Selama 41 hari, Jessica Mananohas (10) menjalani nestapa akibat luka bakar di sekujur tubuhnya. Sebelum meninggal, ia telah memaafkan ibu kandungnya, Olga Semet (39) yang membakarnya pertengahan September 2018. Kematian Jessica adalah tragedi menambah daftar kasus kekerasan dalam keluarga di Sulawesi Utara.
Jenasah Jessica, Rabu (24/10/2018) petang, dibawa pulang ke kampung halamannya di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, menggunakan kapal laut KM Venetian. Suasana haru terlihat di dermaga Pelabuhan Manado. Sejumlah ibu menangis.
Di media sosial, kematian Jessica menjadi pembicaraan masyarakat Sulawesi Utara. Ribuan warga menyampaikan turut berduka atas kepergiannya. Gubernur Sulut Olly Dondokambey sempat menjenguk Jessica di rumah sakit dan memberi dorongan moril. Dondokambey menyatakan menanggung seluruh biaya perawatan Jessica.
“Kami memantau perkembangan (kesehatan) Jessica sejak dia dibakar hingga dirawat di rumah sakit, hingga meninggal. Semoga ini terakhir, jangan ada lagi Jessica lainnya,” kata Steven Voges, pemerhati sosial.
Ronny Mananohas, ayah kandung Jessica berlinang air mata. Ronny sangat kecewa atas perbuatan istrinya itu. Ronny dan istrinya, Olga, berpisah ranjang sejak tahun 2012. Ia memilih tinggal di Bitung tempat mencari nafkah.
“Saya menyesal, kecewa kenapa Jessica yang jadi korban. Kasihan anak ini dia harus menderita,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Ronny membawa Jessica tinggal bersamanya di Bitung. Namun, sebulan kemudian Olga datang mengambil Jessica, anak kedua dari empat anak pasangan itu.
Jull Takaliuang dari Lembaga Perlindungan Anak Sulawesi Utara ikut mengantar Jessica ke Tahuna. Jull selama ini berperan atas perawatan Jessica di Rumah Sakit Kandou Malalayang Manado, sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Liung Kendage, Tahuna.
Menurut Jull, angka kekerasan terhadap anak dari orang terdekat, orangtua atau pun kakak cukup tinggi di Sulawesi Utara. Sebagian besar kekerasan terhadap anak itu merupakan dampak dari keluarga kurang harmonis.
Kasus Jessica adalah kasus kedua yang menghebohkan masyarakat Sulawesi Utara tahun ini, setelah kasus pembunuhan bocah berusia tujuh tahun, Daud Solmabela. Ayahnya, Fence Solambela, melukai fisik Daud hingga akhirnya meninggal.
Untuk kasus Jessica, Jull menyebut terkait persoalan temperamen orangtuanya yang meledak-ledak. Dia bercerita, Jessica disiram minyak tanah lalu disulut api pada 12 September di rumahnya. Olga kesal karena mencari pisau dapur untuk memasak, tetapi tidak kunjung ketemu.
Anak itu lalu berlari keluar rumah mencari pertolongan kepada tetangga yang kemudian mengantar ke rumah sakit.
Anak tangguh
Sebulan dirawat di Tahuna, Jessica dirujuk ke Rumah sakit Kandou di Manado. Jull menuturkan, kondisi tubuh Jessica agak membaik dua hari sebelum meninggal. Korban juga bercerita ingin sembuh dan kembali bersekolah.
“Jessica menceritakan bahwa ibunya suka marah kepadanya, meski dia selalu membantu mencari nafkah menjual pisang goreng setiap pulang sekolah. Jessica sebelum meninggal bilang sudah memaafkan ibunya,” tukas Jull.
Selama sepuluh hari dirawat Jessica telah mengalami tiga kali operasi oleh tim medis. Awalnya mengalami kemajuan. Akan tetapi, luka parah dialami Jessica membuatnya harus berjuang keras.
Direktur Rumah Sakit Kandou Manado Jemmy Panelewen mengatakan, semangat hidup Jessica membuatnya bertahan sebulan lebih. Luka bakarnya mencapai 85 persen. Jantungnya terganggu yang disebabkan luka bakar yang dideritanya.
Menurut Panelewen, Jessica tergolong anak kecil yang tangguh. Biasanya orang dengan luka bakar seperti itu hanya memiliki peluang hidup sepuluh persen. “Saya kagum, karena Jessica bisa bertahan lebih dari sebulan,” ujarnya.
Kini, ketangguhan bocah perempuan itu pergi untuk selama-lamanya. Mudah-mudahan, tidak ada lagi kekerasan terhadap anak yang jadi korban ketidakharmonisan orangtua.