Guru Bahasa Indonesia Belum Optimal Kembangkan Kreativitas Model Belajar
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kreativitas guru bahasa Indonesia dalam mengembangkan beragam model belajar masih belum optimal. Sebab, kemampuan guru untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia mulai dari mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, membantu siswa cakap untuk berkomunikasi sesuai konteks.
Ketua Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) Jajang Priatna yang dihubungi dari Jakarta, Minggu (21/10/2018), mengatakan, pengajaran Bahasa Indonesia dengan Kurikulum 2013 didominasi struktur bahasa. Guru harus punya bekal beragam model belajar yang membuat siswa paham dan dapat mengaplikasikan struktur bahasa yang baik, terutama terkait beragam teks.
"Bukan tidak bagus materi soal struktur bahasa, tapi bisa membuat siswa bosan. Apalagi jika guru kurang mengembangkan model belajar yang menarik," ujar Jajang.
Dalam Kongres AGBSI beberapa waktu lalu, ditekankan untuk bisa menggunakan pendekatan sastra untuk masuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Materi sastra beragam dan menarik serta tetap bisa dipakai untuk mempelajari struktur bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Guru bahasa Indonesia didorong untuk jadi model sebagai agen literasi. Dengan demikian, guru jadi teladan dalam mengembangkan kebiasaan membaca dan menulis.
Jajang mengatakan, guru bisa mulai dari dunia siswa. Para siswa di era digital punya referensi membaca dalam bahasa indonesia secara digital. Bahan, ada juga ada yang aktif menulis karya sastra, seperti puisi atau cerpen. "Dengan pendekatan yang bersumber dari apa yang dipahami atau dimiliki siswa, belajar bahasa Indonesia bisa menarik. Guru bisa mencari banyak bahan lain yang baik yang bisa dikaji bersama," kata Jajang.
Jajang mengatakan, di sekolah, kemampuan berbahasa harus dikuasai dengan baik secara bertahap. Dimulai dari kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan ini yang juga dites dalam Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) yang terstandar oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud.
"Sayangnya belum semua guru bahasa Indonesia ikut UKBI. Salah satu program kami, mendorong semua guru bahasa Indonesia ikut UKBI agar ada gambaran tentang kemampuan mereka untuk evaluasi," ujar Jajang.
Level madya
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, Dadang Sunendar, mengatakan kemahiran berbahasa Indonesia penutur jati atau warga negara Indonesia masih didominasi di level madya ke bawah sekitar 66 persen. Di level ini, masyarakat masih terkendala berkomunikasi dalam bahasa Indonesia untuk kebutuhan yang terkait keprofesian dan ilmiah yang kompleks.
Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia sudah ditetapkan pula level peringkat yang harus dipenuhi sesuai profesi. Termasuk pula ketentuan soal level kemampuan berbahasa Indonesia warga negara asing yang belajar atau bekerja di Indonesia.
Namun, dari hasil UKBI kurun waktu 2005 - 2017 yang diikuti 37.893 peserta yang mayoritas diikuti guru bahasa indonesia (termasuk di dalamnya 1.158 penutur asing), kemahiran berbahasa Indonesia secara umum masih di bawah level yang diharapkan.
Guru bahasa Indonesia ditetapkan di level unggul. Guru dengan kemahiran unggul mampu berkomunikasi dalam bahasa indonesia yang baik dan benar, termasuk untuk tujuan keprofesian yang sederhana dan kompleks.
Ada tujuh level kemahiran yang ditetapkan, dari yang terendah yakni terbatas, marginal, semenjana, dan madya. Lalu meningkat ke level unggul, sangat unggul, dan istimewa. Dari data UKBI penutur jati 2005-2017, hanya 6,5 persen peserta yang mencapai level sangat unggul dan unggul 27 persen. Di level ini, kemampuan berbahasa Indonesia tidak terkendala untuk berkomunikasi secara keprofesian dan ilmiah yang kompleks.
Peserta UKBI akan diukur kemahirannya dalam mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara, serta respons terhadap penggunaan kaidah bahasa Indonesia. "Tes UKBI ini bisa jadi acuan dalam mengukur standar kemahiran berbahasa Indonesia untuk beragam tujuan. Termasuk pula untuk mengevaluasi hasil pembelajaran bahasa indonesia," kata Dadang.