Identifikasi Korban Lion Air PK-LQP Terus Dilakukan
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Jumat malam, hari kelima musibah Lion Air PK-LQP, tim Disaster Victim Investigation Polri baru berhasil mengidentifikasi empat jenazah korban. Kondisi tubuh jenazah yang tidak utuh menjadi tantangan dalam proses identifikasi.
Meskipun menghadapi tantangan, identifikasi terus dilakukan. Tim antemortem dan postmortem masih berupaya untuk melengkapi dan mencocokkan data.
”Proses identifikasi masih terus dilakukan, baik primer maupun sekunder. Kami berusaha untuk mempercepat prosesnya agar segera diketahui,” kata Kombes Hariyanto, Wakil Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Metode identifikasi dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Pada primer untuk mengidentifikasi obyek secara langsung, misalnya, bagian tubuh (sidik jari, gigi) dan DNA. Sementara itu, metode sekunder merupakan identifikasi yang diperoleh dari rekam medis dan informasi tambahan, seperti properti yang digunakan dan tato.
Kepala Laboratorium Klinik Odontologi Kepolisian Pusdokes Polri Kombes drg Agustinus mengatakan, identifikasi untuk gigi dengan membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kondisi semasa hidupnya.
”Dalam kasus ini, temuan gigi di postmortem itu hampir tidak ada. Kami hanya menemukan satu buah gigi yang kondisinya fraktur atau pecah,” kata Agustinus.
Karena tidak semua korban memiliki data rekam medis gigi, Agus dan timnya banyak bekerja di antemortem dengan mengumpulkan data korban melalui keluarga dan kerabat dekat yang paham tentang korban.
”Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi jika nantinya ada temuan berupa gigi, kami sudah siap dengan data-data di antemortem,” ujar Agus.
Ada setidaknya 212 data antemortem yang diterima. Akan tetapi, hanya ada 24 data yang memiliki data lengkap sampai rontgen dan 14 data yang berisi catatan gigi.
Sementara itu, Spesialis Forensik Dokkespol Kombes Adang Azhar mengatakan, temuan bagian tubuh yang tidak lengkap menyulitkan identifikasi. Maka, dilanjutkan dengan identifikasi DNA mengambil sampel jaringan yang masih baik.
Adapun, Kepala Lab DNA Polri Kombes Putut Tjahjo Widodo mengatakan, setiap orang memiliki DNA yang berbeda. Hal itu yang mendasari identifikasi DNA dilakukan dalam kasus ini.
”Data antemortem sudah lengkap, semua keluarga sudah melaporkan. Pada prinsipnya sekecil apa pun bagian tubuh itu kita anggap sebagai satu tubuh. Jadi, semua penumpang yang ditemukan semoga bisa diperiksa DNA-nya semua dan dicocokkan dengan anggota keluarga,” ujar Putut.
Di posko postmortem Rumah Sakit Polri Kramatjati, kantong jenazah yang diterima dari tim SAR gabungan langsung dibawa ke ruang jenazah. Temuan yang diterima dinomori kembali oleh tim DVI di postmortem kemudian disimpan di ruang pendingin.
Menurut dokter spesialis forensik RS Polri Niken Budi Setiawaty, pemeriksaan dilakukan oleh tim berisi sekitar lima orang yang dipimpin dokter spesialis forensik. Data postmortem akan dimasukkan ke dalam formulir pink.
Untuk melakukan identifikasi, data dari postmortem akan dicocokkan dengan data antemortem. Koordinator Data Antemortem Tim DVI Polri Kombes Saljiyana menjelaskan, data antemortem yang berasal dari keluarga akan dimasukkan ke dalam formulir kuning.
”Jika kedua data tersebut telah ada, dapat dilakukan identifikasi melalui sidang rekonsiliasi. Apabila kedua data tersebut cocok, identifikasi dinyatakan berhasil,” kata Saljiyana. (MELATI MEWANGI/YOLA SASTRA/SHARON PATRICIA)