Beri Anak Muda Kepercayaan
Go-Jek merupakan perusahaan rintisan bidang teknologi digital pertama asal Indonesia yang memperoleh gelar ”unicorn”. Gelar ini mantap dia sandang tepat pada 4 Agustus 2016 setelah menerima pendanaan senilai 550 juta dollar Amerika Serikat dari konsorsium delapan investor yang dipimpin oleh Sequoia Capital dan Warburg. Go-Jek berhasil menyandang gelar itu setelah enam tahun berdiri.
Suntikan dana terus dialami perusahaan teknologi yang didirikan oleh Nadiem Makarim ini. Mengutip Crunchbase.com, per 12 Februari 2018, Go-Jek berhasil mengumpulkan pendanaan tambahan 1,5 miliar dollar AS dari 11 investor. Dengan demikian, total dana yang terkumpul menjadi 2,1 miliar dollar AS.
Sejak didirikan pada 2010 sampai sekarang, Go-Jek tumbuh menjadi ”super apps”. Dalam satu platform kini tersedia lebih dari 10 fitur layanan jasa permintaan atau on-demand services, antara lain Go-Ride, Go-Food, dan Go-Send.
Berikut petikan wawancara dengan pendiri dan CEO PT Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim, beberapa saat lalu.
Kompas (K): Dengan pencapaian sebagai CEO start up unicorn, apakah saat ini Anda sudah merasa ”cukup” dengan pencapaian itu? Adakah hal yang ingin ditingkatkan lagi di perusahaan? Kesulitan apa yang dihadapi selama memimpin perusahaan berstatus unicorn?
Nadiem (N): Menjadi pendiri, menurut saya, termasuk pekerjaan yang paling berat. Seorang pendiri harus tahan banting dan mental harus kuat supaya bisa menghadapi tantangan-tantangan yang datang saat membangun bisnis dan bisa fokus pada apa yang dicita-citakan pada saat pertama kali. Cita-cita awal saya adalah membangun usaha, yaitu menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah inefisiensi yang dihadapi masyarakat.
Di Go-Jek, kami terus berinovasi membantu masyarakat Indonesia supaya hidupnya lebih terbantu dan lebih efisien. Tanpa kita sadari dalam hidup banyak sekali friksi yang membuat hidup menjadi tidak efisien. Misalnya, kami membantu mitra pengemudi mendapatkan pendapatan tambahan dari beberapa layanan yang bisa mereka lakukan, tidak hanya transportasi.
(K): Semangat anak muda yang berkarya demi kecintaan kepada Tanah Air patut disebarluaskan. Bagaimana cara menciptakan ”virus” untuk menularkan semangat berkarya tersebut?
(N): Cara terbaik untuk menularkan semangat kepada anak muda adalah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada mereka untuk berkarya tanpa memberikan penghakiman. Dengan memberikan kepercayaan tersebut, saya percaya banyak anak muda yang berani untuk berinovasi, berkarya, dan menciptakan solusi terhadap masalah sehari-hari.
Kalau ditanya tips agar anak muda berani menjadi wirausaha, saya rasa ada tiga kunci. Pertama, kenali diri sendiri dan jujur kepada diri sendiri mengenai alasan ingin melakukan itu, mengapa membuat karya itu atau inovasi itu. Proses ini merupakan proses yang sulit karena jujur kepada diri sendiri itu tidak mudah.
Kedua, fokus pada masalah yang dialami banyak orang dan mencari solusinya. Jangan berfokus pada model bisnis atau mencontek apa yang ada di luar. Fokuslah pada apa yang akan membuat hidup masyarakat menjadi lebih efisien.
Terakhir, jangan takut gagal. Kesalahan dan kegagalan dalam membangun bisnis pasti terjadi, tetapi yang penting tetap fokus pada tujuan, tidak terdistraksi, dan tidak mudah menyerah.
(K): Bagaimana pimpinan Go-Jek mengelola manajemen perusahaan yang sebagian besar diisi oleh anak muda agar mereka tetap berani berinovasi di industri digital?
(N): Kami di Go-Jek selalu memegang prinsip perusahaan rintisan atau start up. Organisasi dirancang untuk tangkas (agile). Kolaborasi dan pola pikir it’s not about you itulah yang kita tanamkan. Kedua nilai tersebut termasuk dalam 10 nilai utama yang kita tanamkan kepada para karyawan.
Di Go-Jek pula kami menanamkan semua berani mengemukakan pendapat dan berani mempertahankan pendapat dengan data yang sahih. Dengan begini, kami harap mereka tidak takut berinovasi dan mencoba. Kegagalan adalah sesuatu yang pasti terjadi, tetapi yang penting adalah bagaimana bisa bangkit dari kegagalan tersebut dan belajar dari kesalahan. Itulah yang selalu kami tekankan. Singkatnya, jangan gampang menyerah.
Terakhir, kami tanamkan prinsip kesuksesan itu bukan karena kerja satu orang, melainkan kerja tim. Bagaimana tim bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para konsumen.
(K): Apa pendapat Anda terkait perkembangan industri digital di Indonesia dan apa tantangan terbesar yang dihadapi, terutama di sektor on-demand services?
(N): Industri digital di Indonesia bisa terus berkembang dengan pesat. Dengan adanya industri digital, Indonesia sekarang bisa punya peran aktif dalam revolusi industri 4.0. Indonesia tidak lagi menjadi penonton, tetapi juga pemain aktif.
Bisnis on-demand services menurut kami akan terus berkembang karena model bisnis ini telah terbukti bisa membuka akses langsung antara penyedia jasa dan pengguna jasa. Keuntungan lainnya adalah dapat memotong perantara yang sebelumnya membuat rantai penyedia menjadi tidak efisien dengan pemanfaatan teknologi. Dari sisi konsumen, model bisnis ini membuat mereka memiliki pilihan solusi hidup sehari-hari yang ujung-ujungnya mengakibatkan kehidupan mereka lebih efisien.
(K): Go-Jek terus meluaskan ekosistem produknya, termasuk ke sektor layanan publik. Beberapa waktu lalu, Go-Pay sudah bisa dipakai membayar pungutan negara bukan pajak surat izin mengemudi di Gresik. Apakah untuk rencana jangka panjang memang ingin meluaskan fitur layanan sampai ke layanan publik?
(N): Go-Jek ataupun Go-Pay adalah platform yang berbasis kepada pengguna (user-centric). Artinya, melalui pendekatan ini kami akan selalu mencari cara bagaimana bisa mempermudah kehidupan konsumen.
Go-Pay hadir dengan misi utama untuk mempermudah akses layanan keuangan bagi jutaan masyarakat beserta keluarganya. Kami mendesain Go-Pay menjadi alat pembayaran nontunai yang aman dan tepercaya. Dengan prinsip-prinsip tersebut, kami percaya layanan publik bisa meningkat kualitasnya dan lebih transparan.
Demi menghadirkan pelayanan optimal di setiap fitur layanan jasa, Go-Jek tidak segan-segan mengakuisisi perusahaan sektor terkait produk mereka. Pada Agustus 2018, Go-Jek mengakuisisi perusahaan rintisan teknologi manajemen tiket dan acara bernama Loket. Langkah ini diambil demi mendongkrak kemajuan layanan penjualan tiket Go-Tix. Kedua perusahaan siap berkolaborasi mengembangkan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan kepada promotor acara ataupun pengunjung. Sebelumnya, pada 2017, Go-Jek telah mengakuisisi perusahaan gerbang pembayaran MidTrans, penyedia perangkat pembayaran nontunai Kartuku, dan usaha rintisan bidang tekfin keperluan arisan Mapan.
Nadiem Makarim
Usia: 34 Tahun
Tempat Lahir: Singapura
Pendidikan:
- United World College International School, Singapura, 1998-2002
- International Relations, Brown University, Providence, Rhode Island, AS, 2002-2006
- MBA Harvard Business School, Cambridge, Massachusetts, AS, 2009-2011
Karier:
- Mendirikan Go-Jek Tahun 2010
- CEO Go-Jek
Penghargaan: Asian of The Year dari The Strait Times tahun 2016
Sumber: Litbang Kompas/L04 dari pemberitaan Kompas dan Kompas.com