Terjebak Kemacetan, Sony Terlambat Naik Lion Air PK-LQP
Kepala Seksi Supervisi Teknik Aplikasi Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sony Setiawan (42) kali ini merasa bersyukur. Terjebak dalam kemacetan ternyata membuatnya lolos dari maut.
Ditemui Selasa (30/10/2018), Sony sedang menyantap nasi bungkus yang ada di hadapannya. Baru siang itu dia bisa makan selahap itu.
Sebelumnya, kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 dengan nomor register PK-LQP, Jakarta-Pangkal Pinang, Senin pagi, mengganggu pikiran dan selera makannya. Apalagi ada lima rekan sekantornya yang menumpang pesawat itu. ”Saya tidak menyangka bisa lolos dari musibah tersebut walaupun saya sedih karena kehilangan rekan sekantor,” kata Sony.
Sony sedianya ikut dalam penerbangan itu. ”Saya terjebak kemacetan sehingga tiba di Bandara Soekarno-Hatta saat pesawat sudah terbang,” ujarnya. Sony sendiri adalah warga Cibaduyut, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Setiap pulang ke Bandung dan kembali ke Pangkal Pinang, ia selalu transit di Jakarta.
Karena terlambat, Sony lalu menghubungi rekannya kerjanya yang juga berasal dari Bandung, Akhmad Endang Rokhmana, yang ikut dalam penerbangan itu. ”Siapa tahu keberangkatan masih ditunda,” katanya. Namun, saat dihubungi, Akhmad tidak menjawab. ”Saya rasa sudah terbang,” katanya.
Sony akhirnya mencari penerbangan lain untuk pergi ke Pangkal Pinang. Lebih baik terlambat daripada tidak datang sama sekali, begitu pikirnya.
Saat duduk di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, ia mendengar kabar pesawat Lion Air hilang kontak. Namun, saat itu, dirinya berpikir mungkin permasalahan sinyal saja. Tidak ada pikirannya kalau akan ada musibah.
Kepastian hilangnya kontak penerbangan Lion Air JT-610 dengan nomor pesawat PK-LQP itu ia terima sesampainya di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Saat tiba di gerbang kedatangan, rekan sekantornya langsung memeluknya. ”Untung kamu selamat,” ujar seorang rekan Sony. ”Pesawatnya jatuh, ya?” kata Sony. Rekannya itu mengangguk.
Kursi kosong
Meskipun merasa bersyukur, ia kehilangan lima rekan kerjanya. Di ruangan tempat Sony berkerja, kini ada dua kursi kosong.
Kursi itu adalah milik Kepala Seksi Analisis Statistik Penyusunan Laporan Keuangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara (PBN) Kepulauan Bangka Belitung, M Fadilla. Satu lagi kursi yang berada tepat di sampingnya adalah kursi milik Eko Sutanto yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Akuntansi Pemerintah Pusat.
Di kursi Eko terlihat beberapa bantal di atas kusi. Di mejanya terlihat berkas yang disusun rapi. Eko dan Fadilla terakhir ada di kantor hari Jumat lalu.
Sony mengatakan, sebenarnya JT-610 adalah pesawat yang selalu dia tumpangi setiap kali kembali ke Pangkal Pinang. Jadwal yang ditawarkan JT-610 pas dengan jadwal masuk kerja. ”Namun, entah karena apa, tiba-tiba saya ketinggalan pesawat,” ujarnya.
Kejadian ini membuat Sony trauma untuk kembali naik pesawat. Untuk melepas rasa rindu dengan keluarga, Sony meminta istrinya yang ada di Bandung untuk datang ke Pangkal Pinang.
Kepala Kanwil Ditjen PBN Kepulauan Bangka Belitung Supendi mengatakan, secara keseluruhan ada 21 pegawai Kementerian Keuangan di Kepulauan Bangka Belitung yang turut dalam penerbangan itu. ”Tentu kejadian ini berpengaruh pada suasana kerja, tetapi kami berkomitmen tidak akan memengaruhi pelayanan,” katanya.
Kepergian kelima pegawai juga membuat duka yang mendalam. Apalagi para pegawai sudah seperti keluarga. ”Kita lebih sering bertemu karena kita sama-sama perantau,” katanya. Untuk itu, setiap hari, Supendi selalu datang ke pusat krisis yang ada di Bandara Depati Amir untuk melihat perkembangan keberadaan rekannya tersebut.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengatakan, sedikitnya ada 48 pegawai pemerintahan yang bekerja di Kepulauan Bangka Belitung yang turut dalam penerbangan JT-610 pagi itu. Sebanyak 21 orang di antaranya bekerja di bawah Kementerian Keuangan. Enam anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menjadi korban.
Tragedi Lion Air membuat warga Kepulauan Bangka Belitung berkabung. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Bangka Belitung pun menetapkan tiga hari masa berkabung, hingga Jumat (2/11/2018).
Warga Kepulauan Bangka Belitung
Di Bandara Depati Amir, pemberangkatan keluarga korban ke Jakarta berikut pemulangan mereka ke Pangkal Pinang terus dilakukan. Persiapan penerimaan para korban juga tengah dipersiapkan.
Sampai hari ini, ada 51 warga asal Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP.
Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang Danang Priyandoko, Kamis (1/11/2018), mengatakan, berdasarkan data dari Jasa Raharja, jumlah korban yang ahli warisnya ada di Bangka Belitung mencapai 51 orang. Bertambah dibandingkan laporan sebelumnya sebanyak 45 orang.
Dari jumlah tersebut, 30 di antaranya berasal dari Pangkal Pinang dan sisanya tersebar dari Bangka Barat 6 orang, Belitung Timur 1 orang, Bangka 9 orang, Belitung 1 orang, Bangka Selatan 2 orang, dan Bangka Tengah 2 orang. Danang mengatakan, hingga saat ini pendataan terus dilakukan dan bukan tidak mungkin adanya penambahan data korban.
Hingga saat ini belum ada korban yang teridentifikasi berasal dari Kepulauan Bangka Belitung. ”Kami masih menunggu hasil dari DVI untuk identifikasi,” katanya.
Pihaknya juga mempersiapkan penjemputan jenazah. Pemerintah daerah menyiapkan 80 mobil ambulans untuk menjemput jenazah dari bandara hingga ke rumah duka. ”Rencananya jenazah akan diterima oleh gubernur secara simbolis,” kata Danang.