Namanya Rachel. Ia adalah robot pertanian. Untuk pertama kali dia digunakan di sebuah lahan pertanian di Inggris. Dia, meskipun masih dalam tahap pengembangkan, bakal menyelesaikan seluruh masalah pertanian pada fase pertumbuhan. Usaha rintisan berbasis digital terus memasuki semua sendi kehidupan hingga di sektor pertanian. Indonesia perlu memikirkan penggunaan robot untuk pertanian karena tenaga kerja di pertanian makin menua dan banyak talenta di bidang robotika.
Rachel berukuran kecil seperti mainan anak-anak. Dia yang masih tergolong purwarupa bisa memasuki lahan dan bisa mengukur kebutuhan bahan kimia untuk tanaman. Laman The Guardian melaporkan, Rachel juga mengirimkan foto setiap tiga menit yang bisa digunakan untuk kebutuhan forensik lahan.
Kelak bila sudah selesai pengembangannya, ia bakal mampu memetakan lahan, menanam biji tanaman, memantau perkembangan hama, hingga pemanenan.
Pengembang robot ini mengatakan, bila petani menggunakan robot, mereka bisa menekan penggunaan pupuk karena robot bisa memastikan kebutuhan pupuk itu secara tepat, robot ini bisa bekerja dengan memperhatikan kebutuhan setiap pohon sehingga bisa mengurangi penggunaan pestisida. Pembuatan robot mengklaim bisa menaikkan pendapatan hingga 40 persen dan tentu mengurangi biaya.
Rachel adalah satu dari fenomena besar penggunaan robot di dalam pengelolaan usaha pertanian.
Lebih dari itu, selama ini ada ukuran lahan tertentu agar pengelolaan usaha pertanian ekonomis, tetapi sepertinya patokan itu bakal berubah. Dengan penggunaan robot, sejumlah biaya bisa dihilangkan atau ditekan sehingga lahan pertanian dengan skala kecil bisa menguntungkan karena bisa dikelola dengan efisien. Dengan demikian, revolusi pengelolaan pertanian tengah terjadi. Mereka bisa mengefisienkan penggunaan tenaga dan waktu dengan menggunakan robot pertanian.
Rachel adalah satu dari fenomena besar penggunaan robot di dalam pengelolaan usaha pertanian di sejumlah negara. Pengembang robot pertanian di Inggris mempunyai ambisi robot bisa mengelola seluruh proses usaha pertanian, dari penanaman hingga panen. Ambisi ini menjadikan perusahaan ventura banyak yang menanamkan modal di industri robot pertanian. Salah satu usaha rintisan di bidang robot pertanian bahkan mendapatkan suntikan dana hingga satu juta pound sterling.
Di Jerman, robot telah digunakan di usaha peternakan, seperti peternakan sapi dan ayam. Mereka bisa mengirim jerami untuk sapi, juga secara otomatis memberi pakan bagi ayam. Di Amerika Serikat, otomatisasi untuk pemanenan stroberi dan lektus. Di Perancis, robot digunakan untuk merapikan tanaman anggur serta untuk panen.
Di Indonesia, isu robot untuk pertanian mungkin belum terlalu terdengar. Namun, kenyataan bahwa mereka yang bekerja di sektor pertanian adalah usia tua, penggunaan robot di pertanian perlu dipercepat. Survei beberapa waktu lalu menyebutkan lebih dari 60 persen petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Data ini alarm bagi pertanian Tanah Air. Di beberapa tempat, seperti di lumbung pangan Karawang, pemilik lahan makin sulit mendapatkan buruh tani saat memulai tanam padi karena banyak yang memilih jadi buruh pabrik.
Di sisi lain talenta di Indonesia banyak yang memenangi kompetisi robot skala internasional. Tahun lalu Indonesia menjadi juara umum di sebuah kontes robot di Amerika Serikat. Tahun ini beberapa tim dari perguruan tinggi juga memenangi kontes robot internasional. Sayang sekali dalam Kontes Robot Indonesia 2018 secara khusus kategori kompetisi robot untuk pertanian belum ada. Kita perlu mengajak mereka untuk mulai memasuki masalah-masalah aktual di dalam negeri sehingga mereka bisa ikut menyelesaikan problem saat ini dengan menggunakan robot.