Ekonomi Kreatif Peluang dan Tantangan Generasi Milenial
Oleh
Tatang Mulyana Sinaga
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto Indonesia terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan itu menjadi peluang bagi generasi milenial untuk menggeluti industri kreatif yang menjadi tren di kalangan anak muda.
”Ini peluang sekaligus tantangan bagi generasi milenial. Peluang karena dengan digitalisasi, memulai usaha menjadi lebih mudah. Namun, juga menjadi tantangan agar usaha yang telah berjalan tetap bertahan dan berkembang,” ujar Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik dalam gelar wicara ”Kreasi Kita untuk Indonesia” di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/10/2018).
Ricky mengatakan, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB pada 2017 melebihi Rp 1.000 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 sekitar Rp 900 triliun dan 2015 sekitar Rp 800 triliun.
Ekonomi kreatif mempunyai 16 subsektor industri, di antaranya aplikasi dan pengembangan permainan, fesyen, desain interior, arsitektur, desain produk, seni pertunjukan, film, musik, dan kuliner. Menurut Ricky, subsektor industri itu cukup relevan digeluti generasi milenial.
”Semua mempunyai kesempatan sama untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif hingga tingkat global. Generasi milenial Indonesia diharapkan bisa memaksimalkan kesempatan ini,” ucapnya.
Ricky mencontohkan, beberapa tahun lalu, dibutuhkan pengalaman kerja 15-20 tahun untuk meyakinkan investor saat akan mendirikan perusahaan. Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini, hal itu dapat dilakukan lebih mudah.
”Sekarang banyak pemuda mendirikan perusahaan rintisan (start up). Bahkan, baru selesai magang bisa membuka usaha. Jadi, tidak perlu menunggu waktu berpuluh-puluh tahun,” ujarnya.
Akan tetapi, kemudahan membuka usaha baru itu juga perlu diikuti dengan kemampuan mengembangkan bisnis. Jika tidak, usaha tersebut terancam tidak bertahan lama tanpa menghasilkan nilai ekonomi signifikan.
Rizky Arief, Chief Executive Officer Nah Project, usaha sepatu sneakers lokal, mengatakan, keberanian menjadi salah satu kunci generasi milenial terjun ke industri kreatif. Menurut dia, investor akan datang sejalan dengan usaha yang mulai berkembang.
Rizky bercerita, dia memulai bisnisnya tahun lalu dengan produk 30 pasang sepatu. ”Bahkan, saat itu, biaya produksinya baru dibayar belakangan menunggu hasil penjualan,” ujarnya.
Produk sneakers Nah Project semakin diminati setelah dipakai Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu. Saat ini, produksi usaha kreatif asal Bandung tersebut 2.000-3.000 pasang per bulan.
”Industri kreatif jadi peluang nyata untuk generasi milenial. Investor penting, tetapi bukan yang utama. Mulailah mengeksekusi ide-ide kreatif dan jangan gampang menyerah menjalaninya,” ujarnya.