Keruk Kabar Duka di Muara Citarum
Garis antara penyelamatan dan tontonan sangat tipis di tengah duka. Seharusnya, saatnya simpati dan solidaritas berada di atas segalanya.
Terik matahari menyengat di Pantai Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) sian. Namun, lebih dari 1.000 warga seperti tak beranjak dari kawasan tepian Laut Jawa tersebut.
Sementara itu, berjarak enam mil laut dari pantai, tim gabungan Basarnas berjibaku menyelam di kedalaman hingga 35 meter untuk mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610.
Pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkal Pinang dengan nomor registrasi PK-LQP tersebut jatuh di perairan Laut Jawa, Karawang, Senin pagi. Lokasinya diperkirakan di sekitar Tanjung Pakis, perbatasan Kabupaten Karawang dan Bekasi.
Kabar tersebut menyebar dengan cepat, baik dari mulut ke mulut, lewat aplikasi pesan lintas platform, maupun media massa. Warga pun berbondong-bondong memadati pantai. Tak hanya dari Karawang, warga juga datang dari Kabupaten Bekasi dan Purwakarta.
”Penarasan ingin melihat evakuasi korban seperti apa. Sudah dua jam di sini, tetapi belum ada korban yang dibawa kemari,” ujar Airlangga (34), warga asal Purwakarta.
Siang itu, Pantai Tanjung Pakis lebih terlihat seperti tempat parkir untuk ratusan mobil dan motor. Akses menuju kawasan pantai pun sempat tersendat karena banyaknya kendaraan.
Ambulans dari sejumlah instansi, seperti Palang Merah Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Karawang, berjejer di pinggir pantai. Sementara itu, ratusan personel TNI dan Polri sibuk mendirikan tenda sebagai posko.
Di beberapa lokasi pantai dipasang tali sebagai pembatas bagi masyarakat umum untuk tidak masuk. Beberapa polisi mengingatkan warga yang membandel melewati batas itu. Pembatasan itu sangat dibutuhkan untuk memperlancar evakuasi saat korban ditemukan dan dibawa ke lokasi tersebut.
Sejumlah perahu karet terlihat berjejer di pinggir pantai. Perahu itu disiapkan untuk menjemput atau mengantar ke kawal patroli ke tengah laut.
Dari kejauhan kapal patroli polisi terlihat mendekat. Awalnya warga mengira kapal itu membawa korban dan puing-puing Lion Air yang gambarnya telah ramai menyebar di media sosial. Warga pun semakin penasaran.
”Pasti korbannya sudah meninggal. Coba lihat apakah ada kantong jenazah yang diturunkan,” ujar seorang pemuda kepada rekannya yang sedang merekam menggunakan telepon pintar.
Saat kapal patroli mulai mendekati pantai, perahu karet pun mendekat. Namun, ternyata perahu itu menjemput Kepala Polres Karawang Ajun Komisaris Besar Slamet Waloya yang baru pulang meninjau lokasi jatuhnya pesawat. Setelah turun dari perahu karet, awak media langsung mengerumuni Slamet.
”Di sekitar lokasi jatuhnya pesawat ditemukan puing-puing badan pesawat dan perlengakapan lain, seperti kursi dan pelampung. Ditemukan juga beberapa potongan tubuh yang diduga tubuh korban,” ujarnya.
Slamet belum dapat memastikan identitas potongan tubuh tersebut. Dia mengatakan, korban dan puing-puing pesawat akan dibawa ke Tanjung Priok, Jakarta, menggunakan kapal Basarnas dan TNI Angkatan Laut. Saat ribuan warga masih penasaran dengan evakuasi, puluhan personel tim Basarnas dan gabungan masih berjibaku di dalam laut. Puing-puing badan pesawat terlihat mengambang. Namun, titik utama jatuhnya pesawat belum dapat dijangkau.
Kendala
Kepala Kantor Badan Serach and Rescue Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, cuaca di lokasi penemuan puing-puing itu cukup cerah. Namun, arus bawah laut cukup deras sehingga menyulitkan penyelaman.
”Lumpur dari dasar laut juga naik. Akibatnya, jarak pandang terbatas. Selain itu, juga terdapat tumpahan avtur pesawat,” ujarnya.
Penyelaman dihentikan pukul 17.00. Deden mengatakan, tim gabungan membawa enam kantong jenazah menuju Jakarta. ”Penyelaman dihentikan sementara, tapi pemantauan dari atas kapal terus dilakukan. Penyelaman akan dilanjutkan Selasa pagi,” ujarnya.
Di antara keriuhan warga yang memadati pantai, keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air cemas. Mereka berharap keajaiban, ada penumpang pesawat yang ditemukan selamat.
Salah satunya, Budhi Kristianto (52), sepupu Herwinoko (59), salah satu penumpang pesawat Lion Air. ”Saya langsung mengarah ke sini ketika mendengar informasi jatuhnya pesawat Lion Air. Ternyata pusat posko pencarian berada di Tanjung Priok. Saya tetap datang ke sini dengan harapan ada kepastian informasi langsung di lapangan,” ujar warga Kota Bekasi tersebut.