Terus Terancam Banjir, Warga Baleendah Minta Pengerukan Sungai Citarum
Oleh
Samuel Oktora
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebagian warga di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memasuki musim hujan ini resah akan terjadi kembali banjir genangan akibat luapan Sungai Citarum.
Pasalnya, sepanjang tahun ini dari pihak pemerintah daerah ataupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum belum melakukan pengerukan Citarum karena diduga cepat meluapnya sungai terpanjang di Jabar sejauh 297 kilometer ini akibat tingginya sedimentasi.
”Dari Januari (2018) sampai sekarang tidak pernah dilakukan pengerukan. Pada hari Selasa (30/10/2018) dan Rabu (31/10/2018), hujan beberapa jam, dari malam sampai dini hari terjadi banjir genangan,” kata Kepala Keamanan RW 013 Kelurahan Andir Bambang Supriyanto (53) di Bandung.
Kawasan Baleendah, juga sejumlah titik di Dayeuhkolot, ataupun Kecamatan Bojongsoang, Bandung, sudah puluhan tahun dilanda banjir ketika musim hujan tiba akibat Sungai Citarum yang meluap. Ketinggian banjir bisa mencapai 1-3 meter.
Pada Selasa lalu, hujan dari pukul 23.00 sampai pukul 04.00 membuat sejumlah titik pada badan jalan raya di kawasan Andir terjadi banjir genangan dengan ketinggian 30 sentimeter.
Pada Rabu malam, hujan juga kembali terjadi beberapa jam, kemudian terjadi pula banjir genangan dengan ketinggian sekitar 60 cm. Mobil tidak bisa melintas. Banjir genangan itu baru surut dalam waktu 12 jam.
Bambang juga mempertanyakan proyek kolam retensi di kawasan Cieunteung, Kelurahaan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Bandung, yang jaraknya lebih kurang 1 kilometer dari RW 013 Kelurahan Andir.
Kolam retensi tersebut dibangun guna mengurangi dampak banjir genangan di bagian utara Kabupaten Bandung itu.
Menurut Bambang, kolam retensi di Cieunteung yang sudah dibangun hampir 100 persen ini telah menampung air hujan pada Selasa dan Rabu lalu.
”Namun, pengaruhnya apa kolam retensi itu ke sini (Andir) nyatanya banjir (genangan) masih terjadi. Ini, ya, karena pendangkalan Sungai Citarum yang sangat parah sehingga air cepat meluap. Padahal, banjir kemarin itu (Selasa) baru dari Sungai Cikapundung karena hujan di kawasan Pasteur dan Baleendah,” ujarnya.
Sementara banjir genangan yang terjadi pada Rabu pengaruh dari peristiwa hujan di kawasan Majalaya dan Rancaekek, Bandung, sehingga begitu besar debit Sungai Citarum hulu dan Sungai Citarik.
”Padahal, kondisi bendungan juga sedang surut, tetapi mengapa ini bisa banjir. Bagaimana jika hujan terjadi di semua titik, baik di Pasteur, Majalaya, maupun kawasan Pangalengan, Banjaran, dan Soreang dengan aliran Sungai Cisangkuy yang bermuara ke sini semua, pasti banjir akan tinggi lagi seperti biasa,” ujar Bambang.
Ketika dikonfirmasi Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Citarum Suwarno mengatakan, dalam upaya pengendalian banjir di kawasan Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah itu, kolam retensi di Cieunteung belum rampung.
”Ditargetkan pada bulan Desember ini kolam retensi sudah selesai. Desain kolam ini juga akan dibangun drainase dari Andir untuk dialirkan banjir genangan ke dalam kolam,” kata Suwarno.
Menurut Suwarno, pengerukan belum dilakukan karena pihaknya masih fokus menyelesaikan proyek kolam retensi.
Suwarno juga menjelaskan, kolam retensi di Cieunteung jika difungsikan nanti dimaksudkan untuk menanggulangi banjir genangan di bagian utara Kabupaten Bandung yang biasa terjadi dalam area sekitar 76 hektar.
Adapun kolam retensi itu dibangun seluas 4,5 hektar dengan kedalaman 5 meter. Kolam ini dapat menampung air sekitar 200.000 meter kubik.
”Kolam retensi ini ketika difungsikan dapat membuang air ke Sungai Citarum 12,5 meter kubik per detik. Namun, tidak akan menghilangkan banjir genangan sepenuhnya, hanya akan mengurangi ketinggian banjir dan juga durasinya,” ujarnya.
Secara terpisah, Wakil Komandan Satgas Citarum Harum Bidang Penataan Ekosistem, yang juga Pangdam III Siliwangi, Mayjen Besar Harto Karyawan ketika dikonfirmasi menjelaskan, pada tahun ini Kodam Siliwangi masih fokus pada pembersihan sampah permukaan Sungai Citarum.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai Komandan Satgas Citarum Harum telah menggelar rapat koordinasi penanganan Sungai Citarum di Gedung Sate, Bandung, Kamis lalu. Bagi Gubernur, rakor itu merupakan rapat pertama terkait penanganan Citarum setelah dirinya dilantik sebagai Gubernur Jabar tanggal 5 September lalu.
Gubernur telah menginstruksikan kepada satgas untuk fokus pada pengerukan sedimentasi segera, terutama pada daerah-daerah yang cenderung dilanda banjir rutin tahunan.