Pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi semakin terkuak. Pemerintah Arab Saudi yang semula berdalih dengan aneka skenario kini mengakui pembunuhan itu direncanakan.
PARIS, KAMIS—Jaksa Agung Arab Saudi Saud al-Mojeb menyampaikan kesimpulan para penyidik, Kamis (25/10/2018), bahwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi direncanakan.
Pemerintah Saudi awalnya berkeras bahwa Khashoggi telah keluar dari gedung Konsulat Saudi di Istanbul. Penjelasan itu kemudian berubah, Saudi menyatakan Khashoggi tewas di konsulat akibat perkelahian. Namun, gencarnya tekanan internasional disertai pengungkapan bukti-bukti oleh intelijen Turki yang dibocorkan ke media membuat Pemerintah Arab Saudi tidak bisa mengelak bahwa pembunuhan itu direncanakan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan, ada sekitar 15 orang yang datang ke Turki dari Riyadh menjelang pembunuhan Khashoggi. Mereka antara lain para pengawal Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, kemarin, kepada pers mempersoalkan jenazah Khashoggi yang belum ditemukan. ”Lantas di mana jenazah itu?” kata Mevlut.
Sejumlah pemimpin Eropa terus menekan Pemerintah Arab Saudi agar pembunuhan Jamal Khashoggi diungkap sepenuhnya, termasuk pihak yang memberi perintah pembunuhan.
Terapkan sanksi
Dalam percakapan dengan Raja Salman, Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan, Perancis akan mengerahkan intelijennya untuk menyoroti kasus ini. ”Selama fakta-fakta belum terbukti dengan jelas, kami tidak akan mengambil tindakan. Namun, jika muncul bukti dan dikonfirmasi oleh intelijen kami, bahwa secara hipotetis Saudi bertanggung jawab, kami akan mengambil kesimpulan dan menerapkan sanksi,” kata jubir pemerintah, Benjamin Griveaux.
Seorang diplomat Perancis mengakui bahwa posisi ini menyulitkan Perancis. ”Kami memiliki kemitraan yang penting. Walaupun kami tidak menganggap Saudi sebagai pelopor HAM, kasus Khashoggi sangat serius,” tuturnya.
Perancis adalah pemasok senjata kedua terbesar kepada Saudi setelah AS. Macron juga menganggap posisi Riyadh cukup vital untuk mewujudkan perdamaian dengan Iran dan memerangi kelompok ekstrem di kawasan.
Adapun Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut pembunuhan itu sangat biadab. Ia menegaskan akan menghentikan ekspor senjata ke Saudi.
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Presiden AS Donald Trump mencoba menanyakan kepada MBS siapa yang memerintahkan pembunuhan itu. ”Pertanyaan pertama, apakah Anda (MBS) mengetahui rencana awal ini? (MBS) mengatakan tidak. Saya bertanya lagi, di mana ini (perintah) dimulai? Jawabnya, dari pejabat di level bawah,” tutur Trump.
Ditanya tentang kemungkinan keterlibatan MBS, Trump mengatakan, ”Pangeran mengendalikan dari sana. Dia mengendalikan berbagai hal sehingga, jika ada seseorang (yang harus bertanggung jawab), itu adalah dia,” ujar Trump.