kalinya. Pada survei sebelumnya, di Bukit Penyiksaan, jalur ke Pos Pelawangan Sembalun, kondisinya masih berupa tanah retak.
Namun, belakangan terjadi retakan tanah setinggi leher orang dewasa dan longsor sehingga, menurut Hijazi, untuk melewatinya harus membuka jalur baru. Penyisiran diawali dari pos pintu masuk jalur pendakian Desa Sembalun, Lombok Timur, sampai ketinggian 2.066 mdpl.
Kepala Balai TNGR Sudiyono mengatakan, jalur pendakian Rinjani (3.726 mdpl) ditutup karena tidak aman bagi pendaki. Kondisi itu diketahui merujuk hasil survei Tim Balai TNGR dan instansi terkait pada 3-5 Oktober. Survei dilakukan di jalur pendakian Sembalun, Senaru, dan Torean (Lombok Utara), lalu hasil pantauan lapangan itu dibahas dan dievaluasi tim yang melibatkan ahli geologi dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB, 8 Oktober.
Jalur pendakian Gunung Rinjani rusak akibat gempa bermagnitudo 6,4 SR, 29 Juli lalu. Ratusan pendaki dalam dan luar negeri terjebak akibat jalur pendakian tertutup longsor tanah dan bebatuan dari lereng gunung itu. ”Tim melaksanakan survei sampai 7,8 kilometer. Jalur pendakian Sembalun terputus akibat longsor di bukit Penyesalan (sekitar 120 meter sebelum Pelawangan Sembalun),” kata Sudiyono.
Kemudian, terdapat 14 titik longsor, 11 titik tanah retak, 1 Pos 2 Sembalun rusak ringan, dan jembatan beton rantai besi rusak berat, tetapi masih bisa dilewati. Sedang 12 selter di jalur pendakian Sembalun dalam kondisi baik. Kondisi nyaris sama di jalur pendakian Senaru, Lombok Utara. Kantor Balai TNGR Resort Senaru rusak berat, sementara gapura pendakian, pos jaga, dan toilet di Jebag Gawah Senaru rusak ringan dan rusak berat.
Sepanjang jalur pendakian Senaru ada 14 titik longsor dan retakan tanah, menjadikan jalur pendakian terputus akibat longsor di bawah Pelawangan Senaru. Untuk jalur pendakian Torean, kata Sudiyono, terdapat 12 titik longsor dan retakan tanah. Jalur pendakian Torean juga terputus sebelum menuju obyek wisata air terjun Penimbungan akibat longsor.
Oleh karena itu, seluruh jalur pendakian untuk sementara ditutup. Tim juga melakukan survei untuk rencana rehabilitasi jalur pendakian dan fasilitas pendukung setelah musim hujan (Mei 2019).
Jika kondisi normal, jalur pendakian ke Rinjani dan Danau Segara Anak dibuka tahun 2020. Balai TNGR tengah mencarikan jalur alternatif guna membantu pelaku wisata yang menggantungkan sumber penghasilan dari aktivitas pendakian Rinjani.