Kalangan Internasional Mengamati Langkah Indonesia
Oleh
Cokorda Yudistira
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS – Kalangan internasional mengamati komitmen, kebijakan, dan upaya Indonesia dalam menjaga laut dan keanekaragaman sumber daya hayati laut. Indonesia dinilai sudah menuju ke arah lebih baik dalam pengelolaan kelautan dan perikanannya, namun masih mengalami persoalan serius dengan pencemaran laut, terutama masalah sampah plastik di laut.
Demikianlah benang merah dari pernyataan Chief Executive Officer Oceana Andrew Sharpless dan Chief Policy Officer Oceana Jacqueline Savitz bersama aktivis laut Joshua Jackson dan Nadine Chandrawinata dalam lokakarya media bersama Oceana di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (28/20/2018). Oceana adalah organisasi konservasi kelautan internasional. Adapun lokakarya media bersama Oceana digelar menjelang konferensi tahunan Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua, Badung.
Andrew mengatakan, tiga indikasi penting dalam konservasi kelautan internasional adalah adanya kebijakan nasional mengenai penangkapan ikan berlebihan, transparansi pengelolaan sumber daya kelautan, dan kebijakan nasional tentang penanganan polusi laut, terutama masalah sampah plastik di laut. “Indonesia dengan kepemimpinan Ibu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti) menunjukkan adanya perbaikan dalam tiga hal itu,” kata Andrew.
Jacqueline menyatakan, Indonesia memberikan contoh baik dalam penerapan Automatic Identification System (AIS) dan merupakan negara pertama yang merilis data pelacakan kapal (Vessel Monitoring System) yang tidak menggunakan AIS melalui peta Global Fishing Watch (GFW) sejak 2017.
Global Fishing Watch adalah organisasi nirlaba yang didirikan melalui kolaborasi Oceana, Google, dan SkyTruth untuk mengembangkan teknologi pemantauan kegiatan penangkapan ikan di dunia. Data pemetaan GFW dapat dilihat atau diunduh hampir secara waktu nyata (real time) dan gratis.
Diikuti Peru
Jacqueline menambahkan, langkah Indonesia itu diikuti Peru yang merilis data pelacakan kapal nasionalnya melalui GFW mulai Jumat (26/10) menjelang konferensi tahunan OOC 2018 di Bali. Konferensi tahunan OOC 2018 di Bali digelar pada 29-30 Oktober 2018.
Oceana menilai, Peru merupakan negara perikanan terbesar kedua di dunia setelah China. Adapun Indonesia adalah negara perikanan terbesar ketiga di dunia setelah China dan Peru. Pemanfaatan peta GFW memungkinkan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait kelautan dan perikanan, bahkan masyarakat, dapat memantau kapal-kapal perikanan komersial dan mendapat gambaran mengenai penangkapan ikan di dunia.
Lebih lanjut Jacqueline mengatakan, polusi laut, terutama masalah sampah plastik di laut, mengancam kesehatan laut yang akan berdampak terhadap kehidupan manusia. Indonesia termasuk negara maritim dan laut di Indonesia tidak sekadar menjadi sumber perikanan dan penghidupan nelayan, namun juga menjadi daya tarik wisata.
“Laut menopang perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh membiarkan sampah plastik terus terjadi,” kata Jacqueline.
Aktivis laut, yang juga aktor, Joshua Jackson, mengatakan, Indonesia menunjukkan komitmen dan contoh baik dalam transparansi pengelolaan perikanan dan penegakan hukum terhadap penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU Fishing).
Hal senada dikatakan Nadine. “Indonesia sudah menunjukkan perbaikan namun masih perlu ditingkatkan karena Indonesia luas dan lautnya juga luas,” ujar selebriti yang juga salah satu pendiri Sea Soldier ini.
Langkah baik
Sebelumnya, serangkaian kegiatan bersih pantai dan laut di Pantai Kuta, Badung, Minggu pagi, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen menyatakan Indonesia menunjukkan langkah yang baik dalam mengelola dan menjaga laut, serta mengapresiasi Indonesia sebagai tuan rumah OOC 2018. Rasmus menyatakan Denmark mendukung langkah Indonesia menangani persoalan polusi laut, terutama masalah sampah plastik di laut.
“Kami juga berharap semua pihak dapat menikmati laut dan pantai yang bersih dari sampah,” kata Rasmus di Pantai Kuta.
Dalam kegiatan bersih pantai dan laut di Pantai Kuta, Minggu pagi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Menteri Luar Negeri Retno Lestari P Marsudi menyatakan komitmen Indonesia untuk menjaga laut dan menjadikan laut sebagai masa depan bangsa. Kegiatan bersih pantai dan laut menjelang forum OOC 2018 pada Minggu juga bertepatan dengan peringatan ke-90 Hari Sumpah Pemuda.
“Laut bukanlah tong sampah yang besar. Laut adalah hidup kita. Dengan semangat persatuan dan kesatuan, kami akan menyuarakan dalam Our Ocean Conference, laut adalah masa depan, dan laut adalah warisan,” ujar Retno di Pantai Kuta.
Susi mengatakan, Indonesia menatap laut sebagai masa depan bangsa. “Kami sudah menjaga laut dari penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur. Sekarang, mari bersama melindungi laut dari semua persoalan polusi. Laut kita adalah masa depan kita,” ujarnya.