Puncak perayaan Hari Santri dilakukan di Bandung, Jawa Barat. Para santri diminta Presiden Jokowi agar tak terpecah belah dan terus menjaga NKRI.
BANDUNG, KOMPAS - Santri memiliki peran penting dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo meminta santri sebagai perekat bangsa untuk tidak terpecah belah, terutama menjelang tahun politik.
Dalam sambutannya pada peringatan puncak Hari Santri, Santriversary, di Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/10/2018), Presiden berpesan kepada peserta yang memadati Lapangan Gasibu bahwa santri harus memahami perannya sebagai perekat Indonesia, rumah dari beraneka ragam masyarakat. Peran santri sebagai perekat dilakukan dengan cara saling menghargai meski berlatar belakang suku, agama, bahkan tradisi yang berbeda. Santri menjadi pengingat, meski berbeda, semua warga negara Indonesia adalah bersaudara.
Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober dirayakan oleh jutaan santri di Indonesia. Tidak hanya para santri, para pengurus, guru, dan ulama yang
berbasis pesantren pun merayakan Hari Santri sebagai penanda pengakuan negara atas peran kaum santri melawan penindasan dan kolonialisme. Hal itu menjadi tonggak sejarah yang penting bagi berdirinya Indonesia.
Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marzuki Wahid menuturkan, momentum Hari Santri itu mengukuhkan bersatunya religiositas dan nasionalisme.
Peringatan Hari Santri tidak bisa dilepaskan dari momen bersejarah keluarnya seruan perang melawan penjajah dari pendiri NU, KH Hasyim Asyari, 22 Oktober 1945. Seruan di hadapan ulama se-Jawa dan Madura itu menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
”Bahwasanya nilai-nilai kebangsaan dan religiositas tidak bisa dibenturkan atau saling dinegasikan sebab keduanya merupakan prasyarat berdirinya Indonesia,” kata Marzuki.
Hari Santri menegaskan, nilai-nilai ketuhanan menjadi jiwa bagi pembentukan bangsa, tetapi bukan berarti Indonesia merupakan negara agama. Indonesia juga bukan negara sekuler.
Konteks politik
Dalam konteks tahun politik, maraknya hoaks dan ujaran kebencian guna meraih dukungan politik pun bertentangan dengan nilai-nilai religiositas. Oleh karena itu, penggunaan hoaks dan ujaran kebencian guna meraih kemenangan politik jangka pendek harus dihindari.
Dalam amanatnya yang dikirim kepada jajaran PBNU daerah dan pondok pesantren, Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj mengingatkan para santri untuk bisa menjaga diri dari hoaks dan dampak buruk internet.
”Internet adalah bingkisan kecil dari kemajuan nalar yang menghubungkan manusia sejagat dalam dunia maya. Ia punya aspek manfaat dan mudarat yang sama besar. Internet dapat digunakan untuk menebarkan pesan-pesan kebaikan dan dakwah Islam, tetapi juga bisa dipakai untuk merusak harga diri dan martabat kemanusiaan dengan ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks,” kata Said.
Dalam merayakan Hari Santri, PBNU dan nahdliyin di seluruh Tanah Air akan melakukan pembacaan shalawat nariyah dan doa bersama serentak. Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah dimulai pada Minggu pukul 19.00 serentak di masjid, pesantren, kampus, dan majelis-majelis pengajian.