PANGKALPINANG, KOMPAS - Posko Crisis Center yang ditempatkan di depan ruang kedatangan Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Bangka Belitung, Senin (29/10/2018), langsung ramai begitu ada informasi pesawat Lion Air JT 610 yang seharusnya mendarat pulul 7.20, tidak kunjung tiba, Lalu ada informasi pesawat hilang kontak pada pukul 6.33.
Posko dipenuhi keluarga yang mencari nama kerabat atau rekannya di manifes penumpang.
Tangisan kerap terdengar. Ada yang tercenung, ada yang pingsan. Namun ada yang tegar dan terus mencari informasi tentang keluarganya. Pihak maskapai dan anggota SAR pun tampak kerepotan meladeni permintaan warga yang mencari kejelasan anggota keluarga mereka.
Saking ramainya orang, pendataan keluarga oleh petugas bahkan dilakukan di tangga menuju ruang tunggu. Suasana bandara yang riuh penuh kegelisahan itu mereda ketika posko untuk keluarga didirikan, sekitar 500 meter dari gerbang keberangkatan.
Di antara para penumpang, terdapat enam anggota DPRD Kepulauan Babel, beberapa pegawai negeri sipil di Pemprov Kepulauan Babel, hakim yang bertugas di Babel, juga para pegawai Direktorat Pajak dan Direktorat Perbendaraan dan Kekayaan Negara, Kementrian Keuangan.
Pihak maskapai dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel lalu mengeluarkan kesepakatan untuk memberangkatkan dua perawakilan anggota keluarga korban ke Jakarta untuk mempercepat penyampaian informasi pada keluarga korban, juga proses indentifikasi korban. Hingga Senin malam, sudah 98 anggota keluarga yang diberangkatkan ke Jakarta.
Gubernur Kepulauan Babel Erzaldi Rosman Djohan mengatakan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar keluarga merasa tenang dan nyaman menghadapi peristiwa ini. Sebuah posko pun akan didirikan sampai proses pendataan dan pemulangan korban selesai.