Antisipasi Polio, Kementerian Kesehatan Menerjunkan Tim di Papua
Oleh
Fabio Costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS—Kementerian Kesehatan menerjunkan tim di Kabupaten Yahukimo dan Pegunungan Bintang, Papua, untuk mengantisipasi masuknya virus polio dari negara Papua Niugini. Tim itu bertugas mengoptimalkan kegiatan imunisasi yang berakhir 30 Oktober nanti.
Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Aaron Rumainum saat dihubungi dari Jayapura, Minggu (28/10/2018), mengatakan, Kementerian Kesehatan menerjunkan tim ke Yahukimo dan Pegunungan Bintang karena cakupan program nasional imunisasi campak, rubella dan polio di dua daerah itu minim. Padahal, risiko penyebaran polio dari Papua Niugini sangat tinggi.
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 26 Oktober 2018, cakupan imunisasi campak, rubella dan polio di Pegunungan Bintang hanya 36, 44 persen, sedangkan di Yahukimo 8,5 persen. Sebanyak 11 unit puskesmas di Pegunungan Bintang yang belum melaksanakan imunisasi campak, rubella dan polio, sedangkan di Yahukimo sebanyak 21 puskesmas.
"Tim dari Kementerian Kesehatan langsung terjun ke dua daerah itu. Kami bersama Dinas Kesehatan setempat akan membantu tim dari pusat agar kegiatan imunisasi berjalan lancar," kata Aaron.
Ada 15 kabupaten di Papua dengan cakupan imunisasi campak, rubela, dan polio belum mencapai 80 persen. Salah satu kabupaten tersebut adalah Asmat.
Kasus campak disertai gizi buruk terjadi di Asmat dari Oktober 2017 hingga Januari 2018. Ada 72 anak berusia di bawah lima tahun (balita) meninggal dunia.
Selain itu, Kabupaten Nduga menjadi daerah dengan cakupan imunisasi terendah di seluruh Papua, yakni 7,04 persen. Faktor keamanan belum kondusif akibat teror kelompok kriminal bersenjata menyebabkan tenaga medis tak optimal melaksanakan imunisasi di Nduga. Terakhir kasus intimidasi pada 15 tenaga guru dan paramedis di Distrik Mapenduma pada 3-17 Oktober 2018.
"Selain kondisi geografis sulit, faktor anggaran untuk penyewaan pesawat yang minim dan faktor keamanan berkontribusi terhadap minimnya imunisasi di Papua," kata Aaron.
Selain kondisi geografis sulit, faktor anggaran untuk penyewaan pesawat yang minim dan faktor keamanan berkontribusi terhadap minimnya imunisasi di Papua.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Richard Mirino ketika dikonfirmasi mengakui, pihaknya baru menuntaskan imunisasi campak, rubela, dan polio di sekolah-sekolah. Sementara pelaksanaan imunisasi di pemukiman warga belum terealisasi karena keterbatasan anggaran.
"Saya telah menginstruksikan agar tim kembali turun ke lapangan sejak tanggal 20 Oktober lalu. Kami akan berupaya agar cakupan imunisasi di Asmat mencapai 80 persen. Tujuannya agar mencegah terulang kembali kejadian luar biasa campak di sini," kata Richard.