JAKARTA, KOMPAS — Konser akbar lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” 3 stanza disambut antusias penonton sejak sore hari. Melalui konser peringatan Sumpah Pemuda Ke-90, masyarakat diharapkan dapat semakin menguatkan rasa cinta Tanah Air.
Cuaca berawan dan berangin tak menyurutkan niat warga untuk menyaksikan konser akbar. Sejak pukul 18.00, tribune yang mengelilingi bagian depan panggung di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, mulai dipenuhi penonton.
Kursi beserta stan partitur telah disusun rapi di bagian tengah panggung yang dikelilingi air. Lebih dari 300 penonton siap menyaksikan konser akbar lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” 3 stanza pada Minggu (28/10/2018) malam.
Para penonton ada yang datang bersama keluarga, pasangan, dan teman. Mulai dari anak sekolah hingga orang tua saling bercengkerama menanti dimulainya konser akbar.
Sebelum menyaksikan konser akbar, penonton dihibur dengan atraksi air mancur menari. Atraksi yang juga diiringi lagu-lagu nasional, seperti ”Indonesia Pusaka” dan ”Padamu Negeri” yang ditutup dengan lagu tradisional, ”Yamko Rambe Yamko”.
Dalam sambutan tertulis Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan, selain untuk memperingati Sumpah Pemuda, acara ini juga bertujuan menyosialisasikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” 3 stanza.
”Harapannya, lagu ini tersosialisasikan dengan baik agar menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, dapat menghormati perbedaan, serta memupuk rasa kebersamaan di kalangan generasi muda,” papar Hilmar.
Lebih lanjut, Hilmar mengatakan, generasi muda diharapkan pada gilirannya mampu menguatkan jati diri serta membangun karakter bangsa. Inilah peran pentingnya lagu kebangsaan bagi generasi muda.
Para pemuda Indonesia diharapkan mampu semakin menguatkan rasa cinta tanah air melalui perbedaan yang ada.
”Perbedaan memang sering kali menjadi masalah, tetapi inilah kenyataan yang ada di Indonesia. Seharusnya, perbedaan menjadi pemersatu. Jangan saling mengejek. Kita harus saling menghormati walau berbeda agama dan suku,” kata Fikri, penonton.
Sebagai seorang pemuda yang dihadapkan dengan berbagai persoalan seperti tawuran, Fahri, penonton lain, menilai hal tersebut hanya membawa dampak negatif. Menurut dia, pemuda Indonesia lebih baik belajar demi masa depan bangsa. (SHARON PATRICIA)