Untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia, harus ada strategi yang jitu di tengah gandrungnya generasi muda pada bahasa Inggris.
JAKARTA, KOMPAS — Menjayakan bahasa Indonesia di dunia internasional harus tetap jadi komitmen bersama bangsa di tengah tantangan serbuan bahasa asing dalam pengutamaan bahasa Indonesia. Untuk itu, peta jalan menuju internasionalisasi bahasa Indonesia bakal segera dimantapkan.
Penginternasionalan bahasa Indonesia pada 2045 ini menjadi salah satu keputusan dalam Kongres Bahasa Indonesia (KBI)XI. Adapun di dalam negeri, penertiban penggunaan bahasa asing di ruang publik harus dilakukan secara serius.
Namun, untuk memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi yang diakui Perserikatan Bangsa-bangsa butuh komitmen kebijakan dan anggaran yang serius. Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing di luar negeri harus didukung secara konsisten yang bisa diintegrasikan dengan pengenalan budaya Indonesia.
Anggota Komisi X DPR di Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XI di Jakarta, Selasa (30/10/2018), mengatakan internasionalisasi bahasa Indonesia jadi salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa harus disiapkan dengan target diwujudkan pqda 2045 sebagai kado Kemerdekaan Indonesia yang ke-100 tahun. "Peta jalan yang disiapkan termasuk koordinasi berbagai instansi pemerintah yang terkait. Selain itu, menyangkut pengembangan kosa kata bahasa Indonesia, setidaknya bisa mencapai 8.000 per tahun. Termasuk pula menyiapkan pendidik atau ahli bahasa," kata Ferdiansyah.
Kepala Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gufran Ali Ibrahim, mengatakan penambahan lema (kata/frasa) baru mencapai sekitar 2.000 per tahun. Penjaringan usulan melibatkan berbagai pihak secara daring.
Saat ini, di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V sekitar 118.000 lema.
"Bahasa Indonesia itu sederhana dan demokratis. Yang penting, bahasa itu bisa dipakai untuk mengakomodasi gagasan kemodernan," ujar Gufran.
Secara terpisah, Dosen dari Australian National University, George Quinn, mengatakan komitmen untuk mengatakan kecenderungan global bahasa inggris semakin kuat. Semakin banyak masyarakat negara lain, termasuk Indonesia, yang gandrung pada bahasa Inggris.
"Untuk internasionalisasi bahasa Indonesia harus punya strategi yang baik di tengah gandrungnya generasi muda pada bahasa inggris," ujar George.
George mengatakan bahasa Indonesia diajarkan bagi siswa Australia sejak 60 tahun lalu. Di salah satu negara bagian Victoria saja tercatat sekitar 60.000 siswa belajar bahasa Indonesia.
"Namun, dalam 20 tahun terakhir, pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing atau BIPA di Australia menghadapi masa lesu. Salah satu faktornya, siswa Australia merasa tidak perlu belajar bahasa Indonesia lagi. Sebab, di Indonesia sendiri keranjingan bahasa lnggris," ujar George.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk
Inggris, E Aminudin Azis, mengatakan pengajarn BIPA sebagai salah satu upaya internasionalisasi bahasa Indonesia harus konsisten. "Di Inggri sempat terhenti. Ketika kami tawarkan lagi program pengajaran bahasa Indonesia bagi masyarakat inggris, pertanyaan mereka hanya satu apakah kali ini benar-benar ada komitmen yang serius dari Indonesia agar berkelanjutan," kata Aminudin.
Menurut Aminudin, Indonesia belum banyak dikenal di Eropa. Tidak mudah utuk mengajak peserta belajar bahasa Indonesia di Inggris. Namun, tetap ada peluang karena bahasa Indonesia dijadikan salah satu pilihan bahasa asing.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk Belanda Din Wahid mengatakan peminat generasi muda Belanda belajar bahasa lndonesia terus menurun. Di perguruan tinggi Belanda yang membuka program Indonesia Studies juga peminatnya turun.
"Dulu tahun 1990-an masa keemasan pembelajaran bahasa Indonesia. Saat itu, dukungan pemerintah Indonesia kuat. Seiring turunnya dukungan pemerintah, utamanya anggaran, jadi berpengaruh. Konsistensi untuk internasionalisasi bahasa Indonesia di luar negeri harus dilakukan secara strategis, " kata Din.