Bandara Baru Jogja Justru Beri Banyak Manfaat bagi Jateng Selatan
Oleh
Haris Firdaus/Regina Rukmorini
·4 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS – Pembangunan bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, diyakini tidak hanya akan memberi manfaat ekonomi bagi wilayah DIY. Kawasan Jawa Tengah bagian selatan, yang lokasinya dekat dengan bandara baru itu, juga akan menerima manfaat. Namun, agar manfaat ekonomi itu bisa dimaksimalkan, para pemangku kepentingan di Jawa Tengah bagian selatan harus aktif mengambil peluang.
Demikian terungkap dalam Forum Diskusi “Dampak Pembangunan Bandara Kulon Progo”, Kamis (1/11/2018), di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng). Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjadi pembicara kunci dalam diskusi yang diselenggarakan Bank Jateng dan harian Kompas itu.
Sementara itu, pembicara dalam diskusi tersebut adalah Bupati Purworejo Agus Bastian, Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno, serta Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Bernardus Arwin. Diskusi dimoderatori Kepala Biro Kompas Jateng Gregorius M Finesso dan dihadiri juga oleh Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Adi Prinantyo.
Ganjar menyatakan, dari sisi geografis, pembangunan bandara Kulon Progo sangat menguntungkan Kabupaten Purworejo. Hal ini karena jarak bandara baru itu ke Purworejo sangat dekat, yakni sekitar 7 kilometer (km). “Dari bandara baru itu ke Yogyakarta jaraknya sekitar 40 km, sementara ke Purworejo cuma 7 km. Bahkan jarak bandara itu ke Wates (ibukota Kulon Progo) lebih jauh daripada jarak ke Purworejo,” katanya.
Oleh karena itu, Ganjar memaparkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo harus bisa mengambil peluang dari keberadaan bandara Kulon Progo, misalnya dengan mengembangkan usaha perhotelan, perdagangan, dan pariwisata. Namun, Pemkab Purworejo harus mampu mengemas berbagai usaha tersebut secara menarik sehingga bisa memikat minat para investor dan wisatawan.
“Dengan adanya bandara ini, Purworejo harus berpikir. Sekarang kalau mau buat yang biasa, tidak laku. Purworejo harus membuat yang luar biasa untuk menghadapi bandara,” ungkap Ganjar.
Agus Bastian menyatakan, Pemkab Purworejo telah mempersiapkan diri untuk menyambut pembangunan bandara Kulon Progo yang ditargetkan beroperasi secara terbatas pada April 2019. Agus menyebut, seiring dengan pembangunan bandara Kulon Progo, Kabupaten Purworejo menyiapkan diri sebagai border city atau kota perbatasan antara DIY dan Jateng. “Kami telah mempersiapkan berbagai macam upaya, misalnya memperbaiki akses jalan dan infrastruktur,” katanya.
Agus menambahkan, Pemkab Purworejo juga tengah memperbaiki berbagai destinasi wisata di kabupaten itu agar bisa menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, Pemkab Purworejo juga terus berupaya menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di kabupaten tersebut, terutama dalam bidang perhotelan, perumahan, dan industri.
“Kami akan membangun kota industri, pusat perbelanjaan, pergudagangan, perumahan, dan hotel. Kami juga sedang menjajaki pembangunan pelabuhan laut dalam,” tutur Agus.
Namun, Agus mengakui, upaya mencari investor itu tidak mudah. Hal ini karena Purworejo masih kerap dicitrakan sebagai “kota pensiunan” yang sepi dan perekonomiannya kurang berkembang. “Saya berharap sebentar lagi tidak seperti itu,” ujarnya.
Penumpang, barang, uang
Supriyatno mengatakan, selain sebagai simpul transportasi, keberadaan bandara Kulon Progo juga akan meningkatkan arus penumpang, arus barang, dan arus uang ke wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, kawasan Jateng bagian selatan harus bisa memanfaatkan kondisi tersebut. “Dengan adanya bandara di Kulon Progo ini, kita seperti mendapat durian runtuh,” ujarnya.
Supriyatno menuturkan, selama ini, kawasan Jateng selatan kurang mendapat manfaat dari banyaknya wisatawan yang datang ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng. Hal ini karena mayoritas wisatawan yang datang ke Candi Borobudur justru menginap di Yogyakarta. Dengan adanya bandara Kulon Progo yang berlokasi di dekat kawasan Jateng bagian selatan, kondisi itu harus bisa diubah.
“Selama ini, kalau wisatawan datang ke Candi Borobudur itu menginapnya di Yogyakarta. Ini yang mungkin harus kita bedah. Dengan adanya bandara Kulon Progo, Jateng selatan harus mendapat luberan ekonomi secara nyata,” ungkap Supriyatno.
Supriyatno menyatakan, setelah adanya bandara Kulon Progo yang berkapasitas 14 juta penumpang per tahun, Kabupaten Purworejo bisa dikembangkan menjadi pintu gerbang bagi kawasan Jateng bagian selatan. Untuk mendukung hal itu, Bank Jateng siap mengucurkan kredit untuk membantu para pelaku usaha di Purworejo, terutama usaha kecil dan menengah. “Dampak bandara Kulon Progo bagi Jawa Tengah, khususnya Purworejo, itu bukan biasa-biasa, tapi luar biasa. Yang jadi masalah adalah sekarang dalam waktu singkat kita harus nyengkuyung (mendukung) bersama-sama,” katanya.
Bernardus Arwin berpendapat, agar bisa memaksimalkan manfaat ekonomi dari bandara Kulon Progo, Pemkab Purworejo harus mengembangkan sektor unggulan yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota di DIY. Sebab, apabila Purworejo mengembangkan hal yang sama dengan DIY, kabupaten itu akan kalah bersaing. “Purworejo tidak mungkin bersaing dengan Yogyakarta. Jadi, Purworejo harus mengembangkan apa yang tidak mungkin dikerjakan oleh Yogyakarta,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, untuk menyambut keberadaan bandara Kulon Progo, Pemerintah Provinsi Jateng akan melakukan penataan ruang di kawasan Jateng bagian selatan. Dia menyebut, untuk Purworejo, nantinya akan dikembangkan sebagai kawasan pertanian yang dilengkapi dengan industri pengolahan hasil pertanian.
Sujarwanto menambahkan, Pemkab Purworejo diharapkan juga mengembangkan obyek-obyek wisata baru dengan menawarkan sesuatu yang berbeda. “Untuk penginapan misalnya, Purworejo semestinya tidak menawarkan penginapan seperti yang ada di kota-kota lain. Penginapan di Purworejo bisa berkonsep homestay yang unik dan sangat khas daerah,” ujarnya saat ditemui di sela-sela Forum Diskusi “Dampak Pembangunan Bandara Kulon Progo”.