Peluru Nyasar dan Glock-17
Ruangan enam anggota DPR terkena peluru nyasar awal pekan lalu. Peluru itu berasal dari senjata otomatis Glock-17 yang digunakan di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta. Tulisan berikut menjelaskan tentang jenis senjata tersebut.
Senjata api laras pendek Glock-17 menjadi ramai diperbincangkan sejak awal pekan lalu. Penyebabnya, tak lain, peristiwa peluru nyasar saat ada latihan menembak di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, yang menembus enam ruangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Pernyataan resmi dan opini dari sejumlah pihak mengiringi peristiwa itu. Dari hasil penyidikan tim Polda Metro Jaya, dipastikan bahwa IAW dan RMY adalah pelaku penembakan tersebut. Selain itu, keduanya diduga baru mencoba latihan tembak dengan senjata otomatis sehingga gugup dalam membidik sasaran yang mengakibatkan peluru dari Glock-17 yang telah ditambahkan alat otomatis mengarah ke atas.
Lalu, apakah Glock-17 ”merestui” kelalaian penggunanya? Di dalam buku manual keselamatan yang terdiri atas 64 halaman yang dapat diunduh secara gratis di laman situs Glock tertulis, ”Kami ingin kalian menikmati menembak dengan pistol Glock, tetapi kami ingin kalian menikmatinya dengan aman”.
Untuk menjamin keamanan pengguna dan mengantisipasi potensi bahaya dari penggunaan Glock-17, Glock Ges.m.b.H selaku produsen senjata api itu menerapkan tiga standar keamanan di setiap pistol Glock yang hadir di pasaran.
Pertama, trigger safety. Fitur ini dirancang untuk menghindarkan pistol mengeluarkan tembakan apabila terjadi tekanan tertentu atau ketika pistol jatuh. Kedua, firing pin safety. Melalui teknologi ini, Glock ingin memastikan bahwa dorongan peluru terlindungi di dalam pistol. Ketiga, drop safety yang memastikan dua fitur keamanan sebelumnya akan kembali aktif ketika peluru telah dikeluarkan.
Secara umum, Glock-17 memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadi keunggulan dibandingkan senjata jenis pistol semi-otomatis lainnya. Dari sisi berat, Glock-17 jauh lebih ringan karena berbahan dasar polimer. Selain memengaruhi berat, polimer juga membuat Glock-17 lebih tahan panas, bahkan hingga 200 derajat celsius.
Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional Bekto Suprapto menuturkan, Glock-17 memenuhi kebutuhan aparat penegak hukum yang ringan, efektif, dan cepat. Efektif dalam artian Glock-17 mampu melakukan tembakan satu hingga tiga kali dalam waktu bersamaan sehingga memudahkan untuk melumpuhkan target. Terkait kecepatan, Glock-17 tidak memiliki kunci sehingga pengguna bisa langsung menembak.
Terkait jarak efektif atau jarak tembakan yang bisa dipertanggungjawabkan, Bekto memastikan, Glock-17 bisa menjangkau hingga 50 meter. Sementara itu, jarak jangkau senjata tersebut bisa mencapai ratusan meter, tergantung dari jenis amunisi yang digunakan sebab setiap pabrikan peluru memiliki material yang berbeda.
Bekto pun tidak menutup kemungkinan apabila tembakan kedua tersangka mampu menjangkau Kompleks Parlemen. ”Kalau dimodifikasi menjadi otomatis dan digunakan oleh orang yang pertama kali menggunakan (senjata otomatis), bidikannya bisa ke mana-mana. Masuk akal jika mencapai jarak itu,” ujar mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri itu.
Produk perdana
Dalam bukunya berjudul Glock: The Rise of American’s Gun (2012), Paul M Barret mengungkapkan, kehadiran Glock-17 merupakan hasil kreasi perdana seorang ahli pembuat produk metal berkebangsaan Austria, Gaston Glock. Ia mengkreasi senjata laras pendek berkaliber 9 x 19 milimeter untuk mengikuti kompetisi pembuatan pistol yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan Austria pada 1980.
Sejak dekade 1970-an, Glock bersama sang istri, Helga, memiliki usaha sampingan membuat barang metal untuk pintu dan kaca. Padahal, satu-satunya pengalaman menggunakan senjata api didapatkan Glock ketika masuk kamp militer Jerman di akhir Perang Dunia II. Baru pada 1980, ketika hendak mengikuti kompetisi itu, ia membeli senjata api German Walther P-38.
Melansir situs Glock, pada 1982, Glock memenangi kompetisi tersebut dan mendapat kontrak untuk memproduksi 30.000 Glock-17 bagi tentara dan kepolisian Austria. Setelah tujuh tahun berlalu, Glock-17 telah diekspor ke 45 negara untuk keperluan pasukan khusus, militer, dan kepolisian. Selain itu, Glock-17 juga dimanfaatkan untuk keperluan rekreasi, olahraga, dan keamanan pribadi.
Dalam artikel berjudul ”Glock vs Sig Sauer: Glock-17 vs P226 (Which Gun Is Better?)” di majalah The National Interest edisi Oktober 2018, Kyle Mizokami menuliskan, Glock-17 tidak hanya menjadi pionir kehadiran pistol pabrikan Glock, tetapi juga memimpin barisan terdepan invasi senjata Eropa di seluruh dunia.
Barret menjelaskan, keberhasilan Glock-17 mendunia tidak lepas dari kehadiran senjata itu di film laris Hollywood. Bruce Willis ketika memerankan detektif John McClane di Die Hard 2 (1990) menjadi salah satu perintis kehadiran Glock di layar perak Amerika Serikat.
”Penampilan” Glock di Hollywood tidak lepas dari peran Rick Washburn, pemilik perusahaan Weapons Specialist, yang mendistribusikan senjata untuk keperluan film. Dampaknya, sejumlah unit kepolisian di AS menggunakan Glock. Selain itu, masyarakat AS juga menjadikan Glock sebagai senjata favorit untuk dimiliki.
Akhirnya, popularitas Glock bagi pencinta senjata mungkin bisa digambarkan dari salah satu adegan antara Arnold Schwarzenegger dan seorang pendeta di film End of Days (1999). ”Antara keyakinanmu dan Glock 9 milimeter milikku, aku memilih Glock,” ujarnya.