Penyelesaian Stasiun LRT Fase 1 Fokus pada Kawasan Depo
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelesaian sarana stasiun moda kereta rel ringan (LRT) dikejar untuk memenuhi target rampung pada Desember 2018. Sarana enam stasiun pada rute fase 1 di kawasan Kelapa Gading hingga Rawamangun, Senin (22/10/2018), masih menyisakan pengerjaan Stasiun Depo Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang bangunannya belum selesai.
Berdasarkan pantauan Kompas sepanjang Senin (22/10/2018), sejumlah stasiun mulai dari kawasan Velodrom Rawamangun, Pulomas, hingga Kelapa Gading masih menyelesaikan sarana di sekitar akses masuk. Stasiun Depo Kelapa Gading menjadi satu-satunya wilayah yang belum selesai karena rangka bangunannya masih disusun.
Manajer Proyek LRT PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Wilman Sijabat mengatakan, pengerjaan Stasiun Depo Kelapa Gading memakan waktu lama karena sejumlah penyesuaian terhadap lahan. Karakter tanah yang lebih lunak dibandingkan dengan lahan stasiun lain memberikan dampak saat awal masa pengerjaan berlangsung.
”Sempat ada proses evaluasi desain stasiun, lalu ada titik pengeboran yang ditambah di kawasan tersebut. Kedua hal itu turut memakan waktu,” kata Wilman.
Pengerjaan Stasiun Depo saat ini dikejar dengan mengerahkan lebih banyak pekerja konstruksi. Ia mengemukakan, jumlah pekerja konstruksi dari stasiun itu lebih banyak tiga kali lipat daripada 100 pekerja di stasiun LRT lain.
Direktur Proyek LRT PT Jakpro Iwan Takwin menargetkan penyelesaian Stasiun Depo pada Desember. Target itu direncanakan sebulan lebih lama dibandingkan dengan lima stasiun lainnya untuk menyamakan hasil pengerjaan pada tenggat akhir 2018.
Meskipun diklaim sejumlah stasiun hampir selesai, pengerjaan sarana akses masuk terlihat belum merata di tiap stasiun. Kompas memantau perkembangan di Stasiun Arena Pacuan Kuda (Equestrian), Pulogadung, Jakarta Timur, terdapat eskalator yang belum terpasang beriringan dengan akses tangga. Stasiun Velodrom juga belum memasang sebagian kaca pada dinding pembatas serta belum menyesuaikan tinggi kanopi pada tangga di salah satu akses masuk.
Sejumlah pengerjaan itu dinilai Wilman dapat selesai selama masa pengerjaan pada November tahun ini. Pemasangan eskalator di Stasiun Equestrian itu ia akui sempat beberapa kali ditunda, tetapi pemasangan eskalator itu dapat diselesaikan dalam seminggu.
Selain sejumlah pengerjaan itu, Iwan juga memprioritaskan delapan unit kereta yang masih perlu diuji pada rel di rute fase 1. Dari kunjungan Kompas, pengujian kereta hari itu hanya dilakukan pada rute Stasiun Velodrom hingga ke Equestrian dan sebaliknya. Sementara di beberapa stasiun lain tidak tampak pengujian kereta dilakukan hingga di kawasan Stasiun Depo Kelapa Gading.
Mengenai hal itu, Iwan menanggapi pengujian kereta dilakukan terjadwal dan saat ini belum ada pengujian terutama pada siang hari. Sementara itu, Wilman menjelaskan bahwa salah satu jadwal pengujian sempat dilakukan pada Sabtu (20/10/2018), yaitu pengangkatan unit lokomotif untuk pemeliharaan moda kereta rel.
Iwan berharap, seluruh operasionalisasi kereta akan berfungsi selambat-lambatnya pada akhir Januari 2019. Ketika beroperasi, jalur fase 1 Koridor 1 LRT Jakarta ini diperkirakan dapat mengurangi volume kendaraan hingga 5.000 mobil (Kompas, 3/9/2018).
Integrasi LRT-BRT
Wacana mengenai integrasi antara LRT dan moda transportasi bus transjakarta (bus rapid transit/BRT) mulai didiskusikan pada Senin pagi. Pertemuan itu membicarakan teknis penyambungan antara stasiun LRT dan halte busway Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur.
Direktur Utama PT LRT Jakarta Allan Tandiono mengatakan telah bersepakat dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk menyelesaikan pengerjaan jembatan itu dalam kurun waktu 2-3 bulan. Allan bersama Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mulai meninjau rencana pembangunan jembatan layang (skywalk) itu dari Stasiun Velodrom.
”Pemilihan Halte Pemuda Rawamangun didasarkan pada kebutuhan warga yang menuju ke wilayah tengah kota Jakarta dari rute Koridor 4 bus transjakarta karena melalui rute Pulogadung-Dukuh Atas 2,” kata Allan.
Pertemuan itu hanya membahas hal terkait dengan teknis penyambungan antarmoda. Mengenai integrasi tarif, belum ada pembahasan lebih lanjut dari kedua pihak. Allan masih menunggu keputusan itu yang akan diatur melalui program Jak Lingko dari pemerintah tingkat provinsi.
Suharto dari Staf Humas PT Jakpro mengatakan, jembatan itu akan mirip dengan yang menyambungkan rute Koridor 1 (Blok M-Kota) dengan Koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit) pada Halte Bus Transjakarta. Pada pangkal jembatan di Halte Pemuda Rawamangun akan disediakan portal untuk akses masuk menggunakan kartu uang elektronifikasi (e-money).
Penyelesaian jembatan itu direncanakan beriringan dengan rute LRT fase 1 Koridor 1 yang mulai aktif pada Januari 2019. Apabila hal ini terwujud, pengguna moda LRT dapat menempuh perjalanan dari Stasiun Boulevard Kelapa Gading hingga ke Halte Busway Dukuh Atas 2 dalam waktu 45 menit (Kompas, 3/9/2018). (ADITYA DIVERANTA)