Pengerukan di Kanal Banjir Timur Terkendala Urusan Teknis
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengerukan endapan lumpur di dua wilayah sungai kawasan Kanal Banjir Timur, Jakarta Timur, belum berjalan maksimal. Hal itu disebabkan kebutuhan teknis yang belum terpenuhi di wilayah pengerukan.
Kondisi itu seperti tampak pada pengerukan di sekitar kawasan Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (24/10/2018). Pekerjaan pengerukan yang dilakukan Dinas Tata Air DKI Jakarta di Pintu Air II Ujung Menteng belum beroperasi sejak pukul 11.00.
Di sekitar kawasan itu ada tujuh ekskavator yang sedang tidak beroperasi mengeruk endapan lumpur pada wilayah dengan jarak sekitar 2,5 kilometer.
Pengawas Lapangan Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur Mikhael Gerung mengatakan, operasi itu terhenti sementara karena bahan bakar kendaraan belum tersedia.
”Belum ada pengerukan sejak Senin (22/10/2018). Kalaupun ada, tidak semua unit beroperasi karena persediaan bahan bakar dari pusat tidak cukup,” kata Mikhael.
Mikhael mengatakan, persediaan bahan bakar baru ada pada Kamis (25/10/2018). Pengerukan perlu dikerjakan lebih cepat karena Oktober mulai memasuki musim hujan. Ia menuturkan, saat musim hujan, pengerukan tidak dapat berjalan maksimal karena debit air meninggi.
Pengerukan di Ujung Menteng yang menjadi hilir bagi kawasan Jakarta Timur itu saat ini baru pada endapan lumpur sedalam 1 meter. Ditargetkan, aktivitas itu dapat mengeruk endapan sedalam 3 meter sebelum musim hujan.
Hal berbeda terjadi pada aktivitas pengerukan sedimen di sekitar Cipinang, Duren Sawit, yang ditangani Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Pengerukan di kawasan itu hanya dikerjakan dengan satu ekskavator untuk kawasan berjarak sekitar 250 meter.
Petugas operasionalisasi ekskavator dari BBWSCC, Sanusi (39), mengatakan, pengerukan tidak berjalan maksimal karena keterbatasan alat yang diturunkan. Dalam sembilan hari terakhir, ia mengatakan telah mengeruk sebagian kawasan Cipinang dan meletakkan sisa endapannya di bantaran sungai. Namun, sisa dari endapan itu dapat longsor lagi ke sungai karena tidak langsung direlokasi.
Pejabat Pembuat Komitmen Operasi Pemeliharaan Sumber Daya Air 3 (PPK OPSDA 3) BBWSCC Mochammad Ibrahim mengatakan, hal itu terjadi karena armada saat ini dkerahkan tidak hanya untuk kawasan Kanal Banjir Timur. Masih ada pengerukan yang juga digarap oleh BBWSCC di Sungai Grogol, Krukut, Mookervart, dan Sunter.
”Ada sembilan lokasi pengerukan yang sedang kami kerjakan. Itu pun dibantu dengan alat-alat dari Armada Komando Daerah Militer Jayakarta (Kodam Jaya),” kata Ibrahim.
Mengenai hal itu, ia mengusahakan pengerukan di kawasan Cipinang dapat segera ditambah dengan ekskavator yang dikerahkan untuk membantu pengerukan di Bandung, Jawa Barat. Ia juga mengharapkan suku dinas terkait dapat turut membantu membersihkan kawasan tersebut.
Pengamat lanskap kota Nirwono Joga mengatakan, kendala yang terjadi dalam pengerukan endapan lumpur di sungai, terutama pada kawasan Kanal Banjir Timur, merupakan persoalan yang selalu berulang. Ia menyampaikan, setidaknya ada dua inti persoalan, yaitu pada perencanaan anggaran serta pola pikir untuk mengatasi endapan lumpur yang perlu diubah.
”Dari penganggaran, sering kali itu tidak direncanakan dengan matang, bahkan hal itu berulang pada beberapa periode pemerintahan yang lalu. Hal itu akhirnya juga memengaruhi proses pengerjaan yang mepet, bahkan dikebut 24 jam saat memasuki musim hujan,” tutur Nirwono.
Ia melanjutkan, pola pikir mengenai tata sungai di kota saat ini hanya fokus pada cara untuk memindahkan air secepat mungkin ke arah laut. Padahal, debit air itu dapat dikelola melalui sejumlah cara, seperti diarahkan ke waduk dan situ yang dapat menampung kebutuhan air saat kemarau.
Ia juga mengkritik pembetonan kanal yang membuat laju air menjadi tidak terserap tanah. Laju air itu seharusnya diperlambat dengan ada resapan tanah sehingga mendukung konsep eco-drainase.
Sejak awal digagas, Kanal Banjir Timur dibuat untuk melancarkan laju air dari hulu sejumlah sungai, diarahkan menuju laut melewati wilayah Jakarta Timur dan Utara. Pada saat musim hujan, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan bisa diperparah dengan endapan lumpur di Kanal Banjir Timur yang belum dikeruk (Kompas, 14/2/2015). (ADITYA DIVERANTA)