Ratusan Pebisnis Dampingi PM Jepang Saat Kunjungi China
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Sedikitnya 500 pengusaha Jepang akan mendampingi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam kunjungannya ke China, pekan ini. Pejabat pemerintah Jepang, Senin (22/10/2018), mengatakan, kunjungan Abe selama tiga hari yang dimulai Kamis mendatang itu akan menandai langkah lebih jauh mempererat hubungan bilateral Jepang-China ke tahapan hubungan yang normal. Sebelum ini, kedua negara bersitegang pada 2012 terkait konflik kepemilikan pulau-pulau di perairan Laut China Selatan.
China merupakan rekan dagang terbesar Jepang dan hubungan bilateral kedua negara menjadi semakin penting menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menerapkan tarif dengan nilai 250 miliar dollar AS terhadap produk impor dari China. Beijing membalas langkah itu dengan menaikkan tarif sebesar 110 miliar dollar AS terhadap impor AS.
Selain masalah hubungan bilateral, Abe dan Presiden China Xi Jinping akan membicarakan masalah Korea Utara. Seperti halnya Jepang, China juga merupakan negara sekutu yang terpenting bagi Korut. Namun, kini hubungan keduanya terganggu akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan Dewan Keamanan PBB yang bertujuan mendorong Korut mengakhiri program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Jepang juga mau Korut menyelesaikan masalah warga Jepang yang diduga diculik. China dan Jepang sepakat akan terus menekan Korut, termasuk ketegasan dalam hal batasan ketat impor bahan bakar yang melarang transfer antarkapal di laut, sebuah cara untuk mengakali sanksi.
Pembicaraan tingkat tinggi Jepang dan China dihentikan pada 2012 setelah kepulauan milik Jepang diklaim China. Hal ini juga menyebabkan pariwisata dan investasi di China oleh perusahaan-perusahaan Jepang anjlok. Kapal-kapal penjaga pantai China kini masih rutin masuk ke perairan Jepang di sekitar kepulauan itu.
Hubungan mulai membaik ketika PM China Li Keqiang berkunjung ke Jepang, Mei lalu. Pejabat di pemerintahan Jepang menyatakan, kedua pihak sedang mempertimbangkan kerja sama pada bidang infrastruktur dan proyek ekonomi lain di negara ketiga, kemungkinan besar termasuk Thailand.
Perdagangan Jepang dengan China mencapai sekitar 300 miliar dollar AS per tahun, lebih tinggi dari perdagangan AS dan perusahaan Jepang sebesar 200 miliar dollar AS. Kerja sama perekonomian China-Jepang meliputi industri otomotif hingga pengolahan makanan di pasar China.
Pemerintahan Trump memberlakukan pajak impor baja dan aluminium dari Jepang pada tahun ini. Trump bahkan mengancam akan menetapkan pajak pada industri otomotif dan suku cadang dari Jepang. Hal ini bisa mengganggu perekonomian Jepang karena negara itu bergantung pada ekspor. Pajak AS terhadap produk China juga memengaruhi rantai suplai perusahaan Jepang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chuying, Senin, menegaskan, AS bukan masalah yang harus dipertimbangkan atau menjadi hambatan ketika mengembangkan hubungan bilateral. ”China dan Jepang sama-sama merasa sebagai tetangga yang penting. Sudah menjadi keinginan dan kepentingan kedua negara untuk tetap menjaga kerja sama di berbagai bidang,” ujarnya. (AP)