Riset dan Inovasi dari Perguruan Tinggi Menjanjikan
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Peningkatan riset dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa dalam empat tahun ini mulai membuahkan hasil. Potensi riset yang menghasilkan inovasi dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian mulai dimunculkan dan didukung untuk berkembang melalui usaha rintisan berbasis teknologi. Inovasi dari dunia pendidikan dan lembaga riset mulai dikerjasamakan dengan dunia usaha dan industri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, pembudayaan riset dan inovasi serta kewirausahaan berbasis teknologi dalam kurun empat tahun terbentuknya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) memberikan harapan baru untuk membawa transformasi perekonomian yang berbasis sumber daya alam menjadi berbasis inovasi. Hal ini salah satunya terlihat dari jumlah publikasi internasional yang terus meningkat.
"Indonesia saat ini sudah bisa berada di posisi kedua di bawah Malaysia. Kita harus yakin bisa melesat menjadi nomor satu di ASEAN karena potensinya ada," kata Nasir di acara Sosialisasi Capaian 4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kemristekdikti di Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Di perguruan tinggi ada sekitar 267.000 dosen. Peningkatan publikasi ilmiah internasional seharusnya bisa didongkrak dari 32.000 dosen dengan jabatan akademik lektor kepala dan guru besar/profesor 5.400 orang. Mereka ini wajib publikasi internasional. Malaysia di kisaran 24.000 publikasi, menyusul Indonesia di kisaran 22.000 publikasi.
Nasir mengatakan, semakin banyak inovasi dari perguruan tinggi maupun litbang yang potensial. Bahkan, sudah bermunculan start up atau usaha rintisan berbasis teknologi yang didukung Kemristekdikti. Di tahun 2014 baru ada 15 start up, tahun ini berkisar 960 usaha, dan di tahun 2019 ditargetkan menjadi 1.000.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemristekdikti, Jumain Appe, mengatakan dari start up yang dibina Kemristekdikti di kurun 2015-2018, dari perguruan tinggi mencapai 793 start up, sisanya dari lembaga penelitian dan masyarakat.
"Perguruan tinggi perlu melihat kembali prototype atau paten yang sudah ada untuk dievaluasi apa potensial untuk diproduksi. Demikian juga riset yang kesiapan teknologinya sudah di level 6-7 juga bisa dilihat lagi peluangnya. Ditambah lagi adanya pusat unggulan iptek dan technopark, peluang munculnya inovasi semakin menjanjikan," kata Jumain.
Nasir mengatakan, inovasi penting untuk meningkatkan nilai tambah sebuah produk sehingga dapat memiliki nilai jauh lebih tinggi. Kehadiran perusahaan start up terutama di bidang teknologi sangat penting untuk menggerakkan perekonomian Indonesia dan meningkatkan daya saing bangsa.
Produk start up binaan Kemristekdikti sesuai dengan kebutuhan industri dan pasar. Contohnya produk Magic Ring, cincin penghemat BBM dan Penambah Performa Mesin Kendaraan Bermotor. Ada juga Kapal Pelat Datar, Kapal Baja dengan lambung pelat datar yang memiliki keunggulan di waktu produksi lebih cepat 30 persen dan biaya produksi lebih murah 25 persen dibandingkan kapal berbahan fiber atau pun kayu.
Nasir menyebutkan juga pengembangan sepeda motor Gesit. Sepeda motor listrik ini sudah siap diproduksi dan dikomersialisasikan. Komponen lokal dari sepeda motor listrik Gesit sudah mencapai 88 persen.