PADANG, KOMPAS - Politik sepatutnya menjadi alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, para pimpinan dan figur politik harus memiliki tanggung jawab moral untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh warga negara yang berbeda latar belakang.
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri dalam pidato testimoni atas pengukuhan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) bidang pendidikan politik dari Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, kepada mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menuturkan, pendidikan politik yang sesungguhnya adalah yang dapat berjuang untuk rakyat. Mengutip Presiden pertama RI Soekarno, politik tidak boleh berjarak dengan rakyat, sehingga berbagai keputusan politik tidak boleh menjauhkan rakyat dari pemimpinnya.
"Pendidikan politik yang terpenting bagi seorang politikus dan pemimpin adalah pendidikan untuk mengorganisir rakyat. Begitu putusan politik salah, suatu saat (politisi) pasti akan diturunkan oleh rakyat," ujar Megawati di Auditorium UNP, Padang, Senin (29/10/2018).
Selain Megawati, pemberi testimoni lainnya ialah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Zulkifli Hasan dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Oesman Sapta Odang. Acara itu dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Rektor UNP Ganefri, dan mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris.
Lebih lanjut, Megawati menekankan, politik yang dirintis seharusnya juga bertujuan untuk melahirkan kesadaran masyarakat. Di sisi lain, kesadaran juga perlu dimiliki pimpinan bangsa akan tugas pengabdian kepada seluruh rakyat.
"Tanggung jawab moral itu adalah roh yang harusnya ada dalam diri pemimpin bangsa. Sadar akan tugas pengabdian kepada negara, sekarang hal itu sering tidak ada," tutur Megawati.
Dalam orasi ilmiah berjudul "Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Etika Politik", Anwar menekankan, untuk menegakkan etika politik, setiap politikus harus mengingat nilai murni kemanusiaan yang telah digariskan Allah SWT sebagai makhluk paling mulia. Atas dasar itu, setiap manusia harus memperjuangkan idealisme dalam memperjuangkan hak-hak rakyat.
"Ada yang terseret karena terpukau kuasa dan uang, sehingga menjadi penindas, memperkosa dan merampok hak rakyat. Menjadi pemimpin, manusia dapat mempertahankan nilai kemanusiaan, fi ahsani taqwin, atau masuk ke lembah kehinaan, asfala safilin," kata Anwar.
Salah satu proklamator Indonesia, Mohammad Hatta, lanjut Anwar, telah menitikberatkan bahwa setiap pemimpin harus memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat atau moral oracle. Para pemimpin harus memiliki asas keilmuan dan pendidikan yang baik untuk menghasilkan dampak yang sifatnya membumi bagi kesejahteraan rakyat.
Tahan ujian
Menurut Zulkifli, Anwar merupakan salah satu contoh sosok pemimpin yang mampu bertahan terhadap segala ujian yang mengiringi perjuangan untuk mengabdi kepada masyarakat Malaysia. Ia menyebutkan, terdapat lima hal yang membuat Anwar tetap mampu istiqomah atau melakukan sesuatu dengan ikhlas dan tulus secara terus-menerus.
Kelima hal itu ialah idealisme yang terus membara, kesederhanaan yang tidak pernah berubah, mampu menjadi pemaaf, keluarga yang percaya penuh dan siap menderita bersama dirinya, serta rekam jejak panjang sebagai aktivis.
Guru Besar Sejarah UNP, Mestika Zed, yang juga salah satu tim promotor pemberian gelar kehormatan itu, mengatakan, Anwar merupakan tokoh yang telah memenangkan pertarungan melawan egonya sendiri. Hal itu ditunjukkan dengan keikhlasannya menjadi korban pengamalannya sebagai pimpinan politik.
Anwar merupakan tokoh yang telah memenangkan pertarungan melawan egonya sendiri. Hal itu ditunjukkan dengan keikhlasannya menjadi korban pengamalannya sebagai pimpinan politik.
Menurut Mestika, Anwar dekat dengan pengalaman para pendiri bangsa kita yang keluar-masuk penjara, sehingga menjadi salah satu pemimpin yang dapat memberikan ilham terkait pendidikan politik anak bangsa.
Megawati menekankan, keteguhan sikap dan idealisme Anwar tidak lepas dari adanya sifat kesabaran yang progresif revolusioner di dalam diri Anwar. Berada di dalam penjara, lanjutnya, tidak meruntuhkan tekadnya untuk melawan ketidakadilan dan menyatukan seluruh etnis yang ada di Malaysia.