WASHINGTON, SENIN -- Arab Saudi akhirnya mengakui jurnalis seniornya, Jamal Khashoggi, dibunuh di konsulat negara itu di Istanbul, Turki. Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, pembunuhan Khashoggi di konsulat adalah kesalahan besar dan disesali.
“Operasi itu kasar, dengan sejumlah orang melampaui kewenangan dan tanggung jawab mereka. Mereka bersalah ketika membunuh Jamal Khashoggi di konsulat dan mencoba menutupinya. Saya menjamin mereka yang bertanggung jawab akan menanggung dampaknya,” tuturnya, Minggu (21/10/2018) malam, di Washington, Amerika Serikat.
Sejauh ini, al-Jubeir merupakan pejabat Saudi paling tinggi yang mengakui Khashoggi terbunuh di konsulat. Pengakuan itu menambah ketidakkonsistenan Arab Saudi pada masalah Khashoggi.
Awalnya, Riyadh berkeras Khashoggi, kolumnis The Washington Post, sudah meninggalkan konsulat setelah masuk ke kompleks tersebut pada 2 Oktober 2018 siang. Berselang hampir tiga pekan, Riyadh akhirnya mengakui Khashoggi yang kerap mengkritik kebijakan Saudi tewas dalam konsulat akibat perkelahian. Kini, seperti disampaikan al-Jubeir, Khashoggi dinyatakan terbunuh di konsulat. Namun, sampai sekarang, belum diketahui jenazah Khashoggi disembunyikan.
Selain itu, ada pula pejabat di pemerintahan Saudi yang mengungkapkan versi baru kasus itu. Dalam versi itu, ada 15 pegawai kerajaan diutus untuk menemui Khashoggi. Mereka dinyatakan mengancam membius dan menculiknya lalu membunuhnya lewat cekikan kala Khashoggi melawan. Salah seorang di antara mereka mengambil pakaian Khashoggi lalu mengenakannya untuk keluar konsulat.
Meski mengakui terbunuh di konsulat Saudi, a-Jubeir menyatakan Riyadh tidak mengetahui bagaimana penduduk tetap AS itu bisa tewas. Riyadh juga tidak tahu di mana jenazah Khashoggi berada. Menurut al-Jubeir, Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman tidak terkait dengan masalah itu.
Dari Riyadh dilaporkan, Raja Salman Bin Abdulaziz dan Pangeran Bin Salman menghubungi putra Khashoggi, Salah Khashoggi. Mereka menyampaikan duka cita kepada keluarga.
Tekanan Eropa
Dalam kesempatan terpisah, Jerman, Perancis, dan Inggris semakin meningkatkan tekanan pada Arab Saudi terkait kasus Khashoggi. Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan, Jerman tidak akan mengekspor persenjataan ke Arab Saudi selama kasus Khashoggi tidak jelas. Pada tahun ini, Jerman menyepakati ekspor persenjataan senilai 480 juta dollar AS ke Arab Saudi. Sebagian besar ekspor itu adalah kapal patroli.
Bersama Inggris dan Perancis, Jerman juga membuat pernyataan “Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan ini dan kami mengecam sangat keras. Hal mendesak sekarang adalah penjelasan atas apa yang sebenarnya terjadi,” demikian ungkap pernyataan itu.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan, siap mengumumkan penyelidikan yang dilakukan Turki. “Kita mencari keadilan dan hal ini akan mengungkapkan fakta sebenarnya. Bukan melalui langkah biasa, melainkan melalui fakta sebenarnya,” ujarnya.
Sejauh ini, Erdogan menahan diri untuk berkomentar terbuka atas masalah Khashoggi. Pernyataan di Istanbul itu menjadi babak baru. Erdogan direncanakan mengumumkan hasil penyelidikan kasus Khashoggi pada Selasa (23/10/2018) di parlemen.
Kematian Khashoggi membuat hubungan Ankara-Riyadh memburuk. Turki-Saudi berseberangan sejak koalisi Saudi memboikot dan memblokade Qatar. (AFP/REUTERS)