Pameran Dagang Topang Ekspor Nonmigas
TANGERANG, KOMPAS - Transaksi dagang, jasa, pariwisata, dan investasi dalam rangkaian Trade Expo Indonesia pada 24-28 Oktober 2018 terealisasi senilai 8,45 miliar dollar AS atau Rp 126,77 triliun. Transaksi itu akan sedikit menopang pertumbuhan ekspor nonmigas tahun ini dan keberlanjutam kontrak dagang yang dihasilkan diharapkan dapat terus dijaga.
Transaksi itu melebihi target tahun ini yang sebesar 1,5 miliar dollar AS. Transaksi itu berupa kontrak dagang dari misi pembelian produk dan jasa senilai total 2,73 miliar dollar AS, investasi 5,55 miliar dollar AS, dan pariwisata 170,5 juta dollar AS.
Negara dengan transaksi terbesar adalah China, Saudi Arabia, Jepang, Mesir, Amerika Serikat, dan India. Adapun produk-produk yang diminati adalah makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), olahan ikan, kopi, serta kertas dan produk kertas.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga memfasilitasi misi dagang lokal sebagai upaya meningkatkan ekspor setiap daerah di Indonesia. Dalam misi dagang lokal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membukukan transaksi senilai 85,6 juta dollar AS atas produk-produk unggulan, seperti gula semut, kunyit basah, bawang putih, manggis, lada putih, jambu merah, beras jagung, telur, arang batok kelapa, dan tepung tapioka.
Selain itu, pemerintah dan pelaku usaha nasional juga menjalin kesepakatan kerja sama secara bilateral dengan sejumlah negara seperti China, Panama, Mesir, Australia, Malaysia, Arab Saudi, Maroko, dan Afrika Selatan. Kolaborasi itu melingkupi sektor ritel, e-dagang, perkuatan produk ekspor bernilai tambah tinggi, dan pemanfaatan titik kumpul sebuah negara sebagai pintu masuk perdagangan ke negara-negara lain.
"Melalui rangkaian kegiatan pameran dagang itu, hubungan bisnis antara pelaku usaha nasional dan pemerintah daerah dengan para pembeli dari luar negeri terus berlanjut dan berkembang, sehingga dapat menumbuhkan ekspor Indonesia ke depan," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam penutupan Trade Expo Indonesia 2018 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (28/10/2018).
Dalam TEI 2018, Indonesia juga memperkenalkan kuliner khas Indonesia kepada para pembeli dari negara-negara lain melalui Pameran Pangan Nusa 2018. Total transaksi dalam pameran yang digelar selama lima hari itu sebesar 680.000 dollar AS, termasuk kontrak pembelian wine bali 10.000 dollar USD.
Menurut Enggartiasto, penyelenggaraan TEI 2018 itu akan sedikit menambah ekspor nonmigas Indonesia hingga akhir tahun ini dan diharapkan berkontribusi terhadap ekspor nonmigas tahun depan. Kemendeg optimistis target ekspor nonmigas pada akhir tahun ini, yakni sebesar 11 persen atau senilai 169,81 miliar dollar AS, dapat terealisasi.
Di tengah perang dagang AS-China, keberlanjutan usaha-usaha peningkatkan ekspor itu akan terus dilakukan. Perwakilan-perwakilan dagang di luar negeri bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri akan menjadi agen-agen pembuka pasar dan promosi.
"Para pelaku usaha juga diharapkan menjaga komunikasi dagang dengan pembeli-pembeli dari luar negeri secara berkelanjutan. Pasca TEI, masih ada para pembeli yang berkunjung ke daerah-daerah dan sejumlah perusahaan untuk menjajaki bisnis," ujarnya.
Kerja sama ritel
Upaya meningkatkan ekspor terus dilakukan Indonesia melalui kerja sama dengan peritel global. Di sisi lain, Indonesia juga berupaya meningkatkan peluang meningkatkan ekspor produk olahan kayu ringan yang bahan bakunya berasal dari masyarakat.
Kerja sama dengan peritel dan distributor global dilakukan oleh perwakilan dagang Indonesia. Atase Perdagangan RI di Kuala Lumpur bekerja sama dengan Mydin Mohamed Holdings Berhad, Malaysia; Atase Perdagangan RI di Canberrra dengan Noval International Trading Pty. Ltd, Australia; Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Dubai dengan Lulu Hypermart, Uni Emirat Arab; dan ITPC Johannesburg dengan Advance Cash and Carry, Afrika Selatan.
“MoU dengan peritel dan distributor empat negara itu penting untuk meletakkan arah baru kemitraan pelaku usaha Indonesia dengan pelaku usaha dari negara mitra. Peritel dan distributor memiliki jaringan relatif besar yang dapat menjual produk Indonesia sampai ke tangan konsumen akhir secara lebih cepat,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda.
Sementara itu, peluang peningkatan ekspor kayu ringan ditempuh dengan berkolaborasi dengan Indonesian Light Wood Association (ILWA) dan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO). Kolaborasi itu dilakukan dengan menggelar Forum Bisnis ILFC yang diikuti dengan 200 perusahaan kayu ringan dan empat pembeli potensial dari Jerman, Swedia, Belgia, dan Perancis.
Arlinda mengatakan, Indonesia merupakan salah satu lumbung kayu ringan terbesar di dunia yang saat ini mulai populer digunakan untuk berbagai keperluan seperti furnitur, bahan bangunan tinggi, dan industri transportasi. Sejak beberapa tahun lalu, masyarakat Uni Eropa mengalihkan perhatian dari kayu tropis sebagai bentuk kepedulian lingkungan.
"Indonesia diharapkan dapat menjadi pelopor yang akan mengalahkan produk pesaing dari China khususnya di pasar Eropa. Selama ini, China mendapatkan bahan baku kayu dari Indonesia, kemudian mengolahnya menjadi produk kayu ringan dengan nilai tambah yang lebih tinggi,” ujar Arlinda.
Arlinda menambahkan, salah satu keunggulan Indonesia di sektor perkayuan adalah Indonesia merupakan satu-satunya negara dengan sistem verifikasi legalitas kayu terbaik yang telah diterima European Union Forest Law Enforcement, Governance, and Trade (EU FLEGT). Pemerintah Indonesia juga terus mendorong industri kayu tidak lagi mengambil kayu dari hutan, tetapi dari perekebunan, lahan tumpangsari, dan pekarangan masyarakat.
General Manajer Seradjati, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sigit Tri Nugroho mengatakan, Indonesia saat ini terus mengembangkan nilai tambah kayu mentah menjadi produk kayu ringan. Pasar utamanya adalah China, Jepang, dan sekarang berekambang ke Uni Eropa. Khusus Jepang dan UE, rata-rata pengiriman per bulan sebanyak 10 kontainer senilai Rp 500 juta per kontainer.
“Kami mendapatkan bahan baku itu dari masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka menanam pohon sengon dan mindi di pekarangan, kebun, atau di lahan secara tumpangsari,” kata dia.