JAKARTA, KOMPAS — Kereta cepat Jakarta-Bandung direncanakan akan beroperasi pada pertengahan 2021. Pengerjaan proyek itu telah dimulai sejak Juni 2018. Selama ini, proyek tertunda akibat proses pembebasan lahan yang membutuhkan waktu lama.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dimiliki PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dengan nilai investasi proyek sebesar 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 92,4 triliun. Adapun KCIC adalah konsorsium gabungan atau High Speed Railway Contractors Consortium (HSRCC) antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR.
Indonesia memiliki 60 persen porsi dalam konsorsium itu, sedangkan China sebesar 40 persen. KCIC akan memiliki konsesi selama 50 tahun.
”Kami menargetkan pengerjaan selesai dalam waktu tiga tahun,” kata Presiden Direktur PT KCIC Chandra Dwiputra dalam kunjungan ke Redaksi Kompas di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Panjang jalur trase mencapai 142,3 kilometer berupa double track. Kereta menghubungkan empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar Bandung.
Pengerjaan pada tahun pertama akan fokus pada persiapan proyek, seperti penyediaan akses untuk kendaraan proyek dan pembuatan balok jembatan. Sejak dimulai pada pertengahan tahun ini, progres proyek baru mencapai 3,2 persen dengan target selesai 8 persen pada 2018.
Adapun target pada 2019 akan dikebut hingga mencapai 60 persen dari keseluruhan proyek. Sisanya akan diselesaikan pada periode berikutnya.
Menurut Chandra, pengerjaan proyek selama ini terhambat akibat isu pembebasan lahan serta relokasi fasilitas sosial dan fasilitas umum. Upacara peletakan batu pertama proyek KCJB telah dilaksanakan pada 21 Januari 2016.
Hingga Oktober 2018, 113 kilometer lahan (80 persen) lahan telah dibebaskan dari total 142,3 kilometer. Sisa 29,3 kilometer lahan (20 persen) akan segera dibebaskan dan dioptimalkan sebagai fasilitas sosial dan fasilitas umum.
Secara terpisah, Direktur Utama Wika (salah satu kontraktor pembangunan) Tumiyana mengatakan, hingga pekan ketiga Oktober, Wika yang bergabung dalam HSRCC telah menggarap 74 persen lahan yang selesai diakuisisi.
Sebanyak 216 lokasi pekerjaan konstruksi telah dipetakan, sejumlah 34 di antaranya mulai dikonstruksi. Konstruksi paling utama sudah dimulai pada 22 titik kritis, di antaranya struktur, tunnel, jembatan, dan subgrade.
”Kami fokuskan pada titik-titik kritis karena merupakan lokasi pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi yang harus diselesaikan dengan kalkulasi terukur dan pruden,” tutur Tumiyana melalui keterangan tertulis.
Ketika selesai, kereta dengan rute Halim-Karawang-Walini-Tegalluar akan menggunakan 92 kereta dan rute Halim-Karawang delapan kereta. Adapun jenis kereta yang akan digunakan adalah kereta berkecepatan tinggi CR400AF dari China.
Kecepatan operasionalisasi kereta melebihi 300 kilometer per jam. Dengan demikian, kereta akan menempuh lebih kurang 36 menit waktu perjalanan Jakarta-Bandung, atau sebaliknya tanpa berhenti, dan kereta yang berhenti di empat stasiun (Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar) akan menempuh sekitar 44 menit. Waktu antara (headway) antarkereta adalah 20 menit.
Frekuensi kereta api akan mencapai 100 kereta api per hari dengan waktu operasional pukul 05.00-22.00. Operator KCJB adalah tim yang dibentuk oleh KCIC bekerja sama dengan Beijing Railway Administration (BRA) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Karakteristik KCJB dengan laju yang cepat membuat jalur rel harus merupakan pelintasan sebidang sebagai upaya mitigasi kecelakaan. Jalur rel kereta di antaranya jalan layang dan terowongan.
KCJB akan melewati 13 terowongan. Konstruksi tujuh terowongan telah dimulai. Dari 13 terowongan itu, terowongan keenam akan menjadi terowongan terpanjang, yakni 4,48 kilometer. Terowongan itu melintasi Desa Puteran, Desa Cikalong, dan Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Bandung Barat.
China
Chandra melanjutkan, kerja sama dilakukan dengan perusahaan BUMN China dengan mempertimbangkan banyak hal, salah satunya karena rekam jejak perusahaan. China diketahui baru mengembangkan kereta cepat pada 2008. Hingga 2018, negara itu dapat membangun sekitar 25.000 kilometer jalur trase.
Selain itu, China setuju untuk bekerja sama dengan menggunakan skema business-to-business (B2B). Dengan demikian, proyek itu tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Chandra melanjutkan, target pengerjaan dalam waktu tiga tahun membuat perusahaan harus mendatangkan tenaga ahli dari China. Kendati demikian, ia meyakinkan proyek akan tetap melakukan sharing technology.
Beberapa teknologi baru yang ada dalam konstruksi kereta cepat adalah penggunaan ballastless track, tunnel boring machine untuk pengerjaan tunnel dan konstruksi struktur jembatan continuous beam dengan bentang sepanjang 128 meter.
Kota baru
Ketika selesai, KCJB diprediksi dapat melahirkan kota-kota baru di sepanjang jalur, khususnya di empat stasiun yang menjadi pemberhentian kereta. Kehadiran pengembangan kota baru di 4 kawasan tersebut setelah diperhitungkan dengan inflasi ditaksir memiliki valuasi Rp 362 triliun.
”Kami tidak hanya bergantung pada penjualan tiket untuk bertahan,” kata Direktur TOD KCIC Dwi Windarto. Adapun harga tiket yang dijual adalah 16 dollar AS per penumpang dengan perhitungan kurs saat proyek ini selesai.
Perusahaan akan bergerak di bidang properti di area kawasan berbasis transit (TOD) sekitar stasiun. Berdasarkan analisis, laba yang diperoleh perusahaan dari kota baru akan berkisar Rp 95 triliun-Rp 100 triliun.