Jembatan Hong Kong-Makau-Zhuhai, Dorongan Ekonomi, dan Simbol Politik Xi
Oleh
MYRNA RATNA
·3 menit baca
Jembatan terpanjang di dunia yang menghubungkan Hong Kong, Makau, dan Zhuhai di China daratan sejauh 55 kilometer, Selasa (23/102018), diresmikan oleh Presiden China Xi Jinping di Zhuhai. Selain memberi fungsi sebagai sarana penghubung transportasi, jembatan itu membawa makna politik yang besar bagi pemerintahan Xi yang menolak seruan liberalisasi politik di Hong Kong.
Peresmian itu juga dihadiri oleh Pemimpin Hong Kong Carrie Lam. "Dengan ini saya nyatakan jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau resmi dibuka," kata Xi yang hanya berpidato satu kalimat, sebelum meninggalkan panggung dengan cepat.
Para pendukung proyek ini menyatakan, pembangunan jembatan itu akan meningkatkan bisnis di wilayah itu dan akan mempercepat waktu tempuh. Sementara para pengkritik menilai pembangunan jembatan itu sebagai upaya Beijing untuk mengintegrasikan Hong Kong.
Jembatan tersebut dinilai juga membawa makna politik yang besar bagi pemerintahan Xi. Muncul kekhawatiran bahwa Beijing akan semakin memberangus kebebasan sipil di Hong Kong sebelum berakhirnya pengaturan "satu negara, dua sistem" tahun 2047.
Peresmian jembatan itu berlangsung satu bulan setelah peluncuran kereta cepat yang baru dari Hong Kong ke daratan China, yang menyediakan rute berbeda dan lebih pendek. Jalur kereta cepat ini memangkas waktu tempuh perjalanan Hong Kong-daratan China, tetapi sekaligus juga mencuatkan kekhawatiran soal meningkatnya pengaruh Beijing mengingat hukum China berlaku di dalam sebagian jalur Hong Kong.
Mereka masih membutuhkannya sebagai simbol atau ikon politik untuk mengingatkan rakyat Hong Kong.. bahwa kalian terkoneksi dengan daratan induk (China) dengan jembatan yang sangat besar ini.
Menurut Claudia Mo, politisi demokrat di Hong Kong, makna politik jembatan Hong Kong, Makau, dan Zhuhai melebihi kegunaan praktisnya. "Persisnya (jembatan) ini tidak terlalu dibutuhkan karena Hong Kong sudah terkoneksi dengan China daratan di semua jalan yang sudah ada, melalui daratan, melalui udara, melalui laut," kata Mo kepada Associated Press.
"Tetapi, mereka masih membutuhkannya sebagai simbol atau ikon politik untuk mengingatkan rakyat Hong Kong.. bahwa kalian terkoneksi dengan daratan induk dengan jembatan yang sangat besar ini. Ini hampir seperti tali pusar."
Pengembangan ekonomi
Wakil PM China Han Zheng menyebutkan, pembangunan jembatan yang secara pribadi diinisiasi oleh Xi Jinping itu merupakan bagian dari pengembangan Greater Bay Area untuk menciptakan "wilayah ekonomi" yang menghubungkan sembilan kota di China daratan ke Hong Kong dan Makau.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam menilai jembatan itu akan mentransformasi Hong Kong dari status "penghubung" menjadi "partisipan aktif". Sejumlah komentar di media sosial menuduh Lam telah "menjual" Hong Kong pada Xi dan menyebut Lam sebagai Piglet, tokoh kecil dalam cerita Winnie the Pooh.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam menilai jembatan itu akan mentransformasi Hong Kong dari status "penghubung" menjadi "partisipan aktif".
Ini merupakan proyek pembangunan infrastruktur kedua yang mengikat Hong Kong dengan China daratan, setelah sebelumnya kedua wilayah itu dipertemukan oleh jalur kereta cepat. Hong Kong telah memberikan sebagian wilayahnya untuk pembangunan terminus, sehingga sebagian area terminus berada di bawah yuridiksi China.
Semua pengendara maupun kendaraan Hong Kong yang berencana melakukan perjalanan "harus tunduk kepada aturan China daratan." Warga Hong Kong baru bisa masuk ke Zhuhai jika mereka memenuhi kriteria selektif, termasuk memegang posisi jabatan di pemerintahan, ataupun memberikan kontribusi besar pada Provinsi Guangdong.
Hal ini menimbulkan protes di media sosial Hong Kong. "Investasi besar yang menggunakan uang para pembayar pajak di Hong Kong, namun sama sekali tak terbuka pada kita," tulis sebuah komentar di situs The South China Morning Post.
Pengamat politik Willy Lam mengatakan, peluncuran oleh Xi menunjukkan dukungannya untuk integrasi politik dan ekonomi Hong Kong dengan China daratan, apalagi Delta Sungai Mutiara telah lama dianggap sebagai "kutub baru perkembangan China".
Peristiwa ini juga didekatkan dengan peringatan 40 tahun reformasi ekonomi China pada Desember mendatang yang pertama kali diluncurkan pada 1978 pada masa pemerintahan Deng Xiaoping. China saat itu bergeser dari ekonomi Maois menuju kebijakan yang lebih berorientasi pasar yang telah membuat negeri itu kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.