Kanker Paru Kian Jadi Ancaman Masyarakat Indonesia
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Kanker paru masih menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia, termasuk Indonesia. Karena itu, pencegahan dan deteksi dini penyakit tersebut penting, antara lain dengan menyadari bahaya rokok, yang merupakan faktor risiko terbanyak kasus tersebut.
Ketua Bidang Ilmiah dan Penelitian PDPI, Andika Chandra Putra, di sela-sela Pertemuan Ilmiah Khusus (PIK) di Kota Semarang, Jateng, Jumat (26/10/2018), mengatakan, dari delapan penyakit yang menyokong kematian terbanyak di Indonesia, empat di antaranya berasal dari penyakit paru.
Menurut dia, penyakit paru, seperti kanker paru dan tuberkulosis menjadi masalah terbesar di Indonesia. "Tuberkulosis dan kanker saling terkait. Selain pencegahan, penting untuk melakukan deteksi dini. Sebab, 70-80 persen penyakit kanker paru ditemukan pada stadium lanjut," ujar Andika.
Andika menambahkan, deteksi dini antara lain dengan intervensi paru, yakni teknik invasif minimal, seperti bronkoskopi dan pleuroskopi sehingga pasien bakal tertangani lebih cepat. Namun, ketersediaan alat serta sumber daya manusia untuk intervensi paru tersebut masih terbatas.
Wakil Ketua PDPI, Isnin Anang Marhana, mengemukakan, di dunia, setiap tahun, terdapat sekitar 1,6 juta kematian akibat kanker paru, 4 juta kematian akibat pneumonia, 1,8 juta kematian akibat tuberkulosis, dan 3 juta kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik. Selain itu, 344 juta orang menderita asma.
Data itu menujukkan masalah kesehatan respirasi benar-benar membutuhkan perhatian. "Peningkatan konsumsi rokok, polusi udara akibat perkembangan industri dan gas buang kendaraan bermotor, dan mobilitas yang semakin tinggi berpotensi meningkatkan insiden penyakit paru itu," kata Anang.
Anang menambahkan, bahaya rokok menjadi catatan penting, mengingat tren penyakit kanker paru yang semakin meningkat. Sosialisasi perlu terus digencarkan mengingat dampak akan benar-benar dirasakan kemudian hari, atau saat zat berbahaya yang semakin terakumulasi pada paru.
Selain itu, tuberkulosis masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian masyarakat, dengan penularan langsung melalui udara. "Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia dengan beban TB terbanyak. Dokter paru ada di lini terdepan untuk menanggulangi itu," kata Anang.
Dokter paru di Jateng
Ketua PDPI Cabang Jateng, Sofyan Budi Raharjo, menuturkan, dokter spesialis paru di Jateng masih terbatas. Anggota PDPI Jateng berjumlah 49 oang, sedangkan provinsi tersebut memiliki 35 kabupaten/kota. Kabupaten Semarang dan Blora, kata Sofyan, bahkan belum memiliki dokter paru.
Mau tidak mau, itu akan berpengaruh pada penanganan penderita penyakit paru. "Saat SDM yang ahli di bidang paru kurang, maka penderita tak akan tertangani optimal. Sejauh ini, RSUP Dr Kariadi (Semarang), RSUD Moewardi (Solo), dan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Purwokerto) yang memiliki alat-alat komplet," kata Sofyan.
Sofyan menekankan, pentingnya pencegahan penyakit paru kepada masyarakat. Selama ini PDPI Jateng melakukan tindakan preventif dengan sejumlah kegiatan, termasuk di hari bebas kendaraan. Lewat edukasi pada masyarakat, diharapkan masyarakat akan sadar membiasakan diri hidup sehat.