Anak Muda Membangun Desa
MAGELANG, KOMPAS--Anak-anak muda yang meninggalkan desa untuk bekerja di kota, kini pulang. Mereka senang hati dan bangga terlibat kegiatan membangun desa.
Potensi desa yang selama ini tak disadari, kini dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian desa.
Qorutul Aini (21), pekerja di Balai Ekonomi Desa (balkondes) di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bersungguh-sungguh ingin memajukan desanya. Ia rela dibayar dengan nilai yang lebih rendah dari gaji pada pekerjaan sebelumnya.
Ketika menjadi buruh kontrak di Jakarta dan Tangerang (Banten), Aini digaji Rp 3,9 juta-Rp 5 juta per bulan. Namun, kini, gajinya dari Balkondes kurang dari Rp 1 juta per bulan.
Aini menyadari, gaji di balkondes tidak mungkin besar karena baru saja berdiri. Akan tetapi, ia yakin balkondes bisa menjadi harapan masyarakat desa untuk perekonomian dan kesejahteraan yang lebih baik.
Bagi Devi Lutvitasari (18), lulusan sekolah menengah atas, Balkondes Desa Ngargogondo di Kecamatan Borobudur memberi pilihan baginya untuk tetap tinggal di desanya.
Balkondes yang dibentuk BUMN menyiapkan masyarakat desa untuk terlibat dalam kegiatan wisata Candi Borobudur. Dua balkondes yang pertama kali beroperasi, yakni Tuksongo dan Wingin Putih, diresmikan Presiden Joko Widodo pada September 2017.
Pemerintah menetapkan Borobudur sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata "Bali Baru" yang diprioritaskan. Pada Januari-Agustus 2018, ada 10,58 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Masyarakat diajari, antara lain, menyambut dan menyiapkan tempat menginap bagi tamu. Saat ini ada 20 balkondes di sekitar Candi Borobudur.
Geliat anak-anak muda yang mengembangkan perekonomian desa juga tumbuh di Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
Feri Yunanto (35) memutuskan pulang ke desanya setelah 12 tahun bekerja di perusahaan kerajinan kulit di Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Ia pulang kampung karena tertarik dan ingin terlibat dalam kegiatan mengelola pariwisata di Gua Pindul, Gunung Kidul.
Kegiatan wisata Gua Pindul yang dirintis pada 2010 terus berkembang, bahkan menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Gunung Kidul.
“Saya ini asli Bejiharjo. Kalau di kampung sendiri ada sesuatu yang bisa dikerjakan, saya pilih pulang kampung daripada merantau,” tuturnya pekan lalu.
Kegiatan wisata di Gua Pindul -yang memiliki aliran air sungai bawah tanah- adalah menelusuri gua menggunakan ban pelampung. Wisatawan duduk di pelampung yang dimodifikasi. Selama perjalanan, wisatawan bisa menikmati keindahan stalaktit dan stalagmit di dalam gua.
Kini, ada 11 operator wisata Gua Pindul yang memiliki 200 anggota. Anak-anak muda ini memiliki tugas, seperti menjemput atau menjadi pemandu tamu. Mereka dibimbing PT Bank Central Asia Tbk, di antaranya mengenai cara memandu tamu.
Pada akhir pekan, sekitar 600-700 orang berwisata di Gua Pindul. Pendapatan organisasi atau kelompok ini sekitar Rp 150 juta-Rp 200 juta per bulan. Jika dirata-rata, anak-anak muda yang terlibat dalam kegiatan wirawisata Gunung Pindul memperoleh pendapatan yang lebih besar dari upah minimum Kabupatan Gunung Kidul, yakni Rp 1,454 juta per bulan.
Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kampung Berseri Astra (KBA), Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, terus tumbuh. UMKM di wilayah itu bahkan memperluas pemasaran produk.
Ketua KBA Syamsudin Noor, Banjarbaru, Sumiati, mengatakan, produk UMKM dari KBA Syamsudin Noor, Banjarbaru, sudah menembus pasar luar negeri. ”Beberapa produk UMKM kami pernah dikirim ke Hong Kong. Tentu saja kami senang,” kata Sumiati di Banjarbaru.
Menurut Sumiati, ada lima pelaku UMKM di KBA Syamsudin Noor. Mereka menghasilkan tujuh camilan atau makanan ringan, antara lain keripik pisang, kacang bawang, kacang balado, kacang jaruk, stik ubi ungu, dan peyek kacang.
”Kami berencana membuat produk khas Kalimantan Selatan, yakni kain sasirangan dan amplang. Namun, sampai sekarang belum ada yang merealisasikan karena masih belum terampil membuatnya. Kami masih perlu pelatihan lagi,” tutur Sumiati.
Keberlanjutan
Keterlibatan anak-anak muda dalam kegiatan perekonomian yang melibatkan dan dinikmati masyarakat di daerah memang tak serta-merta. Ada kelompok-kelompok yang mendapat bantuan atau bimbingan dari korporasi. Saat ini, tanggung-jawab sosial perusahaan tak sekadar berupa bantuan, namun korporasi juga memikirkan keberlanjutannya.
Konsep keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi ini diadopsi negara-negara Uni Eropa melalui ekonomi sirkular. Policy Officer for ASEAN and South East Asia at European Commission Katarina Grgas Brus menyebutkan, isu yang dikedepankan, antara lain, meningkatkan penghasilan masyarakat.
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di sela-sela pemberian penghargaan Padmamitra Award 2018 menyebutkan, program tanggung-jawab sosial perusahaan sudah beralih. Tanggung-jawab sosial itu tak lagi semata-mata berupa pemberian bantuan, namun juga membantu menyelesaikan masalah sosial.
Anak-anak muda yang bergerak memajukan daerah mereka terus bertambah. Sebagian mendapat bimbingan dari perusahaan. Anak-anak muda ini bekerja keras, mendorong ekonomi daerah menggeliat. (EGI/HRS/JUM/HEN/E03)