Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melakukan kunjungan bilateral pertama ke China dalam tujuh tahun terakhir. Hubungan kedua negara siap diperbaiki dan diperkuat.
TOKYO, KAMIS Abe dan rombongan tiba di Beijing pada Kamis (25/10/2018) untuk menjalani serangkaian agenda hingga Sabtu mendatang. Lawatan diawali dengan pertemuan antara Abe dan mitranya, Perdana Menteri China Li Keqiang, dan dipuncaki dengan pertemuan bersama Presiden Xi Jinping. Sejumlah tema disiapkan, mulai dari ekonomi, perdagangan, hingga isu pertahanan dan keamanan.
”Melalui kunjungan kali ini, saya ingin meningkatkan hubungan kedua negara menuju pada tingkat baru,” kata Abe, di Tokyo, beberapa saat sebelum keberangkatannya.
Kunjungan Abe masuk dalam agenda peringatan 40 tahun perjanjian perdamaian dan persahabatan China-Jepang. Kunjungan ini adalah yang pertama oleh perdana menteri Jepang sejak 2011 dan merupakan bagian dari proses selama bertahun-tahun untuk memperbaiki hubungan keduanya setelah adanya riak pada 2012 saat Tokyo ”menasionalisasi” pulau-pulau yang diklaim oleh Beijing.
Insiden itu sempat memicu kerusuhan anti-Jepang di China. Sejak pertemuan pada 2014 yang masih canggung antara Abe dan Xi di sela-sela sebuah konferensi tingkat tinggi, kunjungan antarmenteri terjadi di kedua pihak.
Ditengarai, konflik perdagangan China dengan Amerika Serikat sedikit banyak menjadi jalan penguatan kembali hubungan kedua negara. Seperti China, Jepang juga menjadi salah satu target penerapan tarif Washington. Penguatan hubungan Jepang-China menjadi strategis sifatnya. ”Kedua negara kami telah melakukan upaya terus-menerus untuk meningkatkan hubungan,” kata Abe.
Di bidang ekonomi dan perdagangan, kedua pemimpin cenderung fokus pada berbagai penawaran potensial, termasuk investasi bersama dalam infrastruktur di negara-negara kawasan, termasuk Indonesia, Thailand, dan Filipina. Sebuah forum bisnis tentang kerja sama sektor swasta di negara-negara ketiga diperkirakan akan menghasilkan sekitar 50 perjanjian yang tidak mengikat, kata sumber Pemerintah Jepang.
Abe mengatakan, mereka juga berencana membahas isu Korea Utara dan friksi teritorial—menyerukan untuk menjadikan ”Laut China Selatan sebagai lautan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama”. Jepang juga berharap mencapai kemajuan dalam mengimplementasikan kesepakatan 2008 tentang pengembangan ladang gas secara bersama-sama di perairan yang disengketakan. Tokyo juga ingin memastikan China mengurangi batas impor produk dari area yang terkena dampak bencana nuklir Fukushima pada 2011.
Kerja sama keamanan
Diperlukan banyak kesepakatan di antara kedua negara. Kesepakatan itu mulai dari pengaturan pertukaran mata uang dan dialog baru tentang inovasi dan perlindungan hak milik intelektual untuk komunikasi yang lebih baik di antara militer mereka.
Sebagaimana ditulis Nikkei Asian Review, Jepang dan China diperkirakan sepakat untuk segera membentuk hotline keamanan dan mulai mengadakan pertemuan tahunan rutin pejabat pertahanan dalam upaya menghindari bentrokan yang tidak disengaja pasukan mereka di perairan yang disengketakan.
Langkah menuju penerapan penuh mekanisme komunikasi laut dan udara itu akan menjadi salah satu dari beberapa gerakan yang mempromosikan kerja sama terkait isu pertahanan kedua negara. Pengaturan yang memungkinkan kapal dan pesawat udara untuk berkomunikasi melalui frekuensi radio tertentu untuk menghindari tabrakan mulai beroperasi pada Juni. Mekanisme itu juga menyerukan setiap negara mengadakan pertemuan tahunan secara bergantian, antarkepala pertahanan dan wakil mereka, untuk menumbuhkan sikap saling percaya.
Agenda KTT juga memasukkan materi diskusi menuju penandatanganan kerja sama pencarian dan penyelamatan maritim pada kesempatan pertama. Akan diatur juga kunjungan pejabat militer Jepang ke China, yang pertama sejak tahun 2008.