Kualitas Pendidikan Jadi Fokus Anggaran
APBN 2019 mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan Rp 492,5 triliun, meningkat dari tahun 2018 yang besarnya Rp 432 triliun.
JAKARTA, KOMPAS —Peningkatan daya saing bangsa melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi fokus pemerintah di tahun 2019. Kontribusi sektor pendidikan dari jenjang anak usia dini hingga pendidikan tinggi dinilai penting untuk menyiapkan generasi muda yang cerdas dan berkualitas.
Anggaran fungsi pendidikan dalam APBN 2019 sebesar Rp 492,5 triliun atau meningkat dari tahun 2018 yang besarnya Rp 432 triliun difokuskan untuk meningkatkan daya saing pendidikan Indonesia. Untuk itu, peningkatan kualitas layanan pendidikan yang bermutu semakin diratakan untuk menjamin daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) juga mendapatkan akses dan kualitas pendidikan yang baik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ainun Na\'im di Jakarta, Kamis (1/10/2018), mengatakan pendidikan tinggi harus berperan dalam peningkatan SDM Indonesia dengan menyediakan lulusan yang profesional di bidangnya serta punya kemampuan wirausaha. Selain itu, perguruan tinggi harus mampu mendukung lahirnya inovasi teknologi yang dapat mendukung dunia usaha dan industri.
"Inovasi sudah berkembang, yang bisa digunakan untuk menggantikan bahan atau teknologi yang selama ini diimpor,"kata Ainun.
Anggaran Kemenristek dan Dikti tahun 2019 sekitar Rp 41,264 triliun. Anggaran tersebut difokuskan untuk meningkatkan SDM melalui pendidikan di perguruan tinggi dan riset.
Menurut Ainun, akses kuliah bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu yang selama ini didukung lewat Beasiswa Bidikmisi bakal ditambah jumlahnya. Pada 2019, penerima beasiswa Bidikmisi dari mahasiswa baru menjadi 120.000 orang dari yang sebelumnya 90.000 mahasiswa. Adapula program beasiswa bagi mahasiswa di daerah 3T atau beasiswa ADIK.
Ainun mengatakan dukungan untuk pengembangan program studi visioner yang mendukung revolusi industri 4.0 juga dilakukan. Demikian pula dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi vokasi, program revitalisasi politeknik dijalankan. Lulusan politkenik harus dibekali kompetensi yang sesuai dnegan tuntutan dunia kerja, sedangkan dosen pun juga dilengkapi dengan kompetensi yang berkembang di dunia usaha dan industri.
"Revitalisasi politkenik ini dilakukan juga dengan mengirim mahasiswa dan dosen ke luar negeri yang pendidikan vokasinya baik, seperti Jerman dan Taiwan,"ujar Ainun.
Peningkatan kompeteni mahasiswa juga diperkuat dalam kewirausahaan. Mahasiswa punya potensi untuk membangun bisnis yang rintisan berbasis teknologi yang memberi nilai tambah dalam perkembangan dunia usaha dan industri di dalam negeri.
Secara terpisah, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, mengatakan peningkatan riset dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa dalam empat tahun ini mulai membuahkan hasil. Potensi riset yang menghasilkan inovasi dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian mulai dimunculkan dan didukung untuk berkembang melalui usaha rintisan berbasis teknologi. Inovasi dari dunia pendidikan dan lembaga riset mulai dikerjasamakan dengan dunia usaha dan industri.
Publikasi internasional
Nasir mengatakan pembudayaan riset dan inovasi serta kewirausahaan berbasis teknologi dalam kurun empat tahun terbentuknya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) memberikan harapan baru untuk membawa transformasi perekonomian yang berbasis sumber daya alam menjadi berbasis inovasi. Hal ini salah satunya terlihat dari jumlah publikasi internasional yang terus meningkat.
“Indonesia saat ini sudah bisa berada di posisi kedua di bawah Malaysia. Kita harus yakin bisa melesat menjadi nomor satu di ASEAN karena potensinya ada,” kata Nasir.
Publikasi internasional Malaysia di Otober ini di kisaran 24.000 publikasi, menyusul Indonesia di kisaran 22.000 publikasi. Potensi Indonesia untuk meningkat besar. Di perguruan tinggi ada sekitar 267.000 dosen. Peningkatan publikasi ilmiah internasional seharusnya bisa didongkrak dari 32.000 dosen dengan jabatan akademik lektor kepala dan guru besar/profesor 5.400 orang. Mereka ini wajib publikasi internasional.
Namun, lanjut Nasir, hasil riset tidak hanya kuantitas, tapi kualitas. Karena itu, tidak cukup hanya fokus meningkatkan jumlah publikasi internasional.
"Kita terus dorong riset yang dapat menghasilkan paten, teknologi baru untuk dihilirisasi yang menghasilkan prototype untuk diproduksi sehingga menggantikn bahan impor. Contohnya garam farmasi,"ujar Nasir.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Didik Suhardi mengatakan alokasi dana untuk Kemdikbud difokuskan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di daerah 3T. Alokasi angagaran pendidikan 2019 di Kemdikbud berkisar Rp 35,993 Triliun. Dana pendidikan sebagian besar ditarnsfer ke daerah.
Menurut Didik, pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan vokasi ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu, peningkatan mutu guru juga jadi salah satu prioritas agar menghadirkan pembelajaran yang bermutu yang menyiapkan siswa dengan kecakapan yang sesuai dengan perkembangan jaman di era digital.