Rencana Relokasi Lapangan Tembak Belum Dibahas dengan DPRD DKI
JAKARTA, KOMPAS — Rencana relokasi Lapangan Tembak Senayan pascaperistiwa ”peluru nyasar” belum diketahui oleh Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta. Mereka juga belum diajak berdiskusi terkait dengan rencana itu oleh pihak mana pun, termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Ketua Komisi D (Bidang Pembangunan) DPRD DKI Jakarta Imam Satria mengatakan, pihaknya belum pernah diajak berkomunikasi. ”Sejauh ini belum ada informasi apa-apa terkait (relokasi) itu,” ujar Imam, Senin (22/10/2018).
Sebelumnya, dalam pemberitaan Kompas (20/10/2018), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pembahasan terkait dengan relokasi sudah hampir final. Setelah melakukan kajian ulang, diketahui bahwa peruntukan Lapangan Tembak adalah sebagai salah satu ruang terbuka hijau. Anies mengemukakan, tempat itu akan tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau.
Apabila lokasinya menjadi dipindahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membantu menfasilitasi tata ruang Lapangan Tembak Senayan supaya mendapatkan lokasi yang aman. Lokasi Lapangan Tembak Senayan saat ini selain berada dekat dengan gedung parlemen juga dekat dengan sekolah, hotel, puskesmas, dan kantor kelurahan.
Rencana relokasi itu tidak diketahui pihak Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Jakarta. Sekolah itu terletak sekitar 200 meter dari Lapangan Tembak Senayan. ”Belum tahu terkait rencana (relokasi) tersebut,” ucap Kepala SMAN 24 Jakarta Nestaria Rumahorbo. Selain karena alasan aturan tata ruang, rencana relokasi itu juga didasari faktor keamanan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMAN 24 Jakarta Misfa berkata, aktivitas latihan tembak tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Selama ini, menurut Misfa, tidak pernah ada kejadian apa pun seperti peluru menyasar yang terjadi di Gedung DPR pada 15 Oktober. ”Aman saja, tidak pernah ada kejadian apa pun,” kata Misfa yang sudah mengajar di SMAN 24 Jakarta sejak 1998 itu.
Suara tembakan yang kerap terdengar dari Jalan Tentara Pelajar dan sekitarnya itu tidak terdengar di SMAN 24. Hal tersebut karena bangunan di sekolah itu dilengkapi dengan peredam suara. ”Kalau dengar suara tembakan mungkin sesekali dengar, tetapi kalau sampai mengganggu kegiatan belajar-mengajar di kelas, saya rasa tidak. Kebetulan semua ruangan kita kedap suara,” jelas Misfa.
Hal serupa juga diujarkan oleh beberapa siswa yang ditemui Kompas, Senin siang, salah satunya Syarifa Zafira. Dia mengatakan, saat di dalam ataupun di luar ruang kelas, ia sama sekali tidak terganggu oleh suara tembakan. ”Tidak pernah dengar, mungkin karena suaranya tersamarkan dengan kebisingan kendaraan yang melintas,” ucap siswi kelas 11 SMAN 24 Jakarta tersebut.
Berbeda dengan Misfa dan Syarifa, Nestaria yang baru sekitar sebulan pindah ke sekolah itu merasa masih sering kaget jika mendengar suara tembakan. ”Saat awal-awal itu sempat kaget dengar suaranya, tapi kalau pintu ruangannya ditutup jadi tidak terdengar suara (tembakan)-nya,” kata Nestaria.
Senin siang, beberapa siswa SMAN 24 tampak sedang berlatih baris-berbaris. Mereka latihan di lapangan basket yang jaraknya lebih dekat dengan lapangan tembak karena terletak di belakang kanan sekolah. Setiap minggunya mereka melakukan aktivitas tersebut. Seakan tak peduli akan kebisingan kendaraan yang lalu lalang, mereka tetap tampak semangat berlatih. Suara pemimpin barisan terdengar cukup jelas dari jarak lebih kurang 5 meter dari ujung barisan.
Relokasi diperlukan
Dihubungi secara terpisah, pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, mengatakan, lapangan tembak sudah ada di kawasan Gelora Bung Karno sejak Asian Games ke-4 pada 1962. Kala itu, Presiden Soekarno menjadikan kawasan sekitar Gelora Bung Karno sebagai pusat olahraga.
”Penyimpangan terjadi pada masa Orde Baru. Ketika itu beberapa hotel dan pusat perbelanjaan baru mulai dibangun di sekitar lapangan tembak,” kata Yayat.
Pembangunan-pembangunan itu akhirnya membuat lapangan tembak terkepung. Yayat mengakui lokasi lapangan tembak saat ini kurang pas karena perubahan di lingkungan sekitarnya. ”Kalau mau memindahkan bagus, tapi (kawasan tersebut) jangan dijadikan kawasan bisnis,” ucapnya.
Bagi Yayat, yang terpenting dari lapangan tembak adalah prosedur standar operasi yang ketat. Tak hanya itu, para petembak juga hendaknya dilatih dan didampingi dengan benar agar tidak salah sasaran.
Saat ini, pihak kepolisian menahan dua tersangka yang menjadi dalang dalam peristiwa peluru menyasar, Senin (15/10/18) siang. Berdasarkan olah tempat kejadian, setidaknya ada enam lubang tembakan yang ditemukan di Gedung DPR. Arah peluru menyebar ke beberapa lantai, antara lain lantai 6, 9, 10, 13,16 dan 20.
Sejak peristiwa peluru menyasar hingga Senin sore, Lapangan Tembak Senayan belum dibuka untuk umum. Tidak terdapat garis polisi atau penanda apa pun di lokasi, tetapi semua pintu kaca yang biasanya terbuka ditutup rapat. Salah satu penjaga Lapangan Tembak Senayan mengatakan, lapangan itu ditutup sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Beberapa orang tampak mendatangi lapangan tembak untuk berlatih pada Senin siang. Perubahan ekspresi tampak di wajah orang-orang yang datang sesaat setelah mendengar penjelasan penjaga. Mereka harus rela menerima kenyataan bahwa lapangan sedang tidak bisa digunakan.
Hingga Senin malam, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Benny Agus Chandra, Ketua Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) DKI Jakarta Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, dan Direktur Utama Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno Winarto tidak mengangkat telepon dan tidak membalas pesan singkat Kompas terkait dengan perkembangan rencana relokasi Lapangan Tembak Senayan. (KRISTI DWI UTAMI)