Sampah menjadi salah satu masalah yang dihadapi Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Setiap harinya sekitar 350 ton sampah dihasilkan di Pontianak. Di tangan Reno Pati, pemilik Rumah Unit Pengolahan Pupuk Organik bersama rekan-rekannya, sampah bisa lebih bernilai.
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, mendirikan Rumah Kompos Pendidikan Untan pada 2016. Rumah Kompos Pendidikan Untan merupakan sarana pembelajaran bagi mahasiswa pertanian untuk mengolah sampah menjadi pupuk. Namun, dalam perjalanannya, proses produksi pupuk di tempat itu tidak optimal.
Melihat kondisi itu, pada Februari 2018, Reno Pati yang juga mahasiswa Fakultas Pertanian Untan tergerak mendirikan Rumah Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) bekerja sama dengan Rumah Kompos Pendidikan Untan. Rumah Kompos Pendidikan Untan dijadikan tempat produksinya. Dengan demikian, peran Rumah Kompos Pendidikan Untan diharapkan bisa lebih optimal.
Rumah UPPO merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang persampahan. Rumah UPPO mengolah sampah rumah tangga yang selama ini merupakan masalah menjadi pupuk kompos dan cair.
Dengan memanfaatkan ilmu yang diperoleh di Fakultas Pertanian Untan Pontianak, Reno dan lima rekannya di Rumah UPPO menjadikan sampah sebagai pupuk kompos dan cair yang bisa dimanfaatkan memupuk tanaman dengan produksi yang lebih optimal dan inovatif.
Dalam perjalanannya, Rumah UPPO mengidentifikasi bahwa sampah yang dihasilkan rumah tangga ternyata cukup signifikan. Maka, muncul ide untuk melakukan edukasi kepada masyarakat di Kelurahan Bansir Laut yang mudah dijangkau karena dekat dengan kampus. Reno memperkenalkan komposter tepat guna untuk mengolah sampah menjadi pupuk.
”Melalui komposter yang sederhana, kami mengedukasi masyarakat untuk mengolah sampah menjadi pupuk kompos dan cair. Dengan demikian, sampah yang ada di lingkungan mereka bisa lebih bernilai. Jika paradigma mengelola sampah berubah, sampah akan bernilai untuk memupuk tanaman hias dan penghijauan kota,” kata Reno.
Rumah UPPO pun bermitra dengan Kelurahan Bansir Laur untuk meluncurkan komposter yang tepat guna. Jumlah masyarakat yang menjadi mitra Rumah UPPO ada sekitar 100 orang. Dari jumlah itu sudah 50 persen menggunakan komposter yang diproduksi Rumah UPPO.
Rumah Kompos Pendidikan Untan dulu hanya mengolah sampah skala kecil di pasar. Dengan adanya Rumah UPPO, jangkauannya meluas ke sampah rumah tangga. Satu rumah tangga diperkirakan menghasilkan 1 kilogram sampah organik per hari. Kalau diolah akan berdampak sekali bagi lingkungan dan penghijauan.
Inovasi
Rumah UPPO melakukan sejumlah inovasi. Selain menggunakan sampah rumah tangga dan pasar sebagai bahan baku membuat pupuk, juga menggunakan tandan kelapa sawit untuk diolah sebagai pupuk. Tandan kelapa sawit dikombinasikan dengan limbah organik secara berkelanjutan.
Rumah UPPO juga membuat komposter tepat guna dan terjangkau masyarakat. Komposter itu terjangkau karena terbuat dari ember yang dibuat sedemikian rupa. Sampah yang dimasukkan ke dalam komposter itu dibantu dengan bioaktifator untuk pembusukan. Setelah dua minggu akan menghasilkan sampah organik dan cair.
Keistimewaan komposter itu harganya terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mereka menjual komposter itu seharga Rp 300.000 per buah. Ada sekitar 100 warga yang menjadi mitra. Sebagian sudah menggunakan komposter.
Saat masyarakat mengolah sampah menjadi pupuk, jika ada kelebihan produksi pupuk cair, produksi dari warga akan dibeli Rumah UPPO. Per liter akan dibeli Rp 5.000. Setelah dibeli dari masyarakat akan diolah lagi, lalu dijual kembali.
Komposter yang mereka buat bisa mengolah sampah rumah tangga sebanyak 20 kg dalam sekali produksi. Setelah sampah-sampah diolah menggunakan komposter itu akan menghasilkan pupuk cair sebanyak 6 liter dan 5 kg pupuk kompos.
Selain menampung dari masyarakat, Rumah UPPO juga memproduksi secara mandiri. Per minggu menghasilkan 100 liter pupuk cair, sedangkan pupuk kompos 1 ton-2 ton per minggu. Dari penjualan pupuk cair dan kompos laba yang diperoleh berkisar Rp 9 juta-Rp 10 juta per bulan. Pupuk kompos dijual dengan plastik berukuran 1 kg seharga Rp 7.500 per kg, sedangkan pupuk cair per botol 250 mililiter dijual seharga Rp 15.000.
Pemasarannya dilakukan secara konvensional dengan datang ke tempat produksi pupuk, ikut pameran, dan ada juga menggunakan media sosial. Saat mengedukasi masyarakat, produk Rumah UPPO terutama komposter juga dipromosikan.
Dalam menjalankan usaha itu terdapat tantangan. Tantangan dalam menjalankan usaha itu ialah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Kesadaran memilah sampah masih rendah.
Selain itu, di masyarakat ada kecenderungan memilih pupuk kimia daripada kompos sehingga ada yang berpandangan bahwa mengolah sampah menjadi pupuk kompos tidak begitu penting. Namun, pupuk kompos dan cair yang dihasilkan Rumah UPPO memiliki keunggulan karena dengan menggunakan pupuk kompos tanah akan lebih baik untuk tanah.
Berkat sejumlah upaya yang dilakukannya itu, Reno pun meraih sejumlah penghargaan. Penghargaan itu antara lain Peringkat 1 Nasional Wirausaha Muda Mandiri 2018, Juara Untan Innovation and Entrepreneurship, Peringkat III Karya Tulis Ilmiah se-Kalimantan Barat, Peringkat 1 Pemuda Inspiratif 2018 (TDA-Tangan di Atas), Pontipreneur, PontiDigi, Relawan PMI, KOMDAS, dan Ide Kalimantan.