JAKARTA, KOMPAS -- Penataan sungai dan bantarannya mutlak diperlukan di Jakarta. Selain untuk pengendalian banjir, upaya rehabilitasi sungai juga untuk menjaga keseimbangan lingkungan kawasan kota. Keseimbangan lingkungan ini perlu dijaga keberlanjutannya demi keberlangsungan hidup manusia penghuni kota.
Lantas bagaimana caranya menata bantaran sungai yang telah lama dijadikan tempat bermukim? Apakah penggusuran satu-satunya cara? Ada alternatif menarik yang ditawarkan oleh para peneliti di Universitas Indonesia, antara lain dari Tim Pengabdi Arsitektur Universitas Indonesia.
Dalam rilis resmi yang diterima Kompas, Rabu (31/10/2018) malam, Tim Pengabdi Arsitektur Universitas Indonesia bersama Karang Taruna dan Komunitas Anak Kali Ciliwung (KAKC) yang tinggal di gugusan tiga kampung (Kampung Krapu, Tongkol dan Lodan) RT 04, 07, 08 / RW 01, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara merencanakan pembangunan Taman Komunitas. Kegiatan ini didukung Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) melalui program FTUI Peduli 2018.
Ketua Tim Pengabdi Departemen Arsitektur UI, Herlily seperti tercantum di dalam rilis mengatakan, pendekatan yang dipakai dalam program ini adalah Participatory Action Research (PAR). Program ini merupakan sebuah kolaborasi antara community engagement, riset dan pendidikan yang diterapkan untuk merespons masalah lingkungan dan sosial. Tim beranggotakan Amira Paramitha, Rizaldi, Seto, Arga, Farah, Elita, Noviar. Mereka adalah dosen dan mahasiswa S2 & Program Profesi dengan latar belakang keahlian yang berbeda namun saling mengisi (arsitektur, permukiman informal, rancang kota).
Rencana Pemprov DKI pada 2015 untuk membuat jalan inspeksi selebar 15 meter di sisi kanan kiri sungai membuat kampung terancam tergusur. Warga merespon dengan melakukan negosiasi dan kesepakatan untuk memotong mundur rumahnya dari yang sebelumnya berada tepat di bibir sungai atau mungkin hanya berjarak 1-2 meter dari tepi sungai untuk mundur/mengosongkan ruang sebesar 5 meter dari tepi sungai sebagai sempadan sungai (set-back).
Namun, pemotongan rumah ini juga menimbulkan masalah baru di Kampung Anak Kali Ciliwung. Walaupun program set-back rumah dan facade rumah yang terpotong sudah berada di bawah kendali dengan perapihan façade dan re-organisasi ruang di masing-masing unit, dalam konteks kampung pemotongan rumah menyisakan lahan kosong di antara Kampung Krapu dan Kampung Tongkol. Ini terjadi karena komitmen warga untuk mundur 5 meter dari bibir sungai dan membuat ruang selebar 5 meter antara sungai dan rumah, membuat sederetan rumah yang kedalaman rumahnya hanya 5 meter, harus pindah dari lokasi (tidak ada lahan yang tersisa untuk unit rumah). Lokasinya yang berada tepat di antara Kampung Tongkol dan Krapu membuat kedua kampung yang tadinya menyatu karena adanya kehidupan warga, menjadi terpisah. Lahan yang terbuka selebar 5 meter (tanpa ada rumahnya) menjadi sebuah lahan gersang, lost spaces antara dua kampung sehingga tidak terjadi interaksi secara social maupun ekologi dengan sungainya.
Tim pengabdi FT UI mengidentifikasi 4 masalah utama di lokasi, yaitu tidak ada aktivitas menarik (anchor/movement generator); gersang; lokasi menjadi ‘lahan belakang’ dari tiap kampung; serta minim interaksi antar kampung dalam keseharian warga membuat lokasi ini tidak begitu ramai digunakan baik untuk kegiatan ataupun jalur melintas dari satu kampung ke kampung yang lain.
Sesuai visi misi Kampung Anak Kali Ciliwung sebagai Kampung Inspeksi - Wisata, Community Planning Kampung Anak Kali Ciliwung menempatkan keseharian warga menjadi jembatan antara lingkungan dan sejarah yang ada di sekitar kampung. Berdasarkan identifikasi masalah serta kesepakatan di atas, Taman Komunitas akan melengkapi cita-cita tersebut. Taman Komunitas dalam community master plan memenuhi beberapa aspek penting, yaitu (1) aspek pemulihan lingkungan tepi sungai/desa hijau mitra UI; (2) aspek wisata dan (3) aspek interaksi keseharian warga.
Herlily menambahkan, "Di sini, dengan pemetaan dan desain partisipatif warga secara mandiri memetakan dan mengidentifikasi potensi dan masalah apa yang mereka miliki. Tim pengabdi juga mendampingi warga untuk menggali aspirasi menghasilkan kesepakatan perencanaan Taman Komunitas yang baik, sesuai kebutuhan dan dapat diterima segenap warga dan lingkungan sekitar," katanya, Senin (29/10/2018).
Program dalam desain Taman Komunitas akan mengakomodasi (1) fasilitas olahraga seperti area senam, terapi batu serta lapangan futsal anak dan sepeda; (2) tempat bermain anak; (3) plaza pertemuan warga; (4) tempat ‘nongkrong’/nobar; (5) penghijauan/pekarangan seperti kembang telang, tanaman obat keluarga dan tanaman produktif lainnya serta (6) jalur lintasan sepeda/motor, bentor kebersihan dan emergency;
Ketua Karang Taruna KAKC, Faisal berharap Taman Komunitas akan memenuhi kebutuhan warga akan taman dan ruang terbuka, bermanfaat dan menjadi pusat interaksi bagi warga dari semua lapisan usia di Komunitas Anak Kali Ciliwung.