JAKARTA, KOMPAS - Musim hujan akhirnya tiba untuk sebagian besar wilayah Banten dan Jawa Barat, serta sebagian Jawa Tengah sekalipun mengalami kemunduran akibat dampak El Nino. Sedangkan untuk Sumatera bagian barat yang tidak terpengaruh anomali cuaca ini, hujan lebat telah memicu bencana banjir dan longsor.
“Untuk daerah-daerah Jawa ke timur yang terpengaruh El Nino, musim hujan mundur 10 sampai 20 hari. Jika umumnya secara klimatologis, daerah tersebut sudah masuk musim hujan di pertengahan Oktober," kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siwanto, di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Data BMKG, indeks El Nino, yang ditandai dengan lebih tingginya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik bagian tengah dibandingkan sekitarnya mencapai +0,83 derajat celcius. Ini menandai El Nino kategori lemah yang berdampak pada mundurnya musim hujan dan penurunan intensitas hujan di Pulau Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur. Sedangkan wilayah barat Indoensia, tidak terpengaruh dengan El Nino.
"Untuk sebagian Jawa bagian barat,seperti Banten, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah di awal November ini sudah masuk musim hujan. Sekalipun demikian, sebagaimana prediksi sebelumnya, intensitas hujannya kemungkinan di bawah normal," kata Siswanto.
Untuk sebagian Jawa bagian barat,seperti Banten, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah di awal November ini sudah masuk musim hujan.
Puncak musim hujan kedua
Sementara itu, daerah lain, seperti Sumatera Barat, saat ini justru tengah mengalami puncak musim hujan. Data BMKG, dalam tiga hari terakhir terjadi hujan berturut-turut di sebagian besar wilayah Sumatera Barat. Stasiun pengukur hujan di Padang Pariaman misalnya, mencapat intensitas hujan mencapai 70 milimeter (mm) per hari. Bahkan, di Padang hingga pukul 15.00 WIB tercatat curah hujan telah mencapai 147 mm.
Berbeda dengan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur yang kurang hujan, daerah pesisir barat Sumatera, termasuk Sumatera Barat hingga Aceh, pada November ini diprediksi akan mendapatkan curah hujan melebihi kondisi rata-rata dibandingkan klimatologis 1981-2010.
"Bulan September, Oktober hingga November merupakan puncak musim hujan kedua di Sumatera Barat. Pada bulan-bulan ini, akumulasi curah hujan bisa lebih dari 350 milimeter per bulan. Oleh karena itu, masyarakat di wilayah ini perlu waspada bencana banjir dan longsor," kata Siswanto.
Bulan September, Oktober hingga November merupakan puncak musim hujan kedua di Sumatera Barat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tingginya curah hujan ini telah menyebabkan bencana longsor di Desa Santur, Kecamatan Barangin, Kota Sawah Lunto. Longsor menyebabkan 4 rumah rusak berat, 12 rusak ringan, dan retakan tanah sepanjang sekitar 40 meter.
Selain longsor, menurut Sutopo, banjir juga melanda Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang sehingga menyebabkan jembatan roboh. Seperti di Sumatera Barat, pesisir barat Aceh juga dilanda hujan deras yang menyebabkan longsor di jalan Banda Aceh - Calang, tepatnya di kilometer 132 Gampong Sawang, Kecamatan Setia Bakti.
Siklon Tropis
Selain dinamika El Nino, kondisi cuaca Indonesia saat ini juga dipengaruhi oleh munculnya siklon tropis Yutu di Laut China Selatan, sebelah barat laut Filipina. Data pada Jumat pukul 19.00, posisi siklon ini berada di 20,9 Lintang Utara, 115,9 Bujur Timur atau sekitar 1.960 kilometer sebelah utara Kota Tarakan.
Selain dinamika La Nina, kondisi cuaca Indonesia saat ini juga dipengaruhi oleh munculnya siklon tropis Yutu di Laut China Selatan, sebelah barat laut Filipina.
Siklon ini bergerak menjauhi wilayah Indonesia dengan tekanan terendah 998 milibar (mb) dan kecepatan 35 knots atau 65 km per jam. BMKG memperingatkan, siklon tropis ini berdampak pada peningkatan tinggi gelombang 1,25 - 2,5 meter di perairan Kepulauan Anambas. Sedangkan gelombang dengan tinggi 2,5 - 4 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Natuna.