Kemenangan Jair Bolsonaro menghentikan langkah Partai Pekerja yang sudah empat periode memerintah Brasil. Presiden terpilih harus mampu mempersatukan rakyat yang terbelah.
BRASILIA, SENINBrasil memasuki era baru dengan kemenangan Jair Bolsonaro (63) dalam pemilu presiden negara itu. Rakyat Brasil saat ini haus perubahan. Mereka berharap pemerintahan baru bersih dari korupsi dan membawa perbaikan ekonomi serta keamanan.
Pemilu putaran kedua yang digelar pada Minggu (28/10/2018) menghasilkan 55,2 persen suara bagi Bolsonaro, berbanding 44,8 persen untuk penantangnya, Fernando Haddad. Kendati Bolsonaro menang cukup besar, banyak pemilih menyampaikan ketidaksukaan mendalam terhadap Bolsonaro. Mantan kapten tentara ini sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan menyakitkan terhadap kaum perempuan, gay, dan warga kulit hitam.
Lawannya, Haddad, yang dicalonkan dari Partai Pekerja menyatakan akan melanjutkan perjuangan bagi 45 juta pemilihnya. Sementara sejumlah negara sudah memberikan selamat kepada Bolsonaro, Haddad belum memberi selamat. Haddad menuduh Bolsonaro telah menyerang dirinya dan keluarga dengan kebohongan ketika kampanye.
Ubah arah ekonomi
Bolsonaro, yang dicalonkan Partai Liberal Sosial (PSL), akan dilantik pada 1 Januari tahun depan. Ia harus bisa mengatasi keterbelahan rakyat akibat pemilu yang sangat keras. Di tengah perayaan kemenangan Bolsonaro, dikabarkan terjadi bentrok di sejumlah tempat.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui Facebook, Senin (29/10), Bolsonaro menegaskan keinginan untuk mengubah arah negara. ”Kita tidak bisa melanjutkan bermesraan dengan sosialisme, komunisme, populisme, dan ekstrem kiri. Kita akan mengubah nasib Brasil,” ucap Bolsonaro yang juga berjanji memberantas korupsi dan mengurangi kejahatan.
Paulo Guedes, salah seorang penasihat ekonomi utama Bolsonaro, mengatakan bahwa arah ekonomi akan berubah. ”Kami akan mengubah model ekonomi sosial demokratis. Ini sangat mengerikan. Kita terpenjara dengan pertumbuhan yang rendah, pajak tinggi, dan tingkat bunga tinggi,” tutur Guedes.
Dalam beberapa tahun terakhir di bawah pemerintahan yang dipimpin Partai Pekerja, ekonomi Brasil mengalami kemerosotan hingga masuk dalam kategori krisis. Sementara para elite terlibat dalam korupsi dan penyelewengan uang dalam jumlah besar. Salah satu megakorupsi itu dilakukan mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang kini dipenjara.
Sebagaimana para pemimpin kanan dunia, popularitas Bolsonaro juga dibangun dari campuran gaya bicara yang keras dengan posisinya yang tidak mengenal kompromi.
Pengagum militer
Bolsonaro, yang pernah berkarier di militer dengan pangkat kapten, dikenal sebagai pengagum rezim diktator militer yang memerintah pada 1964-1985 sebelum Brasil menjadi negara demokratis. Bolsonaro menyatakan akan membawa sejumlah orang militer ke dalam kabinetnya.
Beberapa kelompok pejuang hak-hak sipil sangat khawatir bakal terjadi kemunduran demokrasi. Human Rights Watch, misalnya, meminta peradilan dan lembaga lain untuk ”menentang setiap upaya yang merusak hak asasi, penegakan hukum, dan demokrasi di bawah pemerintahan Bolsonaro”. Pegiat lingkungan juga mengkhawatirkan komitmen presiden terpilih.
Bolsonaro berulang kali mengatakan akan menarik Brasil dari kesepakatan perubahan iklim Paris. Dia juga menyatakan akan menghapus regulasi soal lingkungan agar investor tidak ragu masuk. (AFP/AP/REUTERS/RET)