Presiden Jokowi Resmikan Dua Bandara di Kalimantan Timur
Oleh
Nina Susilo/Lukas Adi Prasetya
·5 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan dua bandara di Kalimantan Timur, Kamis (25/10/2018). Kedua bandara ini adalah Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Samarinda, dan Bandara Maratua, Berau. Kedua bandara ini bagian dari pembangunan 15 bandara baru sepanjang 2014-2019.
”Bagi pemerintah, ini mandat untuk membuat konektivitas di sel penjuru itu yang menjadi suatu kenyataan. Ini juga membahagiakan masyarakat Kaltim karena selama ini Samarinda harus melalui Balikpapan sehingga membutuhkan waktu yang panjang. Dengan dihubungkan langsung dengan Jakarta, Samarinda akan menjadi suatu daerah dengan potensi ekonomi dan wisata yang semakin baik,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Samarinda.
Bandara APT Pranoto menggantikan Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi karena panjang landas pacu terbatas 1.040 meter x 23 meter dan berada di lokasi padat permukiman. Selain rawan untuk keselamatan dan keamanan penerbangan, bandara ini juga langganan banjir ketika musim hujan tiba.
Bandara seluas 301,4 hektar ini terletak di ruas poros Samarinda-Bontang di Kelurahan Sungai Siring, sekitar 19 km dari pusat Kota Samarinda. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai membangun Bandara APT Pranoto tahun 2011, tahun 2013 terminal rampung. Namun, pembangunan terhenti dan baru awal 2015 dilanjutkan kembali. Tahun 2016, Pemprov Kaltim menyerahkan bandara ini kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk dikembangkan dan dioperasikan.
Bandara APT Pranoto memiliki ukuran landas pacu (runway) 2.250 m x 45 m, taxiway berukuran 173 m x 23 m, apron 300 m x 123 m, dan mampu melayani pesawat Boeing 737-900 ER. Gedung terminal yang tersedia saat ini seluas 12.700 meter persegi dan mampu menampung penumpang sampai 1.500.000 orang per tahun. Adapun gedung hanggar Bandara APT Pranoto seluas 36.342 meter persegi.
Pada awal pengoperasiannya, Bandara APT Pranoto melayani rute penerbangan dan penumpang yang selama ini beroperasi di Bandara Temindung. Selain itu, jalur dari dan ke Bandara Sepinggan juga mendominasi karena 80 persen penumpang Sepinggan berasal dari sekitar Samarinda. Beberapa rute yang dilayani antara lain dari APT Pranoto ke Berau, Melak, Balikpapan, Muara Wahau (Kaltim), serta Long Apung, Tanjung Selor, dan Data Dawai (Kaltara).
Pengoperasian Bandara APT Pranoto diawali soft launching sekaligus penerbangan perdana pada Kamis, 24 Mei lalu. Penerbangan perdana dilakukan oleh Xpress Air dengan rute Tarakan (Kalimantan Utara)-Tanjung Selor, Bulungan (Kaltara)-Samarinda (Kaltim).
Bandara APT Pranoto menjadi solusi bagi warga Samarinda dan sekitarnya, seperti Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, hingga Kutai Barat. Terlebih nanti jika rute-rute luar pulau sudah ada.
Rute domestik yang paling menjanjikan adalah Tanjung Selor (ibu kota Kaltara)-Samarinda (ibu kota Kaltim), serta Samarinda-Tarakan. Adapun rute yang diharap bisa terlayani tahun ini adalah Samarinda-Banjarmasin (Kalsel) dan Samarinda-Makassar (Sulsel).
Namun, sarana prasarana pendukung Bandara APT Pranoto relatif belum siap. Jalan menuju bandara belum diperlebar. Saat ini, lebar jalan menuju bandara hanya 7 meter sehingga diperlukan pelebaran setidaknya dua kali lipat sepanjang 20 km.
Pulau terluar
Bandara Maratua terletak di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bandara di wilayah pulau terluar di Kabupaten Berau ini mulai dibangun setelah peletakan batu pertama pada September 2015. Februari 2017, Bandara Maratua sudah didarati pertama kali oleh pesawat carter.
Bandara ini memudahkan akses ke Kepulauan Derawan, lokasi wisata nomor satu di Kaltim. Maratua adalah satu dari sejumlah pulau di Kepulauan Derawan, selain Derawan, Sangalaki, dan Kakaban, yang menyajikan ”surga” bawah air, terutama bagi penyelam.
Selama ini, untuk mencapai Derawan, wisatawan dari Jakarta harus terbang ke Tanjung Redeb lalu menyambung perjalanan darat selama 2,5 jam-3 jam menuju ke Tanjung Batu. Kemudian, wisatawan harus naik kapal cepat selama 1,5 jam untuk sampai ke Derawan. Jika cuaca buruk, kapal tidak berlayar. Kondisi ini pun menyulitkan masyarakat, salah satunya karena banyak pasokan makanan didatangkan dari Tanjung Redeb, Berau.
Namun, bandara akan mempermudah perjalanan wisatawan. Setelah mendarat di Maratua, wisatawan tinggal menumpang kapal cepat ke Derawan, atau cukup berwisata di Pulau Maratua untuk menikmati banyak titik penyelaman yang cantik.
Bandara Maratua sesungguhnya sudah disiapkan sejak 2008. Namun, pembersihan lahan baru dilakukan tiga tahun kemudian. Adapun pembangunan dimulai September 2015.
Kini Bandara Maratua memiliki landas sepanjang 1.600 meter dan terminal penumpang seluas 750 meter persegi. Rute penerbangan pesawat dari Maratua saat ini adalah ke Balikpapan dan Berau (Kaltim) serta Tarakan (Kaltara). Maratua bisa didarati pesawat jenis ATR 72 berkapasitas 70 orang.
”Saat ini bandara telah memiliki landas pacu berukuran 1.600 m x 30 m, taxiway dengan ukuran 75 m x 15 m dan apron 70 m x 100 m sehingga pesawat jenis ATR 72 dapat dilayani dengan baik di bandara ini. Untuk fasilitas sisi darat sudah tersedia gedung terminal seluas 750 meter persegi, gedung PK-PPK seluas 108 meter persegi, gedung genset seluas 96 meter persegi, kantor seluas 50 meter persegi, dan gedung operasi 6 lantai dengan ukuran 5 m x 4 m, 2 unit sinar-X, dan jalan akses ke bandara sepanjang 60 meter x 8 meter pun tersedia,” kata Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan M Pramintohadi Sukarno.
Maskapai yang sudah beroperasi di bandara ini adalah Garuda Indonesia jenis ATR 72 yang beroperasi setiap Sabtu dengan rute penerbangan Balikpapan-Maratua pulang pergi. Adapun pesawat Susi Air jenis Grand Caravan beroperasi setiap Rabu dengan rute Tarakan-Maratua, Maratua-Berau pulang pergi.
Ditjen Perhubungan Udara ditargetkan membangun 15 bandara baru sampai dengan akhir 2019. Sampai saat ini telah selesai dibangun dan dioperasikan 10 bandara baru dari 15 bandara tersebut. Kesepuluh bandara baru tersebut adalah Anambas, Namniwel, Miangas, Morowali, Werur, Maratua, Koroway Batu, Kertajati, APT Pranoto, dan Tebelian.