Isu Penculikan Anak: Waspada, tetapi Jangan Kebablasan
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU/DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
Isu penculikan anak merebak di Jabodetabek. Polisi diimbau menginvestigasi mana kasus yang hoaks dan yang bukan. Warga diminta waspada, tetapi jangan sampai saling curiga dan main hakim sendiri.
JAKARTA, KOMPAS — Di grup-grup Whatsapp juga di berbagai media sosial sering beredar berita, video, surat edaran, dan terusan percakapan tentang penculikan anak. Keresahan makin merebak ketika dua siswa SD Negeri 04 Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, nyaris diperdaya dan akan dibawa pergi dua pria tak dikenal pada Senin (22/10/2018) dan Kamis (25/10/2018).
Pihak sekolah menanggapi serius masalah ini dengan membuat surat edaran agar orangtua murid waspada dan mengantar jemput siswa, hingga mengajari anak-anak sekolah itu berani teriak, menggigit, dan menendang orang yang akan mencelakai mereka.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Selatan Joko Sugiarto mengatakan, surat itu diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan orangtua dan wali murid. ”Lebih baik mencegah daripada kecolongan,” katanya.
Kepala Polsek Pesanggrahan Komisaris Maulana Jali Karepesina mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan kejadian tersebut. Ke depan, langkah antisipasi yang disiapkan adalah meningkatkan patroli rutin ke sekolah-sekolah. Selama ini, ada sekitar delapan polisi yang berpatroli pada jam-jam sekolah, termasuk ke permukiman dan pusat-pusat perekonomian.
”Kami berharap situasi tetap kondusif,” kata Maulana.
Tangerang dan Bogor
Tak berhenti di Ulujami. Minggu (28/10/2018), sebuah video berisi adegan mencekam yang diasosiasikan dengan penculikan anak disebutkan terjadi di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. Video, gambar, dan berita yang mirip pun telah beredar di kawasan Bogor.
”Jauh sebelum ada informasi tentang penculikan anak di Ciputat, guru wali kelas anak saya memperingatkan agar orangtua murid tidak memercayai informasi di media sosial. Katanya kita perlu waspada, tetapi jangan mudah percaya dengan hoaks,” kata Hanifah Nadya (33), warga Pamulang, Tangerang Selatan.
Ibu dari DF (7) ini mengaku sering menerima kabar di akun media sosialnya yang membuat dirinya makin kuatir jika anaknya keluar rumah atau saat ia pergi bekerja. Hanifah lantas membekali asisten rumah tangga dengan telepon seluler agar mudah mengontrol anaknya.
Ayu Damayantie (31), yang tinggal di Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, juga waswas. Setiap hari, ia dan suaminya bergantian mengantar jemput Al (3), anak laki-laki mereka yang sekolah di PAUD.
Pengelola PAUD tempat Al belajar, seperti halnya pengelola sekolah serupa dan setingkat TK, SD, dan SMP di Jakarta dan sekitarnya, sudah memperketat sistem penjemputan. Hanya orang-orang yang sudah dikenal guru dan kepala sekolah yang boleh menjemput siswa.
Konsekuensi hukum
Kepala Polsek Ciputat Komisaris Donni Bagus Wibisono menjelaskan, peristiwa yang disebarluaskan itu diduga terjadi di wilayah Jambi tahun 2010. Saat itu, polisi menyelamatkan anak kecil yang disandera perampok.
”Saya berharap dan meminta kepada masyarakat agar jangan menggunggah video, foto, dan informasi lainnya karena dari informasi yang tidak jelas kebenarannya, dapat meresahkan masyarakat. Akan ada konsekuensi hukum bagi siapa yang menyebarkannya,” kata Donni.
Kepala Reskrim Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Alexander Yurikho mempersilakan warga proaktif mengonfirmasi setiap ada kabar mengkhawatirkan langsung ke kantor polisi terdekat. (SEKAR GANDHAWANGI)