JAKARTA, KOMPAS — Hasil pemeriksaan sampel asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) menjadi harapan terbesar bagi titik cerah proses identifikasi jenazah penumpang pesawat Lion Air PK-LQP JT-610. Hasil pemeriksaan itu hingga Sabtu (3/11/2018) malam masih ditunggu oleh Tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Rumah Sakit Polri R Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur.
Berdasarkan hasil identifikasi oleh Tim DVI, 5 dari 7 temuan identitas jenazah hingga Sabtu malam sebagian besar memanfaatkan metode identifikasi primer dengan sidik jari. Cara itu hanya dapat memeriksa bagian tubuh pada jari tangan dan kaki.
Kepala Laboratorium DNA Polri Komisaris Besar Putut Tjahjo Widodo mengatakan, identifikasi melalui sampel DNA memungkinkan pemeriksaan secara lebih detail. Sebab, sampel DNA turut membawa bagian sel terkecil yang khas dimiliki jenazah korban.
Berdasarkan konferensi pers Sabtu siang, Tim DVI mendapatkan 306 sampel DNA postmortem dari 73 kantong jenazah. Jumlah itu akan dicocokkan dengan 189 sampel DNA berkas antemortem dari keluarga korban.
Ia mengatakan, sebagian sampel DNA itu telah dimasukkan ke dalam mesin identifikasi dan hasilnya sedang ditunggu, paling cepat pada Minggu (4/11/2018). Adapun sampel itu diambil dari 24 temuan kantong jenazah pada hari pertama.
”Sebanyak 24 kantong jenazah itu sampel DNA-nya memakan waktu 3-4 hari. Setelah proses itu selesai sore ini, mudah-mudahan esok sudah dapat diketahui hasilnya,” kata Putut.
Kepala Bidang DVI RS Polri Lisda Cancer mengatakan, sampel DNA memiliki tingkat akurasi tertinggi dari metode identifikasi primer lainnya. ”Akurasinya bisa mencapai 99 persen,” ujarnya.
Meski lebih akurat, Putut mengatakan, jumlah 24 sampel DNA yang keluar nanti belum tentu mewakili keberadaan semua jenazah. Hal itu dipengaruhi kondisi jenazah di dalam kantong yang sudah tercampur dan bagian tubuhnya tidak utuh.
Putut mengatakan, hal lain yang menjadi tantangan adalah kondisi bagian tubuh yang terlalu lama berada di laut. ”Jenazah yang belum diangkut dari laut dapat terdegradasi kualitasnya sehingga mempersulit proses pencarian,” katanya.
Lisda berharap hasil pemeriksaan DNA dapat mengidentifikasi temuan jenazah lebih banyak dari metode identifikasi sidik jari. Menurut dia, sejauh ini belum ada masalah terhadap hasil pemeriksaannya.
Karena bagian-bagian tubuh dalam kantong jenazah tercampur, Lisda menduga ada kemungkinan bahwa hasil pemeriksaan perlu diekstraksi agar temuannya lebih jelas lagi.
”Kita lihat besok. Kalau hasil pencocokannya tidak keluar atau bahkan hasilnya sama sekali tidak cocok, itu baru masalah,” kata Lisda.
Kepala Bagian Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Humas Polri Ajun Komisaris Besar Sulistyo Pudjo berharap temuan identifikasi jenazah terus bertambah dengan selesainya hasil pemeriksaan DNA. Ia mengatakan, banyak anggota keluarga yang menanyakan kepastian jenazah para penumpang sehingga hasil ini dapat menjawab pertanyaan tersebut. (ADITYA DIVERANTA)