Kehilangan ibunda tercinta adalah salah satu bentuk pukulan terberat yang bisa dialami seseorang dalam kehidupan. Kisah seputar kehilangan serta upaya mengembalikan kepercayaan diri setelah kehilangan menyedihkan tersebut menjadi semacam hikmah sekaligus benang merah dalam film terbaru Disney, ”The Nutcracker and Four Realms”.
Kisah yang kaya gambar berefek spesial dan citra yang dibangun program komputer (CGI) ini bercerita tentang petualangan fantasi seorang gadis kecil cerdas, Clara Stahlbaum (Mackenzie Foy), yang digambarkan baru saja ditinggal pergi sang ibu untuk selamanya.
Pada satu malam perayaan Natal, Clara mendapat hadiah dari mendiang sang ibu, yang diberikan lewat sang ayah, juga kepada dua saudara kandungnya. Hadiah Clara itulah yang kemudian membawanya pada petualangan di sebuah dunia paralel, yang kerap disebut pula sebagai dunia dongeng.
Film yang disutradarai Lasse Hallström dan Joe Johnston ini juga diadaptasi dari novel The Nutcracker and the Mouse King karya penulis Jerman, ETA Hoffmann tahun 1816, serta pementasan balet dua babak berjudul ”The Nutcracker”, yang komposisi musiknya dibuat komposer besar Rusia, Pyotr Ilyich Tchaikovsky.
Boneka prajurit pemecah kacang (nutcracker) sendiri adalah salah satu bentuk figur populer, yang biasa dipakai menjadi hiasan Natal. Sesuai cerita rakyat Jerman, boneka berbentuk prajurit kerajaan dengan seragam berwarna merah terang itu diyakini membawa keberuntungan, menjaga rumah dan keluarga, serta mampu mengusir roh jahat.
Mencari kunci
Untuk bisa membuka hadiah berupa wadah penyimpanan kecil berbentuk telur metal berukir, Clara membutuhkan sebuah kunci. Clara yang sangat penasaran untuk bisa membuka hadiah dari mendiang ibunya tadi lantas menemui ayah baptisnya, Drosselmeyer (Morgan Freeman), bersamaan dengan acara rutin pesta malam Natal di kediamannya.
Berkat petunjuk Drosselmeyer, Clara tiba di sebuah negeri antah berantah dan bertemu seorang prajurit pemecah kacang bernama Kapten Philip Hoffman (Jayden Fowora-Knight). Keduanya menjadi akrab dan bahkan bertualang bersama. Di dunia itu Clara dianggap seorang putri kerajaan lantaran mendiang ibunya dahulu adalah seorang ratu di sana.
Negeri dongeng tempat Clara bertualang itu terdiri dari empat dunia (realm), yang masing-masing dipimpin seorang regent atau bupati. Salah satu dunia, Amusement, dianggap sesat dan bahkan membahayakan tiga dunia lain. Dunia yang dianggap sesat itu dipimpin Mother Ginger (Helen Mirren), yang dibantu pasukan tikus dan badut.
Belakangan Clara belajar kalau apa yang dilihat, didengar, dan diyakininya tentang sebuah kebenaran ternyata juga belum tentu benar dan sesuai kenyataan. Bersama Philip, yang sebelumnya bertugas menjaga jembatan masuk menuju dunia paralel, Clara berjuang keras agar tetap bisa menjaga keharmonisan serta keseimbangan dari keempat dunia.
Sayangnya hal itu terbilang tak mudah, apalagi di tengah ancaman keserakahan dan peperangan. Kisah keberanian dan kecerdasan Clara dalam menghadapi musuhnya juga menjadi bumbu menarik dalam film yang juga berisi adegan balet yang cantik. Pebalet profesional terkenal Misty Copeland bahkan ikut tampil dan berperan sebagai Putri Balerina di film ini.
Seperti diberitakan situs USA Today, keterlibatan Copeland dalam produksi film ini juga mendatangkan tantangan tersendiri terutama bagi sutradara Hallström. Sebelum tampil untuk proses pengambilan gambar, Copeland harus terlebih dahulu melakukan pemanasan yang cukup agar tidak cedera. Kebutuhan itu kemudian difasilitasi oleh Hallström.
Sementara itu, dalam wawancaranya dengan situs IMDB, pemeran Clara juga mengaku sangat bersemangat sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo lantaran di film itu dia juga beradegan laga saat berkelahi melawan prajurit-prajurit kaleng (tinman soldiers).
Mengutip situs The Rolling Stone, sejumlah karakter dan jalan cerita dalam film ini, seperti prajurit kaleng dan prajurit tikus-tikus pembunuh, mengingatkan orang pada film-film sejenis sebelumnya, seperti The Wizard of Oz, The Chronicles of Narnia, dan, Willy Wonka and the Chocolate Factory.