DEPOK, KOMPAS - Rangkaian kekerasan di Kota Depok, Jawa Barat, terjadi karena persoalan lama dibiarkan. Pertambahan penduduk usia produktif tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat.
Kekerasan di Kota Depok, Jawa Barat, semakin mengkhawatirkan. Pelaku dan korban yang berusia kurang dari 20 tahun perlu mendapat perhatian serius. Peningkatan jumlah penduduk usia produktif di wilayah ini tidak diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang sejalan dengan kebutuhan mereka.
Pandangan ini disampaikan sosiolog Imam B Prasodjo, Senin (22/10/2018). Hal mendasar yang mereka butuhkan, kata Imam, adalah tersedianya ruang publik yang cukup. Ruang itu juga berguna sebagai sarana aktualisasi diri warga, terutama pemuda.
”Selain menyediakan ruang publik, pemerintah juga perlu memfasilitasi berbagai kegiatan untuk pemuda, terutama setelah sekolah. Kalau tidak, anak-anak akan membentuk kelompok sendiri secara alamiah. Bisa jadi kegiatannya tidak positif,” kata Imam.
Kelompok tak terorganisasi seperti itu berpotensi membentuk geng yang identik dengan kekerasan. ”Kekerasan bagi mereka adalah alat untuk eksistensi diri dan kelompok, serta uji nyali keberanian,” kata Imam.
Kota Depok hingga kini belum memiliki alun-alun besar. Namun, di sejumlah tempat terdapat taman yang dekat dengan permukiman dan biasa dimanfaatkan warga untuk berolahraga.
Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah penduduk Kota Depok berusia 10-34 tahun pada tahun 2000 tercatat 601.674 orang. Pada tahun 2016, penduduk kelompok usia yang sama berjumlah 976.043 orang.
Bekas anggota geng yang sering tawuran, Hadi (26), meminta pemerintah melakukan intervensi. Caranya dengan membuat program-program yang tepat untuk anak-anak muda.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin meminta keterlibatan semua pihak di luar sekolah. ”Sebab, kebanyakan tawuran terjadi di luar sekolah. Sekolah tidak mungkin mengawasi terus anak didik,” ujar Thamrin.
Pemburuan pelaku
Polisi terus memburu pelaku kekerasan di sejumlah tempat di Kota Depok. Polisi menangkap 11 remaja terkait tawuran di Jalan Punak Golf, Pangkalan Jati, Cinere, Jumat (19/10), yang mengakibatkan pelajar bernama Rizky Ramadhan (17) tewas.
Kepala Subbagian Humas Polresta Depok Ajun Komisaris Firdaus mengatakan, sebagian besar pelaku tawuran adalah pelajar. Pada saat yang sama, polisi memburu pelaku kekerasan di Jalan Radar AURI yang menewaskan Andhika Saputra (20).
Firdaus menduga Andhika tewas dalam tawuran antardua kelompok pemuda. Polisi telah memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan barang bukti terkait kasus ini.
Sebelum dua kasus itu, seorang pelajar bernama Ali Akbar (14) tewas karena ditusuk oleh juru parkir minimarket, Ahmad Rivai (19), Sabtu (6/10). (Sekar Gandhawangi)