JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran masyarakat, terutama masyarakat usia lanjut, untuk memeriksakan kesehatan gigi secara rutin rendah. Rendahnya kesadaran ini tampak dari hasil pemeriksaan gigi yang menunjukkan sebagian besar orang lansia mengalami kerusakan dan kehilangan gigi.
Staf pengajar Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI), Muslita Indrasari, saat dihubungi di Jakarta, Minggu (28/10/2018), menyampaikan masalah kesehatan gigi pada orang lansia yang paling banyak ditemui adalah karies pada akar gigi, gigi goyang akibat kerusakan jaringan penyangga gigi, dan kehilangan gigi (ompong).
”Kehilangan gigi disebabkan oleh yang proses penuaan (ageing process). Pada proses penuaan, seseorang dapat mengalami peningkatan risiko terjadinya kelainan dalam mulut, termasuk gigi,” katanya.
Ia menambahkan, kelainan pada mulut dan gigi ini bisa diperparah dengan kondisi kesehatan yang buruk atau adanya penyakit sistemik yang diderita oleh lansia, seperti diabetes melitus dan osteoporosis (pengeroposan tulang). Meski risiko gangguan kesehatan pada gigi dan mulut banyak ditemui pada orang lansia, kebiasaan memeriksakan gigi ke dokter masih rendah.
Menurut Muslita, masyarakat kurang sadar memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin sebelum adanya keluhan atau gangguan. Selain itu, sebagian masyarakat lebih memilih menangani masalah kesehatan untuk jangka pendek, bukan mengatasi penyebab rasa sakit yang dialami. Tidak jarang, masyarakat juga lebih memilih mencabut gigi, sedangkan gigi tersebut masih bisa dipertahankan dengan cara perawatan saluran akar.
”Kondisi ini bisa disebabkan masyarakat belum menganggap kesehatan gigi sebagai masalah penting atau kemungkinan karena terbentur biaya perawatan yang relatif tinggi,” ujarnya.
Kondisi gigi hilang (ompong), baik sebagian ataupun seluruh gigi, banyak dijumpai pada populasi orang pralansia dan lansia. Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, sebesar 4,6 persen dengan indikator yang paling tinggi adalah kehilangan gigi.
Dalam upaya peningkatan kesadaran kesehatan gigi dan mulut bagi lansia, departemen prostodonsia FKG UI menjalankan program pengabdian masyarakat di Puskesmas Kecamatan Kramatjati, Jakarta, berupa penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut serta pemeriksaan gigi.
Ketua Departemen Prostodonsia FKG UI Ratna Sari Dewi mengatakan, kegiatan ini adalah salah satu bentuk kegiatan UI peduli aksi pada bidang kedokteran gigi, khususnya bidang ilmu prostodonsia. Adapun sejumlah kegiatan yang dilakukan ialah penyulihan formasi kepada pasien pralansia dan lansia tentang kesehatan gigi dan mulut serta pentingnya penggantian gigi hilang dengan gigi tiruan.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dari 14 Agustus 2018 sampai 12 Oktober 2018 dengan total pasien 150 orang. Dari pemeriksaan gigi yang dilakukan, gangguan yang paling banyak ditemui adalah gigi hilang/ompong (missing) dan pemakaian gigi palsu buatan tukang gigi dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat.
Muslita berharap melalui kegiatan ini masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut, terutama untuk penggantian gigi hilang dengan gigi tiruan di fasilitas kesehatan, bukan di tukang gigi.
”Masyarakat juga harus segera datang ke puskesmas ketika mengalami kelainan rongga mulut sehingga penanganan dini dapat segera dilakukan oleh dokter gigi di puskesmas ataupun dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih berkompeten,” katanya.