Hastuti (53) masih menyimpan asa. Ia yakin, masih ada kemungkinan anak keduanya, Nurul Rezkianti (22), ditemukan dalam keadaan selamat. Ibu empat anak dari Kecamatan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, ini belajar dari gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan Palu satu bulan lalu.
”Kami belajar dari gempa di Palu, 28 September. Alhamdulillah, rumah kami enggak roboh dan kami selamat di antara ribuan yang meninggal. Sekarang, 29 Oktober, anak saya kecelakaan pesawat. Selama belum ada keputusan terakhir, saya masih berharap ada pertolongan Yang Mahakuasa,” tutur Hastuti, Rabu (31/10/2018), di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pesawat Lion Air beregister PK-LQP, dengan nomor penerbangan JT-610, jatuh pada Senin (29/10/2018) pagi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat. Nurul, yang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang di organisasi Aiesec, aktif mengembangkan pariwisata di sejumlah daerah, salah satunya Ambon. Pangkal Pinang menjadi satu destinasi dari misi besarnya membangun pariwisata dalam negeri.
”Saya terakhir kali komunikasi dengan dia Minggu (28/10/2018) malam. Dia bilang, ’Bu, saya mau ke Bangka’. Saya tahu itu untuk pekerjaannya di Aiesec. Cita-citanya tinggi sekali. Dia bermimpi membesarkan pariwisata Indonesia,” tutur Hastuti.
Hingga Rabu siang, jenazah yang terserak di permukaan laut telah dikumpulkan oleh 858 personel dari Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI AL, Polisi Laut Udara Polda Metro Jaya, dan sejumlah instansi lain. Total 24 kantong jenazah berisi korban telah dibawa ke JICT 2 bersama barang-barang korban, mulai dari baju, sepatu, hingga KTP.
Namun, hanya KTP dan kartu mahasiswa Nurul yang telah didapatkan Hastuti. Baju putih dan blazer yang dikenakan Nurul sebelum menaiki pesawat belum diperolehnya. Hastuti juga tidak mengetahui sepatu apa yang digunakan putrinya saat itu.
Sampel DNA Hastuti telah diambil oleh tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polda Metro Jaya, tetapi belum ada bagian tubuh jenazah yang cocok dengan DNA-nya. Bagian tubuh jenazah pun belum ada yang sesuai dengan ciri fisik putrinya. ”Dia punya tahi lalat di bahu kanan, dekat bekas suntikan vaksin,” ujarnya.
Hastuti, ditemani suami dan anak ketiga dan keempatnya, adalah satu-satunya keluarga korban yang mendatangi JICT 2 pada Rabu siang. Ia ingin melihat sendiri aktivitas tim pencari. Sayangnya, sepanjang siang, sejak KRI Tenggiri berlabuh untuk mengambil suplai makanan sekitar pukul 10.00 WIB, belum ada kapal lain yang merapat ke dermaga JICT 2.
”Harapan saya, dia (Nurul) bisa segera ditemukan dalam keadaan baik dan sehat. Tapi, kalau Allah berkehendak lain, insya Allah saya bisa terima,” lanjut Hastuti dengan suaranya yang bergetar menahan tangis.
Meskipun pergi ke JICT 2 dengan inisiatif sendiri, perjalanan Hastuti dari Palu ke Jakarta serta akomodasi penginapan difasilitasi oleh perusahaan maskapai Lion Air. Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, Rabu, perusahaannya telah memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga korban di Jakarta.
Pendiri Lion Group, Rusdi Kirana, Selasa (30/10/2018), telah menjanjikan pemberian dana insentif sebesar Rp 5 juta kepada keluarga korban. Dana tersebut direncanakan akan diberikan pada Rabu. (KRISTIAN OKA PRASETYADI/ADITYA DIVERANTA)