Merasa Nyawanya Terancam, Pengacara Asia Bibi Pergi ke Luar Negeri
Pengacara dari Asia Bibi, perempuan yang dibebaskan dari tuduhan penodaan agama setelah dipenjara delapan tahun menanti hukuman mati, telah meninggalkan Pakistan. Menurut saudara laki-lakinya pada Sabtu silam, sang pengacara mengkhawatirkan keselamatan dirinya.
James Masih mengatakan pengacara Asia Bibi, Saiful Malook, meninggalkan Pakistan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Telepon Malook dimatikan.
Pengadilan tinggi Pakistan membebaskan Bibi pada hari Rabu lalu dan memerintahkan pembebasannya. Hal ini membuat geram kelompok garis keras di negara itu.
Pemerintah telah mencapai kesepakatan dengan kelompok garis keras, yakni setuju untuk mencegah Bibi melakukan perjalanan, saat kasusnya ditinjau ulang. Sebagai imbalannya, kelompok garis keras menghentikan aksi protes mereka, yang diwujudkan dengan memblokir jalan.
Malook mengatakan kepada The Associated Press awal pekan ini bahwa ia harus meninggalkan Pakistan karena pengikut ulama garis keras Khadim Hussain Rizvi mengancam akan membunuhnya serta hakim yang membebaskan Bibi.
Demonstrasi besar
Merespons putusan bebas atas Asia Bibi, demonstrasi besar terjadi di Pakistan pada Jumat (2/11/2018). Bibi ditangkap pada tahun 2009 setelah dituduh melakukan penistaan agama menyusul pertengkaran dengan dua pekerja pertanian sesama perempuan yang menolak minum dari wadah air yang digunakan oleh seorang Kristen. Beberapa hari kemudian, massa menuduh Bibi melakukan penistaan agama yang menyebabkan Bibi dipenjara sejak tahun 2010.
Ghulam Mustafa, pengacara yang mewakili seorang ulama setempat yang telah mengajukan tuduhan penodaan agama terhadap Bibi, pada Kamis lalu, mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan bebas Bibi tersebut. Mahkamah Agung Pakistan dalam putusannya pada Rabu lalu membatalkan hukuman Bibi yang pada tahun 2010 dituduh melakukan penistaan agama. Sejak itu, kelompok radikal memblokir jalan raya, merusak atau membakar puluhan kendaraan untuk menekan pemerintah agar menghentikan pembebasan Bibi dari penjara yang letaknya dirahasiakan.
Kelompok garis keras menggelar unjuk rasa setelah sholat Jumat lalu dan hal itu memicu kekhawatiran akan terjadinya kekerasan. Pemerintah Pakistan terpaksa meliburkan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi setelah ulama radikal Khadim Hussain Rizvi, pemimpin Partai Tehreek-e-Labbaik, mengumumkan bahwa "pembicaraan" antara perwakilan kelompok Islam dan pemerintah Pakistan terkait nasib Asia Bibi telah gagal.
Rizvi mengatakan dalam unjuk rasa di Kota Lahore bahwa salah seorang juru runding pemerintah mengancam perwakilan kelompok radikal, yakni pasukan keamanan Pakistan akan membunuh mereka jika mereka tidak membubarkan diri dengan damai.
Rizvi meminta para pendukungnya untuk terus melakukan aksi demonstrasi, sementara pihak berwenang mengerahkan pasukan paramiliter untuk memulihkan ketertiban.
Perwakilan garis keras menuntut agar Bibi dilarang meninggalkan Pakistan. Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry sempat menolak permintaan tersebut, dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mau didikte.
Pengunjuk rasa Pakistan membakar gambar poster Asia Bibi, perempuan Pakistan yang telah dipenjara selama delapan tahun sejak 2010 dengan tuduhan telah melakukan penistaan agama. Bibi berencana untuk meninggalkan Pakistan. Namun, kelompok radikal melakukan unjuk rasa dan menuntut Bibi digantung di depan umum.Keluarga Bibi mengharapkan pembebasan Bibi pada Kamis malam. Suaminya, Ashiq Masih, telah kembali dari Inggris bersama anak-anak mereka pada pertengahan Oktober dan menunggu pembebasan Bibi agar mereka dapat terbang keluar dari Pakistan. Meskipun keluarga Bibi belum mengungkapkan negara tujuan, Perancis dan Spanyol telah menawarkan suaka pada keluarga Bibi.
Pembebasan Bibi memunculkan tantangan bagi pemerintahan Perdana Menteri baru Imran Khan. Ia mengecam kelompok ekstrem pada Rabu lalu setelah Afzal Qadri mendesak para pendukungnya untuk membunuh tiga hakim yang membebaskan Bibi, memberontak melawan panglima militer Jenderal Qamar Javed Bajwa, dan menggulingkan pemerintahan Khan.
Juru bicara militer Mayjen Asif Ghafoor mengatakan, militer telah menahan diri, memberi kesempatan untuk resolusi damai. Dia meminta demonstran untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan, serta menunggu hasil dari peninjauan petisi ke Mahkamah Agung. "Biarkan proses hukum ini diselesaikan terlebih dahulu," kata Khan kepada televisi Pakistan.
Namun, lebih dari 2.000 orang dari kelompok Islam radikal terus memblokir jalan utama yang menghubungkan ibukota Islamabad dengan kota Rawalpindi pada Jumat. Hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas. Ratusan orang lainnya juga memblokir jalan raya yang menghubungkan Islamabad dengan kota-kota besar lainnya.
Militer Pakistan pada Jumat mengingatkan bahwa kesabaran mereka sudah sampai pada batasnya, terlebih setelah diancam oleh kelompok radikal. Asif Ghafoor mengatakan toleransi pasukan bersenjata telah sampai di "ambang batas" setelah kelompok garis keras menyerukan pemberontakan terhadap panglima militer Jenderal Qamar Javed Bajwa. (AP/AFP/ATO)