Area Pencarian Bisa Diperluas
JAKARTA, KOMPAS - Area pencarian perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder/CVR) bisa diperluas bila tim SAR gabungan tidak juga menemukan alat tersebut pada Minggu (4/11). Upaya ini juga tergantung pada putusan apakah operasi pencarian akan diperpanjang atau tidak.
"Apabila besok tidak ditemukan, baru akan diperluas lagi pencariannya," kata Deputi Bidang Operasi dan kesiapsiagaan Basarnas Nugroho Budi Wiryanto Sabtu (3/11).
Hingga Sabtu sore, tim SAR gabungan yang terdiri dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Dewan Nasional Keselamatan Transportasi, Biro Investigasi Keselamatan Transportasi,National Transportation Safety Board, Transport Safety Investigation Bureau, dan tim dari Boeing masih mencari CVR di titik prioritas area penyelaman seluas 36 nautical mile.
"Walaupun lemah penyelam terakhir masih mendengar sinyalnya. Malam ini kita akan pantau terus. Begitu terdengar sinyal ping dari beacon, kami akan langsung turunkan Remotely Operated underwater Vehicle (ROV) untuk melihat ke dasar laut," ucap Ilyas dari atas Kapal Riset Baruna Jaya 1 Sabtu. Titik koordinat sinyal ping terakhir yang terdengar, menurut Ilyas masih di sekitar titik fokus area pencarian. Di lokasi itu ada empat kapal besar yang masing-masing mempunyai ping locator.
”Jika ultra-short baseline transponder di Kapal Riset Baruna Jaya I tidak dapat sinyal, kami sarankan untuk melakukan pencarian di luar area prioritas saat ini,” ujar Ilyas.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, CVR sudah tidak lagi mengirim sinyal. ”Tim sudah kembali dan hasilnya nihil. Sebab, CVR sudah tidak lagi mengirim sinyal atau ping ke alat ping locator,” ujar Hammam, Sabtu.
Terkait operasi pencarian Nugroho mengatakan belum ada kepastian terkait perpanjangan waktu operasi pencarian. "Besok akan kita evaluasi dan rapatkan dulu apakah akan diperpanjang atau ditutup," ujar Budi.
Menurut dia, operasi SAR gabungan dapat diperpanjang jika dibutuhkan. “Pencarian berdasarkan Standar Operasional Prosedurnya (SOP) dilakukan tujuh hari. Tetapi, memungkinkan untuk diperpanjang berdasarkan perkembangan di lapangan,” ujarnya. Pencarian akan memasuki hari ketujuh atau terakhir pada Minggu
Identifikasi korban
Di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Tim Disaster Victim Investigation Polri berhasil mengidentifikasi tiga lagi korban musibah pesawat Lion Air PK-LQP.
Kepala Bidang DVI Rumah Sakit Polri Ajun Kombes Lisda Cancer, mengatakan tiga korban tersebut teridentifikasi dari hasil sidang rekonsiliasi pada pukul 16.00 WIB. Dengan demikian hingga kini, sudah ada tujuh nama korban yang teridentifikasi dari 189 penumpang.
Korban yang berhasil teridentifikasi bernama Endang Sri Bagusnita (20), perempuan, asal Tangerang Banten. Korban teridentifikasi melalui sidik jari jempol kiri. “Hasil identifikasi sidik jari tangan korban ditemukan tiga belas titik persamaan. Itu merupakan hasil pencocokan database KTP elektronik dan post mortem,” ujar AKBP Yusmanto, Kepala Subbidang Pemeriksaan Sidik Jari Automatic Finger Print Identification System (INAFIS) Bareskrim Polri.
Lalu, korban ketiga bernama Fauzan Azima (25), laki-laki, asal Guguak Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Korban teridentifikasi melalui sidik jari jempol tangan kanan dan rekam medis.
Wakil Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto Kombes Hariyanto dan maskapai Lion Air menyerahkan ketiga jenazah secara simbolis kepada keluarga malam ini dengan memberikan map merah yang berisikan surat kematian.
Lisda menambahkan, identifikasi jenazah korban melalui proses pemeriksaan DNA masih berlangsung dan hasilnya ditunggu hingga Minggu. Ada 306 sampel DNA post mortem yang akan dicocokkan dengan sampel DNA keluarga.
Penemuan jenazah
Tim SAR gabungan di Posko Pantai Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, menemukan 25 jenazah yang diduga korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, Sabtu (3/11/2018). Jenazah-jenazah itu ditemukan di sekitar pantai dengan lokasi penemuan terjauh berjarak delapan kilometer dari posko.
“Namun, perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk memastikan apakah jenazah-jenazah itu korban pesawat Lion Air atau bukan,” ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Arios Bismark.
Setelah identifikasi awal, jenazah diantar ke Kapal SAR KN Basudewa yang berada di perairan Karawang. Selanjutnya dibawa ke Tanjung Priok untuk dikirim ke Rumah Sakit Polri. Sejak Sabtu pagi, 102 personel SAR gabungan berjalan kaki menyusuri garis pantai Karawang untuk mencari korban yang terbawa arus laut ke pantai. Tim bergerak ke arah timur sejauh 26 kilometer.
Pemberian santunan
Dari Pangkal Pinang dilaporkan, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan pihaknya akan membantu pengurusan santunan pekerja yang menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP. Pendataan termasuk pengawasan kepada perusahaan akan dilakukan agar tidak ada pihak yang lalai membayarkan hak kepada pekerjanya yang menjadi korban.
“Santunan itu seperti pesangon, uang masa kerja, uang penghargaan, dan sejumlah hak yang lain,” kata Hanif saat mengujungi rumah anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung dari Partai Kebangkitan Bangsa yang menjadi korban, Dolar, di Pangkal Pinang, Sabtu (3/11/2018). Hal ini juga berlaku bagi instansi pemerintahan yang pegawainya menjadi korban.
Kepala Unit Akuntansi dan Keuangan PT Jasa Raharja Bangka Belitung Immanuel Marpaung mengatakan, dari 181 penumpang, 56 di antaranya berasal dari Bangka Belitung, Lainnya berasal dari 14 provinsi lain di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Dalam proses pendataan, pihaknya menemukan sejumlah kendala seperti banyak ahli waris yang tidak berada di rumahnya karena sedang berada di Jakarta. Selain itu, beberapa ahli waris juga sudah pindah ke daerah lain sehingga sulit ditemui. (RAM/RTG/TAM/SPW/E01/E16/E18/E19)