Industri Tekfin Andalkan Teknologi untuk Tetapkan Bunga
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian bunga pinjaman di industri pinjam-meminjam uang berdasarkan teknologi informasi mengikuti tingkat risiko profil calon penerima pinjaman. Agar lebih tepat menentukan besaran, pelaku industri mengandalkan teknologi digital.
Co-Founder dan CEO UangTeman (penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi kategori kredit multiguna) Aidil Zulkifli, dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah media, Kamis (1/11/2018), di Jakarta, menceritakan, selama tiga tahun pertama beroperasi, suku bunga pinjaman sebesar 0,7 hingga 0,8 persen per hari. Besaran ini berlaku bagi seluruh penerima dana pinjaman.
Dia menjelaskan, UangTeman menyasar kelas ekonomi menengah bawah. Segmen ini dinilai memiliki tingkat risiko keuangan yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan memilih mematok suku bunga pinjaman yang sama rata.
”Kami berdiri sejak tahun 2015. Hingga sekarang, masih ada debitor pada tahun pertama beroperasi tetap memanfaatkan layanan UangTeman. Kebanyakan pengguna memang melakukan pengulangan pengajuan pinjaman dan rata-rata lima hingga enam kali,” ujar Aidil.
Dia memandang, setahun terakhir, pasar layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, khususnya cash loan dan kredit multiguna, sudah mulai terbentuk. Berdasarkan pengalaman UangTeman, pendapat ini dilihat dari realitas pengulangan pengajuan pinjaman dari debitor yang sama. Kemudian, pemanfaatan layanan mulai meluas sampai ke kota kecil.
Berangkat dari situasi itu, Aidil mengemukakan, pihaknya bakal menurunkan suku pinjaman. Penetapannya pun akan dibedakan satu debitor dengan lainnya. Perusahaan juga akan mengoptimalkan pemakaian teknologi algoritma untuk mengukur tingkat risiko setiap calon penerima dana pinjaman. Rencana ini akan dibicarakan lebih jauh dengan Otoritas Jasa Keuangan.
Hingga triwulan III-2018, UangTeman telah membantu penyaluran pinjaman ke lebih dari 60.000 akun nasabah dengan total nilai melebihi Rp 300 miliar. Berdasarkan portofolio pinjaman, lebih dari 30 persen dipakai untuk pengembangan usaha mikro, 25 persen untuk keperluan darurat biaya pendidikan, 20 persen kebutuhan darurat biaya kesehatan, dan 25 persen konsumsi.
”Kami beroperasi di 18 kabupaten/kota di Indonesia. Tren penggunaan dana pinjaman hampir sama,” ucapnya.
Mengenai rasio kredit macet, lanjut Aidil, besarannya sekitar 1 persen untuk pinjaman pengembangan usaha mikro. Di luar kegunaan bantuan permodalan, rasio kredit macet bisa sampai 3 persen.
Demi menjaga serta mengurangi rasio kredit macet, Chief Technology and Operations Officer UangTeman Sukan Makmuri mengatakan, pihaknya menerapkan fitur teknologi advance notification system, yaitu sistem pengingat batas waktu pengembalian pinjaman nasabah. Fitur lainnya adalah one tap pay yang memudahkan nasabah memilih bank untuk pembayaran dengan sekali tap.
Lain cerita dengan penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi kategori pinjaman bagi UMKM. Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menjelaskan, besaran suku bunga tergantung dari suplai dan permintaan. Sejauh ini, besarannya masih masuk akal berdasarkan risiko setiap debitor. Calon penerima dana pinjaman pun bisa menilai wajar tidaknya besaran suku bunga.
Modalku telah menyalurkan Rp 2,88 triliun kepada lebih dari 17.000 orang peminjam. Pencapaian kinerja ini terjadi di regional.
Sesuai dengan data Otoritas Jasa Keuangan per September 2018, rata-rata rasio pinjaman lancar sampai dengan 30 hari sebesar 96,73 persen. Rata-rata rasio pinjaman lancar 30-90 hari sebesar 2,07 persen. Adapun rata-rata rasio pinjaman lancar lebih dari 90 hari adalah 1,20 persen.