Hari Selasa (30/10/2018) pukul 20.00 menjadi masa sulit bagi Herlina Husain. Di tengah menunggu identifikasi jenazah suaminya, perempuan itu harus menghadapi proses kelahiran anak kedua tanpa didampingi pasangan hidupnya.
Saat ditemui setengah jam setelah proses kelahiran, raut wajah Herlina tampak lelah tapi lega. Dari celah pintu kamar nomor 533 Rumah Sakit Omni di Tangerang, Banten, terlihat ia baru diantar masuk ke ruangan oleh perawat rumah sakit bersama ayahnya, Husain Arifin.
”Ia masih terguncang bila mengingat suaminya,” ucap Husain.
Suami Herlina, Yoga Perdana, adalah salah satu dari sejumlah nama yang tercatat dalam daftar penumpang Lion Air, dengan nomor registrasi PK-LQP, JT-610, rute Jakarta-Pangkal Pinang, yang jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10/2018). Peristiwa itu menyisakan duka mendalam bagi Herlina dan segenap keluarga.
Ayah Yoga, Suhairi, mengatakan, anaknya sudah terbiasa melalui rute penerbangan itu karena keperluan pekerjaan. Yoga telah menetap di Pangkal Pinang bersama keluarga selama beberapa tahun terakhir.
Untuk kelahiran anak kedua mereka, Yoga dan Herlina sepakat persalinan dilakukan di Tangerang agar dapat disaksikan bersama orangtua. Hal itu yang membuat Yoga rutin melalui rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang setiap akhir pekan.
”Tidak ada yang khawatir, bahkan kami tidak tahu Yoga naik pesawat apa saat kembali ke Pangkal Pinang hari itu,” ujar Suhairi.
Herlina dijadwalkan menjalani persalinan secara normal pada 4 November mendatang. Kabar kecelakaan pesawat Lion Air di mana suaminya menjadi salah satu penumpangnya turut memengaruhi kondisi fisik dan psikisnya.
Kondisi fisik Herlina terus menurun berbanding terbalik dengan kandungannya yang semakin matang. Situasi itu membuat dokter menyarankan agar kelahiran dilakukan dengan cara caesar.
”Sebuah pilihan yang sulit, melahirkan dengan operasi caesar atau bertahan dengan cara normal. Sementara itu, kondisi fisik Herlina terus menurun,” ujar Husain.
Butuh waktu berjam-jam untuk meyakinkan Herlina dengan keputusan operasi caesar. Ia sebelumnya ingin mempertahankan kelahiran secara normal, tetapi dokter menilai hal itu terlalu riskan.
Husain merasa terbantu dengan sejumlah kerabat yang berpengalaman terhadap operasi caesar dan turut menyemangati Herlina. Selasa sore, diputuskan proses kelahiran itu dilakukan pukul 20.00.
Di tengah proses persiapan kelahiran yang begitu cepat, identifikasi jenazah Yoga juga terus berlanjut. Di tempat berbeda, keluarga orangtua Yoga berusaha meringankan beban pikiran Herlina dengan mengurusi segala urusan mengenai identifikasi.
Suhairi yang bertolak dari Purwokerto, Jawa Tengah, sejak Selasa pukul 03.00, telah mengumpulkan sejumlah berkas untuk identifikasi jenazah Yoga. Ia berusaha keras agar Herlina bisa fokus pada proses kelahiran bayi tanpa memikirkan hal lain.
Hingga sekitar pukul 21.00, raut wajah lega Herlina setelah proses kelahiran dan disambut pertemuan anggota keluarga di kamar 533 seakan menyiratkan makna bahwa mereka sudah cukup bersyukur. Terlepas dari kesedihan yang menyelimuti, Herlina dapat menghadapi duka yang merundung dan dikaruniai kelahiran anak kedua.
”Walau kelahiran anak Herlina saat ini belum bernama dan identifikasi jenazah Yoga terus berlanjut, kami sudah sangat bersyukur bisa melanjutkan hidup,” kata Husain. (ADITYA DIVERANTA)