"Ini Makan Pertama Kami Setelah Seharian Sibuk..."
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
Selasa (30/10/2018) dini hari, hamparan serpihan pesawat, identitas korban, dokumen, tas, sepatu, dan dompet di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menjadi saksi bisu hilangnya Pesawat Lion Air JT 610. Tak ada yang bisa menjawab, apa sesungguhnya yang terjadi, di mana pemilik kalian.
Kedatangan KRI Sanca Senin (29/10/2018) malam pukul 21.34 WIB menjadi kapal terakhir yang membawa bukti di hari pertama pencarian. Satu kantong bagian tubuh korban dan satu kantong serpihan pesawat mengakhiri pengiriman malam itu.
Namun, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memastikan pencarian di perairan Karawang, Jawa Barat terus dilakukan 24 jam. Ada empat kapal besar dan lima belas kapal rib yang dikerahkan untuk mencari badan kapal beserta barang bukti lainnya.
Meski sudah larut, anggota Basarnas, Kepolisian, TNI, dan PMI tetap berjaga. Kerlap-kerlip lampu kapal, gemercik air, dan suara dengungan kapal seolah menjadi hiburan dan tontonan menanti kedatangan kapal berikutnya.
Cuaca cukup bersahabat. Meski sesekali rintikan hujan menyapa para anggota yang berjaga, namun itu tak lama. Sehingga pemantauan dan penjagaan dapat terus dilakukan tanpa kendala.
Berjarak sekitar lima meter dari bibir dermaga Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, tiga posko Basarnas dibangun dengan luas masing-masing sekitar 8 meter x 6 meter. Salah satunya, posko taktis yang berfungsi mengumpulkan data-data hasil pergerakan operasi SAR.
Tak kenal lelah
Ketika dijumpai Kompas Selasa (30/10/2018) pada pukul 00.29, ada enam anggota Basarnas yang berada di posko taktis. Mereka beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Nasi, ayam, tempe, dan buncis menjadi santapan nikmat bagi mereka yang telah bekerja seharian.
"Ini makan pertama kami mbak. Sepanjang hari tadi enggak bisa makan. Kami sibuk mengevakuasi dan misahin antara anggota tubuh korban dan barang-barang lainnya yang datang ke sini," kata Dhinar, anggota Basarnas.
Ini makan pertama kami mbak. Sepanjang hari tadi enggak bisa makan. Kami sibuk mengevakuasi dan misahin antara anggota tubuh korban dan barang-barang lainnya yang datang ke sini
Raut wajah Dhinar mulai berubah ketika bercerita mengenai kesulitan saat mengevakuasi korban. "Paling sulit itu memisahkan daging korban yang menempel di serpihan pesawat. Terlebih ketika harus membedakan antara daging atau sofa yang warnanya hampir mirip," tutur Dhinar lirih.
Selama satu tahun pengabdiannya sebagai anggota Basarnas, ini adalah kali pertama Dhinar menangani kasus besar. Sebelumnya, ia lebih sering mengevakuasi korban tenggelam.
Pengalaman serupa dialami oleh Dendy Noegraha. Selama dua tahun menjadi anggota Basarnas, Dendy merasa evakuasi musibah di laut lebih sulit dilakukan sebab tidak terlihat langsung.
Chandra, anggota Basarnas, mengatakan, pekerjaan ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Delapan tahun menjalani kehidupan sebagai anggota Basarnas membuatnya semakin yakin akan pekerjaan ini.
"Kalau dalam keadaan bencana atau musibah seperti sekarang ini, kebahagiaan terbesarnya saat berhasil menolong korban. Apalagi kalau korbannya masih hidup," tutur Chandra sambil tersenyum.
Pengorbanan para anggota Basarnas memang patut diberikan apresiasi yang tinggi. Chandra mengatakan, ketika ada kejadian yang mengakibatkan korban jiwa, maka itu menjadi tanggung jawab utama Basarnas.
Hal senada terucap dari anggota Basarnas lainnya, Dony. Menurutnya, Basarnas menjadi pemimpin dari lembaga lainnya dalam melakukan pencarian korban. Soal istirahat, Dony mengatakan, sudah tak sempat.
"Kalau udah begini, istirahat seadanya saja. Kami kan harus tetap stand by 24 jam. Makan juga nggak tentu bisa kapan. Untuk menjaga kesehatan, yang penting banyak minum air putih," papar Dony.
Bukan hanya persoalan fisik dan waktu yang dikorbankan. Demi menjalankan tugas, Dony harus rela menunda cutinya untuk berlibur.
"Seharusnya sekarang saya lagi cuti mbak, bahkan permohonan cutinya sudah ditanda tangani. Tapi ya mau gimana lagi, hati saya juga gak tega kalau ada kejadian seperti ini," ucap Dony.
Seharusnya sekarang saya lagi cuti mbak, bahkan permohonan cutinya sudah ditanda tangani. Tapi ya mau gimana lagi, hati saya juga gak tega kalau ada kejadian seperti ini
Meski nada kekecewaan mengiringi ucapanya, namun Dony menyampaikan, ssjak 2010 menjadi anggota Basarnas, ia tak pernah menyesal. Tanggung jawab yang diemban menyadarkan, ini adalah pekerjaan sosial yang mulia.
"Kami akan terus melakukan pencarian selama tujuh hari ke depan. Setelah itu, apabila masih ditemukan bukti-bukti, kami akan menambah masa pencarian selama lima hari," kata Dony.
Pencarian Pesawat Lion Air JT 610 memperlihatkan sisi kemanusiaan yang sesungguhnya. Kerja sama, pengorbanan, dan saling menjaga. Inilah bagaimana seharusnya kita menghidupi kehidupan. (SHARON PATRICIA)