Lagu Penggerak Kalbu
”Missa Solemnis”. Begitu komposer besar Ludwig van Beethoven memberi salah satu judul lagu yang dia ciptakan pada 1819-1823. Kira-kira maknanya, apa yang bermula dari hati akan mendapat tempat di hati. Begitu pula gambaran konser amal Gitaris Indonesia Peduli Negeri, Kamis (11/10/2018) malam, di Bentara Budaya Jakarta. Para gitaris ini memainkan lagu-lagu penggerak kalbu.
Konser yang digagas oleh para gitaris Indonesia bekerja sama dengan Harian Kompas dan Bentara Budaya Jakarta itu bukan saja berhasil mengumpulkan dana Rp 3,6 miliar untuk para korban bencana. Halaman BBJ pun padat penonton hingga meluber ke jalanan. Mereka terpincut sihir-sihir petikan gitar para idola.
Malam itu memang bukan konser biasa. Tak kurang dari 50 gitaris papan atas Tanah Air berkumpul dan bergantian naik panggung. Semuanya terbagi dalam 13 formasi yang merangkum berbagai genre musik. Ada pop, rock, jazz, blues, hingga world music.
Momen luar biasa karena amat jarang gitaris sebanyak itu bertemu di satu panggung, satu pergelaran. Mereka antara lain Jopie Item, Eet Sjahranie, Ian Antono, Oele Pattiselano, Agam Hamzah, Toto Tewel, Doni Suhendra, Jubing, Eross, Dewa Budjana, Baron, Tohpati, Balawan, Andra Ramadhan, Gugun, Choki, Stephan Santoso, Baim, Pay, Denny Chasmala, Jikun, Bengbeng, dan Ridho. Dari jajaran gitaris muda ada Iga Massardi, Endah, Rama (Nidji), Rama D’Masiv, Reney Karamoy, Zendy Kusuma, Yai Item, Irvan Borneo, Iman Jrocks, hingga Diat.
Para gitaris tampil didampingi rhythm section, seperti Thomas Ramdhan, Gusti Hendy, Shadu Rasjidi, Gerald Situmorang, Fajar Adinugroho, dan Yandi Andaputra. Ikut ambil bagian adalah penyanyi seperti Oppie Andaresta, Armand Maulana, Once, dan Andy /Rif. Panggung Gitaris Indonesia Peduli Negeri pun bak bertabur bintang. Nama-nama mereka adalah jaminan mutu bagi sajian musik yang tak hanya berteknik tinggi, tetapi juga berkualitas kelas satu.
Oleh karena itu, meski persiapan acara sangat sempit, hanya empat hari, tidak mengurangi keagungan penampilan para gitaris. Di atas panggung, mereka menjadi macan panggung yang secara keseluruhan menyajikan pertunjukan luar biasa.
Selain memang semuanya sudah terkenal andal dan jago, mungkin juga karena pertunjukan kali ini digelar murni demi kemanusiaan sehingga energi kebaikan turut memayungi mereka. Gitaris dari luar Jakarta, seperti Balawan, misalnya, membeli sendiri tiket penerbangan pergi-pulang Bali-Jakarta.
Getaran kebaikan
Panggung dibuka dengan ”I Got Your Back” yang dibawakan oleh formasi Six String bersama Balawan. Lagu ini sengaja dipilih untuk menyampaikan pesan bahwa duka karena gempa dan tsunami adalah duka bagi kita semua. Meski berjauhan, tak ada alasan untuk tidak peduli.
Lagu ”Heal The World” di urutan kedua juga menggugah. Malam itu, lagu ini ditafsir ulang dalam komposisi instrumentalia dengan melodi gitar sebagai pengganti lirik. Rasa sendu masih terasa, tetapi terselip semangat dan optimisme dalam raungan gitar elektrik yang antara lain dipetik Yank Jay, Ade Avery, Noldy, Mecko Kaunang, dan Budi Drive itu. Lagu itu seolah menyampaikan pesan, di tengah duka yang melanda, masih selalu ada harapan di depan mata.
”Heal The World” ciptaan mendiang Michael Jackson ini lahir dari keprihatinan sang Raja Pop terhadap melorotnya nilai- nilai kemanusiaan. Sensitivitas sesama manusia meluntur, begitu juga terhadap alam. Setelah lagu ini dirilis pada akhir 1992, Michael Jackson mendirikan yayasan dengan nama sama. Programnya antara lain mendidik anak-anak agar berperilaku baik terhadap sesama manusia dan alam.
Malam itu, semangat Michael menjadi getaran kebaikan yang menular, bukan saja kepada penonton yang hadir di BBJ, melainkan juga kepada orang-orang yang menyaksikan penampilan mereka melalui streaming Kompas TV. Banyak di antara mereka yang lalu tergerak menyumbang hingga ratusan juta rupiah.
Sepanjang pertunjukan yang berlangsung sekitar 4 jam itu, penampil menyuguhkan warna musik pop, rock, jazz, blues, sampai world music. Yang terakhir ini jenis musik yang sulit diidentifikasi, tetapi banyak orang di kolong langit ini yang menikmatinya. Seiring musik mengalun, sumbangan terus mengalir.
Penonton begitu larut dalam sajian musik yang malam itu banyak berbicara soal cinta. Tentu tak sekadar cinta platonis belaka, tetapi lebih dari itu, cinta universal bagi seluruh umat manusia. Seperti ”Let Love Rules” milik Lenny Kravitz yang dibawakan oleh formasi Gugun, Kongko, Adrian Adioetomo, Boris, dan Jarwo bersama Yandi dan Fadjar.
Sebagian penonton juga begitu terkesima dengan penampilan gitaris-gitaris yang tergabung dalam formasi-formasi rock. Seperti saat ”Mystified” dibawakan Jikun, Didi, Bengbeng, Edo, Ridho, bersama Gusti Hendy, dan Thomas Ramdhan. Suara khas Once makin memberi energi pada lagu itu. Juga, tentu saat ”Black Hole Sun” dibawakan formasi milenial Ade Govinda, Iga, Reney, Irfan, Rama Nidji dan Rama D’masiv, bersama Yandi dan Shadu.
Ada pula penampilan Iman, Soni, John Paul Ivan, Diat, dan Yai bersama Yandi, Fadjar, dan Gatz membawakan ”Don’t Let Me Down” dan formasi ZAD yang terdiri dari Zendy Kusuma, Andra Ramadhan, Denny Chasmala bersama Taraz dan Stephan Santoso diiringi Hendi dan Shadu mengusung ”14th Dream”. ”Andra asli keren. Permainannya rapi banget,” kata Hadi (39) kagum, seorang penonton.
Tak ketinggalan, formasi rock yang mengusung ”Rock N Roll” bersama Oppie Andaresta. Formasi ini diperkuat Toto Tewel, Utox, Irvan Borneo, Choki, Pay, dan Eet. Penampilan Eet adalah salah satu yang ditunggu-tunggu oleh cerpenis Agus Noor yang malam itu terlihat di tengah kepadatan penonton.
Penonton juga sangat menikmati petikan gitar Ebiet G Ade yang malam itu membawakan ”Berita Kepada Kawan”. Lalu ”Tanah Air” dan ”Juwita Malam” yang dibawakan oleh Endah, Jubing, Nissan, dan Nathania. Begitu juga saat formasi jazz yang terdiri dari Gerald, Doni Suhendra, Agam Hamzah, Oele Pattiselano didampingi Hendy dan Shadu tampil membawakan ”La Fiesta”.
Bagi banyak penonton, Ian Antono dan Jopie Item juga sosok yang paling ditunggu-tunggu. Jopie tampil kalem, seperti seorang sufi yang berdialog intensif dengan Sang Pencipta Bumi. Dia memetik gitarnya mengalunkan melodi ”Sabda Alam”, ”Kisah Cintaku”, dan ”Cavatina”.
Jika dua lagu pertama itu biasa dikenal sebagai lagu Chrisye, lagu terakhir merupakan ciptaan Stanley Myers pada 1970. Nadanya melodius dan menenangkan. ”Petikan Jopie ini clean and clear, tarafnya sudah ma’rifat,” komentar seorang pencinta musik setelah menyimak penampilan Jopie.
Ketika Ian Antono dan Armand Maulana menutup pertunjukan dengan lagu ”Rumah Kita”, banyak penonton enggan beranjak. Mereka masih ingin berlama-lama menikmati musik yang tidak hanya menggembirakan, tetapi juga menenteramkan itu.
Memang, segala hal yang berangkat dari hati, selalu mendapat tempat di hati. Para gitaris ini memainkan lagu-lagu penggerak kalbu. Saat kalbu tergerak, empati bangkit, sumbangan pun mengalir.